Chapter One

20 2 1
                                    

Di suatu sekolah terdapat seorang anak laki-laki yang sedang mendengarkan musik Cancan karya Jacques Offenbach di ruang musik. Kemudian ia mencatat partitur nadanya di secarik kertas.

Di lapangan terdapat seorang gadis yang sedang latihan bermain kasti, gadis itu bernama Chelsea. Dia sangat tomboy.

"Terbanglah...". Kata Chelsea sambil memukul bola yang terbang sangat jauh

"Wah dia berhasil mengenainya lagi. Pukulan yang hebat". Kata teman-temannya dengan kaget.

"Pranggg" bola yang dipukul Chelsea masuk ke dalam ruang musik dan memecahkan jendelanya.

"Gawat".Kata Chelsea dengan panik.

"Kau tidak perlu memukulnya sekeras itu! Ambil bolanya sana Chelsea!!!". Kata Jean dengan panik.

Dan Chelsea pun langsung lari mengambil bola yang jatuh dipukulnya masuk ke ruang musik. Dari kejauhan James yang sedang bermain sepak bola memperhatikan Chelsea. "Dia melakukannya lagi ya?". Gumam James.

-----

Chelsea mengendap-endap membuka pintu ruang musik secara perlahan-lahan. Ketika ia membuka pintu ia pun kaget "Wah ada mayat" Teriaknya. Ia pun masuk secara mengendap-endap dan langsung mengambil bolanya.

"Sebaiknya aku cepat lari dari sini". Kata Chelsea dengan nafas terdesah-desah. Dan ia pun melirik seorang laki-laki yang terkapar di lantai karena terkena bola yang Chelsea pukul.

"Aaaaduuuh". Kata laki-laki itu dengan rintihannya sambil mengambil kacamata minusnya .

"Ternyata Frans toh. Syukurlah bukan orang lain yang ada di sini" Kata Chelsea.

"Loh? Chelsea? Sejak kapan kau ada di sini?".Sambil melirik Chelsea. "Heh kacanya pecah! Kau memecahkannya lagi ya? Padahal sekolah baru saja memperbaiki jendelanya kemarin!". Kata Frans dengan kaget.

"Pemukul yang hebat bisa dilihat dengan jumlah kaca yang dia pecahkan". Kata Chelsea dengan pedenya.

"Kau sudah terlalu sering memecahkannya. Pelan-pelan kenapa !!" . Kata Frans.

"Aku hanya memukul dengan pukulan pelan!!". Teriak Chelsea. " Soalnya ini musim semi terakhirku di SMA aku pasti akan memenangkan Gold Crown". Kata Chelsea.

"Yang penting aku harus membersihkan ini dulu". Kata Frans

"Dengarkan aku!!!". Kata Chelsea

"Tolong ambilkan pengki dong". Kata Frans.

"Pengki, Pengki". Mengambil pengki yang ada di dalam lemari.

"Aku yang harus meminta maaf lagi ya? Laporan kerusakannya juga harus kutulis". Kata Frans sambil memandangi kaca yang pecah. Ketika Frans ingin menyentuh pecahan kaca, tangan Frans langsung diambil Chelsea.

"Bahaya tau, bagaimana kalau jarimu terluka?". Kata Chelsea.

"Tidak masalah kok". Kata Frans.

Ckrekkk terdengar suara ponsel yang sedang memoto mereka berdua.

"Tetanggan, teman masa kecil di mana itu pun kalian selalu bersama. Pasangan suami istri yang mesra". Kata James yang sedang menangkring di jendela sekolah.

"Kami bukan pasangan suami istri". Teriak mereka berdua.

----

"Dasar kepala sekolah gendut dan bodoh! Menyuruh kita untuk membersihkan toilet satu sekolah dan menambah satu jam lebih lama untuk pulang karena memecahkan jendela saja!" Gumam Chelsea dengan kesal.

"Masih untung dihukum seperti itu kan?". Kata James.

"Terjebak bersamanya aku benar-benar ketiban sial hari ini". Cela Frans.

"Apa katamu? Hyaaaat". Kata Chelsea sambil menjambak rambutnya Frans.

"Aduh saki tau". Balas Frans saambil merintih kesakitan.

"Sudah-sudah ayo kita pulang". Bela James.

----

Diperjalanan pulang sangat indah sekali pemandangannya. Burung-burung berterbangan dari arah barat dan langit dengan warna lembayung senja yang menawan. Gemericik suara air sungai Giver terdengar membuat hati yang mendengarnya sangat tenang.

"Tapi hari ini Frans benar-benar ketiban sial ya. Selain dihukum juga harus membuat surat permintaan maaf hahaha". Kata James.

"Jahat ih diketawain. Tapi bagiku itu bukan masalah kok. Aku sudah mengasuh makhluk itu sejak kecil, jadi sudah biasa. Memecahkan jendela bus ketika study tour, mendorongku dari jembatan ke sungai aku pikir bakalan mati". Kata Frans sambil menunjuk ke arah Chelsea.

"Hahaha pas kelas 4 SD kan?" Kata Frans.

"Berisik aaaaahhh". Kata Chelsea.

"Meskipun begitu aku merasa mempunyai kakak perempuan yang nakal". Kata Frans sambil tersenyum.

KringKringKring terdengar suara panggilan dari ponselnya James.

"Waaaaahh, aku dapat pesan dari Shen! Aku duluan ya!". Kata James sambil lari terbirit-birit dengan senangnya.

"Cewek yang ke berapa?". Tanya Chelsea.

"Yang kelima". Gumam Frans.

"Apa yang disuka dari dia sih? Padahal payah begitu?". Gumam Chelsea.

"Tapi James pria yang baik". Kata Frans.

"Kalau Frans bagaimana? Apa ada cewek yang kau sukai?

"Huh". Frans kaget.

"Kemarin Jean bilang begini, ketika kau jatuh cinta maka akan terlihat lebih berwarna". Kata Chelsea.

"Enggak ada cewek yang aku sukai kok". Kata Frans.

"Suraaaaam. Tak ada kilauan dimatamu". Kata Chelsea dengan nada tinggi.

"Mataku memang tidak berkilau karena mataku berwarna coklat kehitaman". Kata Frans dengan takut karena melihat Chelsea melotot..

"Kau mengerti maksudku kan ? Kau itu remaja seharusnya matamu itu berkilauan dan berwarna ! Berkilauan dan berwarna!" kata Chelsea.

"Iya matamu berkilauan Chelsea". Kata Frans.

Dari mata Chelsea aku yakin, kalau segala sesuatu yang ada di sekitarnya penuh dengan warna. Tidak sepertiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE LAST CRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang