Diary

42 6 0
                                    

Aku terbangun mendengar ringtone handphone-ku. Sial. Orang kurang kerjaan mana sih yang nelpon sepagi ini, batinku. Aku menjawab panggilan itu dengan mata masih tertutup.

"Halo?" ucapku dengan suara seadanya, aku masih sangat mengantuk.

"PAGII PUTRI KEBO!! BANGUN DONG MALU TUH SAMA AYAM DIA AJA UDAH BANGUN"

Aku kaget. Suaranya memenuhi telingaku. Mau tidak mau aku tersenyum mendengar celotehannya. Segera saja aku melupakan tentang kesedihanku semalam. Tentang profile picture itu.

"Ih apaan sih Nikoo!! Jahil banget bangunin orang pagi-pagi pake acara teriak segala, masih ngantuk tau"

"Daripada kamu, pagi-pagi udah ngomel aja," balasnya, "Daripada ngomel, mending kamu bangun deh, cek pintu depan"

"Alah paling kamu mau ngerjain aku lagi kan, nyuruh ke bawah tapi ga ada apa-apa.  Mager ah, mau tidur lagi"

"Dasar kebo, udah cepet turun deh, perintah dari Pangeran Niko nih"

Akhirnya aku pasrah mengikuti perintah Niko. Dengan langkah ogah-ogahan aku menuruni tangga, lalu menuju pintu depan. Aku membuka pintu, benar saja tidak ada apa-apa. Dasar Niko jahil, batinku.

"Ih Niko!! Bisa ga sih ga usah jahil seharii aja, ada apa sih emangnya? Tuyul?" kataku sambil cemberut. Niko emang terkadang bisa jadi orang termenyebalkan di dunia.

"Ada taman"

"Terus?"

"Ada pohon," lanjutnya. "Ada bangku taman"

"Ya itu juga aku tau ih!" ucapku kesal.

"Ada sesuatu buat kamu di atas bangku taman, hehehe"

Dahiku mengernyit. Aku berjalan ke bangku. Benar saja, ada sebuah kotak dengan tulisan 'For Kiera' disana. Aku tersenyum, Niko memang tidak pernah gagal membuatku tersenyum.

"Apa nih?" tanyaku.

"Bom buat putri kebo dari pangeran niko. Sebagai pembalasan karena dia ngomel mulu"

"Siapa suruh jahil ih!" ucapku dengan aksen pura-pura ngambek andalanku.

"Udah, buka gih nanti bomnya keburu meledak"

Aku membuka kotak itu. Ada double cheese burger dan french fries kesukaanku. Di sebelahnya ada sebuah buku diary kosong berwarna ungu. Covernya fotoku dan Niko sewaktu kami menaiki roller coaster beberapa bulan lalu. Dari wajah kami tergambarkan bahwa saat itu kami benar-benar ketakutan. Sangat lucu. Ada pemantik api juga, ntah untuk apa.

"Halo halo? Masih idup ga orangnya?" oceh Niko, membuyarkan lamunanku. "Makanannya dimakan ya, ga boleh diet-dietan lagi, nanti sakit"

"Terus diary-nya? Makan juga?"

"Diary-nya kamu isi ya, Ra. Kamu ceritain seneng sedih kamu disitu. Kita kan sama-sama sibuk, jadi kita udah jarang cerita lagi. Aku pengen tau hari-hari kamu gimana. Nanti kalo udah selesai, kamu kasih ke aku."

"Terus ini korek api buat apa?" tanyaku heran.

"Oh iya itu, nanti seminggu sekali kamu bakar cerita-cerita sedih kamu"

"Biar apa?"

"Biar setelah kamu luapin kesedihan kamu di diary itu, kamu lupain kesedihan kamu. Biar nanti pas aku baca, aku taunya kamu seneng terus, aku ga mau kamu sedih-sedih lagi, Ra. Aku mau kamu seneng tiap hari," ucap Niko tiba-tiba serius.

Aku tersenyum senang. Selain bisa menjadi manusia terjahil, dia juga bisa menjadi manusia yang paling mengerti aku.

"Makasih ya, Niko"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang