Breathe

192 18 6
                                    

Aku beringsut menuju kaca yang terletak dibawah kaki ranjang. Rambut yang terlihat kusut, mata sembab dan jejak air mata menghiasi pipiku. Serta kaos dan celana panjang yang terlihat lusuh melengkapi penampilan terburukku. Aroma tak sedap menguar dari tubuhku. Wajar saja, sebab aku sama sekali belum menyentuh kamar mandi sejak dua hari lalu. Hari dimana Tuhan mempertemukan dua insan yang tak seharusnya bertemu.

-

-

Dihari itu

Hari dimana Tuhan kembali mempertemukan kita untuk yang pertama kalinya setelah dua tahun berlalu

Tepat di persimpangan, kau berjalan menuju arah yang sama denganku

Mengenakan masker dan aku masih dapat mengenalmu dengan jelas

Kau mengangkat wajahmu untuk menatapku

Sorot tajam dari biner indah milikmu,

Kembali aku merasakan detak jantung itu lagi

Perasaan yang sangat familiar bagiku selama satu tahun aku berada disekitarmu

Dan hanya kau yang dapat membuat jantungku berdebar seperti ini

Walau kau tak membalasnya

Apa kau merindukanku?

Apa kau merasakan apa yang kurasakan?

Saat kau memilih untuk mencampakkanku demi gadis yang bahkan hanya menginginkan ketenaran melaluimu

Apa kau merasakan apa yang kuharapkan?

Perasaan yang tak pernah terbalaskan

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar diotakku seakan memaksaku untuk bertanya pada sosok jangkung yang kini berjalan beberapa meter didepanku. Tanganku mengepal kuat didalam saku mantelku. Aku berusaha tenang walau hasrat untuk memelukmu dengan kuat mendorong batas rasionalitasku.

Apa kau merasakannya? Saat kau mengangkat wajahmu untuk menatapku. Walau pada akhirnya hanya sorot tajam yang kau tujukan padaku.

Ingin rasanya kuhentikan langkahku dan berbalik pulang. Tapi kakiku berkata lain. Sepasang kaki pemberontak ini telah lancang berjalan dibelakang lelaki yang pernah menghiasi hidupku dengan kesakitan dan kesedihan. Hanya diam dan memperhatikan yang dapat kulakukan. Memperhatikan punggungmu yang terlihat lebih kokoh dari terakhir kali kami bertemu. Ingatanku membawa ku kembali pada kejadian tiga tahun lalu, tepatnya saat aku menyatakan perasaanku padanya.

-

-

" Aku menyukaimu! " Aku menunduk dalam menutupi wajahku yang memerah. Sementara lelaki didepanku terlihat tidak terkejut. " Baiklah " jawabnya yang langsung membuatku mendongak cepat. Wajah dinginnya menatapku tajam. Tapi tidak membuatku bergetar. Karena diriku lebih terkejut dengan jawabannya.

" Kita jalani saja dahulu "

-

-

Tanganku semakin mengepal kuat dan menjadi pucat jika seseorang dapat memeriksanya. Udara yang berhembus disekitar kami terasa menjadi lebih berat. Membuatku sulit bernafas. Langkahku pun mulai terasa berat.

" Jun – "

" Hentikan! " lelaki itu menghentikan langkahnya. Aku pun turut menghentikan langkahku. Atmosfer disekitar kami seketika berubah mencekam. Lelaki dihadapanku terlihat menarik panjang nafasnya. Terlihat dari pundaknya yang bergerak naik dan turun.

" Kubilang hentikan! " ujarnya membentak. Tubuhku membeku seketika. Suara beratnya menggetarkanku.

Menunduk, hanya itu yang dapat kulakukan sekarang. Kau berbalik dan menatapku tajam. Tatapan tajam yang tertuju hanya padaku.

BreatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang