Part 9

30.1K 416 19
                                    


Aku menuruni mobil pengantin merah berlambang kuda jingkrak yang entah milik siapa, dihias dengan ratusan bunga mawar segar. Ini hari yang kutunggu, hari yang menentukan segala yang terjadi didepan nanti. Hari yang mengubah kehidupan ku kedepannya.

Aku berjalan bersisian dengan Nathan, dengan jas hitam melekat pada tubuhnya yang atletis. Dada bidangnya membusung tegak, berjalan dengan gagah disamping ku. Aku mengaitkan lengan ku pada lengannya. Sedangkan dibelakang ku ada Catty yang membawa ekor gaun ku, dengan didampingi Hendra. Keluarga besar ku dan Nathan mengekor dibelakang kami.

aku dan Nathan kini sudah memasuki Gereja, disambut dengan iringan piano, dan tatapan penuh takjub serta senyuman lebar para tamu undangan. Apakah aku bermimpi? Rasanya seperti itu, perasaan ku semakin tak karuan saat melihat pendeta didepan kami menyambut dengan senyum hangat. Jantungku berdetak tak karuan.

Aku akan menikah dengan laki-laki disamping ku, laki-laki yang entah sejak kapan bisa membuatku jatuh pada cintanya, laki-laki yang bisa membuat ku melupakan Drew, laki-laki yang selalu sabar terhadap apa pun yang kulakukan dan kukatakan padanya, laki-laki yang sampai sekarang masih belum yakin apakah aku mencintainya juga.

Aku mencintai nya. Sungguh. Sekarang aku merasakannya. Tapi mengapa sangat susah untuk mengungkapkan nya?

Aku dan Nathan menduduki kursi yang sudah di persiapkan di Altar gereja.

Baiklah, hilangkan pikiran kacau ku dan focus pada pernikahan ini.

***

Kini aku berada di daerah Lembang, Bandung. Tempat dimana aku melangsungkan acara resepsi ku. setelah acara pemberkatan di Jakarta, aku dan Nathan langsung menuju Bandung.

Sungguh, ini pernikahan tepat seperti apa yang aku harapkan. Nathan mewujudkan apa yang aku ingin kan.

"Jess?" Nathan menatap ku lembut, senyum bahagianya tak kunjung luntur sejak pemberkatan tadi.

"Than, aku haus"

"kamu mau apa?" aku mengamati makanan yang tersedia di meja hidangan,

"aku mau Red Wine itu," Nathan berdiri dari tempat duduknya, melepas Jas nya dan menyampirkan pada bahu ku.

Gentleman? Tidak usah ditanyakan. Perasaan ku membuncah saat itu juga, dia memang selalu bisa mengambil hati ku dengan hal-hal kecil yang dia berikan kepada ku.

Nathan kembali dengan dua gelas Red Wine ditangannya, dia memberinya pada ku, dan tidak sengaja tangan ku bersentuhan dengan nya. Degup jantungku terasa berpacu. Apa-apaan ini, padahal kini Nathan sudah berstatus sebagai suami ku.

Cupp...

Nathan mengecup kening ku cukup lama kemudian kembali duduk disamping ku, aku menoleh padanya dan menatapnya cukup lama, tapi dia tetap tidak melihatku. Kesal, aku menarik rahangnya yang seksi itu, sehingga pandangan kami bertemu.

"ada apa Jess?" aku melihat bibir seksinya itu bergerak, kapan terakhir kali aku menciumnya? Aku kesal saat pemberkatan tadi dia hanya mencium ku di kening. Entah apa yang ada di otaknya. Setau ku saat pemberkatan seharusnya mempelai laki-laki mencium bibir sang mempelai wanita. Apa sekarang aku terdengar seperti bitch kekurangan kasih sayang?

Aku jengah menunggu nya untuk mencium ku, aku mendekatkan wajah ku pada nya dan mulai mengecup pelan bibirnya, aku menjilat lidahnya perlahan, aku dapat merasakan lidah Nathan juga ikut menjilat lidah ku.

Lidah ku melilit lidahnya, dan memasukan lidah ku didalam mulutnya, berkali-kali aku berusaha melepaskan lidah ku dari nya, tapi Nathan terus menghisap lidah ku dan menariknya dengan lidah miliknya.

unbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang