Semusim

78 13 2
                                    

Aku termenung menghadap aliran sungai. Angin dingin menembus jaket tipisku. Musim semi telah berakhir. Dedaunan dan bunga-bunga indah telah gugur.

Kepalaku terasa dipukuli. Sakit, tapi tak sebanding dengan sakitnya hatiku.

Setahun aku telah menunggu. Setahun lalu, ia datang menonton festival sakura. Lalu selama semusim kami bersama. Tapi, tiba saatnya ia harus pergi. Kembali ke Negaraku, katanya.

Aku masih ingat janjinya, "tunggu aku pada festifal musim semi selanjutnya"

Tanpa sadar aku melihat papan iklan di gedung sebelah. Bodohnya aku. seharusnya aku tak perlu menunggu. Seharusnya aku tidak perlu berharap. Seharusnya aku mengenali wajahnya sebelum jatuh cinta padanya.

Semusim kami bersama, setahun aku menunggu, butuh berapa lama untuk melupakannya?

Lalu aku merasakan tubuhku jatuh. Dingin. Tak bisa bernafas. Lalu tak ingat apa-apa, hanya aku dan dia bertemu di festifal musim semi.

l è x iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang