Chapter 1
Kerlap – kerlip lampion beraneka bentuk terang menerangi dinding tinggi sebuah bangunan megah di tengah perkotaan. Hari spesial bagi setiap insan di sebuah daerah ibu kota dari luasnya wilayah kerajaan. Sejak sang raja langit dengan gagah berdiri, sampai sang dewi malam menggantikan, tak ada lelahnya para manusia bergerak.
Ramai tentu saja menjadi background suasana kali ini. Hanya dua kali dalam setahun gerbang megah yang menghiasi kawasan hall kerajaan terbuka. Waktu dimana setiap warga bisa tersenyum dan tertawa riang bersama orang orang kerajaan. Bahkan jika beruntung, mungkin mereka dapat bertemu dengan sang pangeran yang sangat tampan.
Pangeran Sean. Seorang pria berparas bagus, berhati lembut, dan setiap ucapan yang keluar dari bibir tipisnya selalu lembut bagaikan mantra sihir pembuat jatuh cinta. Banyak putri dari berbagai kerajaan telah jatuh hati padanya. Tapi dia selalu menolak. Tak ada yang membuatnya tertarik.
"hm.... dongeng seperti ini selalu membuatku tertarik. Bagaimana menurutmu?"
Seorang gadis bersurai merah marun anggun menatap lembut wanita yang ada dihadapannya.
"Banyak dongen bertema kerajaan yang menggunakan starter semacam ini. Jadi sebenarnya plotnya dan endingnya sudah bisa ditebak. Ah tapi, entah mengapa saya juga tetap tertarik dengan cerita seperti ini."
Wanita itu merespon dengan baik pertanyaan yang diajukan padanya. Tangan kirinya menutup sebuah buku cerita anak anak yang penuh warna. Dipeluknya buku itu seakan dia sedang membawa sesuatu yang beharga.
"Oh, begitukah? Imajinasi para rakyat biasa memang hebat. Bisa membuat cerita seperti itu. Aku yakin mereka akan menjadi penghibur yang luar biasa."
"Yang mulia?"
Sang gadis mengangkat cangkir teh beraroma khas teh hijau berjenis sencha supaya sejajar dengan dagunya. Menempelkan bibir cangkir dengan miliknya. Menikmati setiap rasa yang melewati indra perasa dalam mulutnya yang mungil. Dan dengan tersenyum puas, dia mengambil nafas.
"Seandainya setiap kehidupan berakhir seperti dongen semacam itu, mungkin semuanya akan lebih menarik. Ya kan?"
"........."
"Hei, jika kau bisa memilih sebuah ending, kau ingin ending hidupmu seperti apa?"
"Tentu saja seperti kebanyakan orang, saya memilih good end."
Seketika terjadi keheningan yang cukup lama. Sang wanita mulai gugup. Bahkan dapat terlihat bintik – bintik air di kening dan pelipisnya. Aura disana mulai berubah. Sampai akhirya sang gadis tersenyum.
"Benar juga. Orang – orang menyukai good ending. Hanya beberapa orang yang menyukai sad ending."
"Ada sesuatu yang salah, yang mulia?"
"Tidak. Terimakasih sudah mau berbagi waktumu dengaku, Midori. Sekarang kau boleh kembali ke perpustakaan. Ah, dan jangan lupa sampaikan salamku pada Shane. Aku menantikan permainan gitarnya yang indah."
Dan dengan begitu, wanita berusia 30 tahunan itu berdiri dan memberi salam hormat dengan menunduk sebelum ia meninggalkan sang gadis. Sekarang ruangan itu terlihat semakin luas dengan sebuah kursi yang tak terisi.
Angin lembut berhembus dari jendela disebelah meja dengan dua buah cangkir yang kosong. Membuat rambut panjang nan indah bak bunga mawar merah bergelombang. Cahaya matahari yang meyilaukan juga ikut menerangi halaman per halaman sebuah buku yang ada dipangkuan sang gadis.
"Andai kehidupan kerajaan seperti dalam cerita ini, mungkin akan menyenangkan. Aaah.. aku tak bisa membayangkan jika seorang pangeran tampan datang menemuiku."
Senyum jelas terlihat diwajah sang gadis. Dan disamping senyuman manis bermakna itu, terlihat sebuah aliran air. Turun menuju dagu sebelum akhirnya membasahi halaman berisi gambar beraneka warna. Semakin lama semakin banyak. Bak hujan kecil melanda dan membasahi hampir seluruh bagian halaman tersebut.
Tangan kecil itu menggenggam erat bajunya. Dadanya terasa sesak. Menyakitkan. Menyedihkan. Menggelikan. Menjijikan. Semua rasa jadi satu. Memenuhi alam pikiran bawah sadarnya. Dan seketika, semuanya merah. Bercak darah menciprat ke seluruh baju sang gadis.
Dia sekarat.
"Khu..khu... jadi kau masih bisa bertahan sampai sekarang?"
Suara menyeramkan terdengar. Sang gadis mengedarkan pandangannya. Mencari sumber suara yang berasal dari kepalanya sendiri.
"Aku tidak selemah itu."
"Ya, aku tahu. Karena itu aku memilihmu. Jika mati terlalu cepat, maka tidak akan menarik bukan?"
Gadis yang bersimbah darah kini terlungkup di lantai. Merangkak perlahan menuju pintu berhias ukiran emas. Perlahan tapi pasti. Meninggalkan jejak merah yang menyayat hati.
"Khu..Khu.. sekarang kau sudah mengerti apa yang harus kau lakukan ya. Tentu saja, sudah berapa lama ini? 10 tahun kah?"
"Diamlah."
"Khu.. khu.. menyerah sajalah. Kau tidak akan menang melawanku."
"Berisik! Jangan harap.. aku.. menyerah.."
Dengan nafas yang tersengal serta darah yang mengalir dari mulutnya, sang gadis berhasil memegang knop pintu berlapis emas perak. Dengan cepat ia berusaha menaikan badannya dan menarik ganggang pintu.
"Kau takkan bisa lari."
"Aku tak berniat untuk lari."
"Kau takkan bisa menghindar."
"Aku juga tak berniat untuk menghindar."
"Kau tak bisa sembunyi."
"Aku tak mungkin sembunyi."
"Lalu apa yang kau lakukan?"
Sang gadis tersenyum. Senyuman pahit yang nyaris tak terlihat. Akhirnya engsel pintu terputar. Membuat cahaya terang dari lampu lorong masuk ke ruangan. Hanya saja, cahaya itu sedikit terhalangi. Seorang gadis dan rambut cokelat gelap berdiri di depan pintu. Mereka berdua saling bertatapan.
"Inilah yang akan aku lakukan."
Tangan gadis bersimbah darah memgang erat pundak gadis bersurai cokelat dengan buku dipelukannya. Tubuhnya bergidik ngeri. Pemandangan mengerikan dengan kakaknya yang mandi darah dan ruangan berantakan dengan bercak darah.
"Avara... maafkan... kakak.."
Sekejap semuanya menjadi putih. Terang. Terlihat bibir dari sang gadis bersurai merah marun bergerak. Tapi tak ada yang terdengar. Menyisakan misteri dan penyesalan. Tak lama sekeliling kembali normal.
Kedua insan itu tak sadarkan diri. Hanya saja, salahsatu dari mereka sudah benar benar tak bisa bangun lagi. Buku dongeng anak anaktergeletak disamping gadis bersurai cokelat. Bermandikan darah pada cover depandan belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Butterfly
FantasyMohon kritik dan sarannya... Jika bingung, jangan khawatir.. ini memang gaya penulisan saya..