First Meet?

1.5K 72 8
                                    

Musim dingin hampir berakhir, gadis dengan mantel biru tebal itu merapatkan mantelnya efek dingin yang menggigit menusuk kedalam sumsum tulang. Ia masuk kedalam toko buku Magnolia untuk menghangatkan diri sebentar, sekaligus mencari buku yang diinginkan.

Iris mata hijau keemasannya melirik ke segala tiap deret kalimat buku, diselipkannya helaian rambut brunette nya pada bagian belakang telinganya. Ia tersenyum puas setelah mendapatkan buku targetnya.

"Eren!" panggil suara lembut khas itu seraya menepuk pundak gadis di hadapan nya.

"Ah. Armin!"

"Apa yang kau lakukan?"

Eren nyengir sambil mengangkat buku bertuliskan Resep Kue Brownies dan Bolu pada Armin, ia menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Ehhh? Kau kan sudah punya bukunya Eren, kenapa kau beli lagi?"

"Err... aku perlu ide baru Armin" jawab Eren, seraya berjalan menuju meja kasir, "Lagipula Mikasa menyimpan buku itu, dan lupa meletakkannya dimana."

"Baiklah."

Eren dan Armin keluar bersamaan dari toko buku. Berjalan beriringan, berbicara membahas apapun agar membunuh suhu dingin disekitar. Bahkan Eren sampai tak menyadari kalau ia sudah mencapai depan rumahnya.

"Besok tahun ajaran dimulai. Jangan bangun terlambat, Eren."

"Trims Armin. Sampai jumpa."

.
.

.
.

Salju tampaknya pagi ini tak turun, tapi tetap saja suhu udara kian dingin. Eren mengerang merenggangkan tubuhnya, menguap lebar, ia melirik jam pada dinding kamarnya. Ups.

"Kyaaa!! Aku terlambat!"

Eren berlari kedalam kamar mandi, mencuci muka dan melakukan ritual mandi bebek. Ia mengerang, Mikasa hari ini tidak membangunkannya. Bahkan ayahnya hanya tersenyum lebar tanpa mau mengantar anaknya yang sudah terlambat upacara penyambutan, Eren mengumpat.

Eren berlari sekuat yang ia mampu, tanpa peduli pada kakinya yang sudah lunglai, rambut berantakan. ia berteriak dalam hati gerbang masih terbuka untuknya, dan diatas gerbang tembok disamping ada ukiran batu Maria Elite High School.

Ia berlari mencapai ruang upacara penyambutan. Melirik setiap kepala yang dilihatnya dari belakang, ia mendapati kepala Armin dan bergegas mendekati kursi yang masih kosong.

"Armin!!"

"Eren!? Kau terlambat." Armin menarik lengan Eren untuk menyuruhnya duduk disampingnya, Armin memutar bola matanya melihat Eren yang hanya tersenyum. Kemudian fokus pada pidato dari perwakilan siswa.

"Siapa?"

"Ketua OSIS Levi Ackerman."

"Oh."

Eren mengangguk paham lalu melihat Levi. ia meneliti. Wajah tanpa ekspresi, hidung mancung, tatapan mata yang dingin ples intimidasi, iris mata hitam keabuan dan rambut raven sehitam arang.

Eren terus menatap sampai akhirnya matanya bertubrukan dengan iris mata kelabu Levi.

DEG

Jantung Eren berdegup keras, ia melirik Armin disampingnya takut pria di sampingnya dapat mendengar degup jantungnya. Kemudian ia menatap Levi lagi. Namun Levi masih menatapnya tetap dengan mulut yang terus menyampaikan pidato.

Kata sambutan selesai. Seluruh siswa/i baru berhamburan keluar dan menuju kelas masing - masing. Eren dan Armin sekelas, wali kelas mereka Keith Shadis. Eren terbahak melihat kepala plontos yang cemerlang bagai lampu taman.

It's Complete?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang