Girl x Boy

577 46 7
                                    

Musim panas di tahun 1992 aku rasa berbeda dengan sekarang. Udaranya tidak sepanas saat ini, dan ketika hujan udara panas yang bercampur dengan udara dingin malah menimbulkan efek yang menyenangkan. Sejak kecil, aku dan Mingyu kerap kali sengaja terlambat pulang agar dapat bermain air.

Dulu ketika masih sekolah dasar, jalan menuju rumah kami masih banyak lubang dan ketika hujan lubang yang terisi air adalah bagian yang tidak akan aku lupakan. Mingyu akan menarikku dan ketika didepan lubang, ia akan loncat menuju genangan dan air hujan akan membasahi bajuku. Kemudian aku akan pura-pura menangis dan meminta baju baru. Ketika mengingat itu, aku sadar bahwa dulu kami benar-benar nakal. Kami sering merusak barang agar dibelikan yang baru. Yang kami pikirkan dulu hanyalah ayah mendapat banyak uang, membeli yang baru bukanlah masalah.

Namun di tahun 1992, kenakalan kami mulai berubah. Aku rasa hormon perkembangan kami bekerja dengan lambat. Disaat orang lain mulai menyukai lawan jenis, atau menjadi penggemar dari suatu idol, kami lebih memilih mengumpulkan barang-barang sebagai koleksi. Mingyu mengoleksi miniature mobil, sedangkan aku tidak pernah jelas. Aku pernah mengoleksi boneka, tapi Wonwoo alergi bulu. Kemudian aku pernah mengoleksi pernak-pernik dari kaca, tapi Mingyu mengacaukannya dengan selalu memecahkan barangku. Kami kadang terlihat seperti orang gila, pergi kesana-kemari, memohon seperti pengemis hanya untuk mendapatkan barang.

Hari itu setelah makan malam, Wonwoo datang menginap dirumah kami. Karena insiden babak belur Mingyu, Wonwoo sebagai anak yang kepribadiannya sedikit benar diantara kami, akan menjadi penengah yang tidak adil.

Kami bertiga berada dikamar Mingyu, aku dan Mingyu duduk berlutut dihadapan Wonwoo yang duduk dikursi. Wonwoo menyilangkan tangannya didada, Ya Tuhan saat itu wajah Wonwoo benar-benar tidak bisa ditebak.

"Jadi sekarang masalah apa lagi?"

Aku dan Mingyu saling bertukar pandang. Jika kami membuat onar, ada dua penjara yang harus dilalui untuk meloloskan diri, pertama ayah kemudian Wonwoo. Wonwoo jika marah benar-benar menyeramkan, ditambah kami tidak bisa berbohong pada Wonwoo.

"Ya begitulah." Ucap Mingyu.

"Begitulah?"

"Ya begitu. Begitu lalu begitu."

"Jadi kalian begitu lalu begitu jadi begitu?"

"Iya, begitu."

Entah kenapa aku ingin tertawa mendengarnya, mereka terlihat seperti kumpulan idiot.

"Kalian aneh, seharusnya Minah yang babak belur."

"Dia macan, mana ada yang bisa mengalahkannya."

"Iya-iya! Aku macan!" Aku menirukan tangan macan.

"Oh, menakutkan." Mingyu berkata datar.

"Oppa! Sebenarnya dia menghilangkan Teddyku!"

"Bukan menghilangkannya, aku hanya lupa. Lagipula kenapa memberi boneka yang kecil? Seharusnya yang besar, sebesar perutmu yang buncit."

"Lihat Oppa! Dia bukan manusia, dia serigala. Dia tidak punya rasa terimakasih, hatinya tertelan. Padahal aku sudah baik padanya."

"Baik katamu? Kau memakan semua coklatku!"

"Aku hanya mencobanya."

Mingyu kembali menangkupkan tangannya ke pipiku, "Kalau begitu berikan padaku! Berikan coklatnya, keluarkan."

"Aku sudah bilang sudah dikeluarkan tadi pagi, cari di toilet sana."

"Lihat Hyung, dia tamak! Perutnya berisi cacing kelaparan."

"Hei kenapa menghina perutku! Seharusnya kau berpikir kemana makananmu pergi. Lihat bulu kakimu, semua makananmu hanya dipakai untuk menumbuhkan bulu."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 11, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hide And SeekWhere stories live. Discover now