Kau sempat ucapkan pisah, saat ku beranjak pergi
Tapi perasaanku, tak berpaling darimu
“Itulah yang membedakanmu dengan makanan hahahaha”Niall tertawa renyah membuatku ingin tetap disini selalu melihat kebahagiaannya. Aku menarik kecil bibirku membuat sebuah lekukan senyuman paksa. Pinkiranku menerawah jauh pada permintaan ayahku untuk pindah menemani nenekku yang sendirian.
“Niall"setelah menghirup nafas panjang tanpa Niall ketahui aku membuka suaraku. Aku mencoba untuk menenangkan perasaanku dan menyiapkan diri agar tidak akan menangis disini.
“Ya?”Dia menoleh kearahku dan tersenyum manis sekali sambil memandangku.Tangannya meraih tanganku dan kembali menatap kedepan. Aku menunduk perasaanku mulai tak menentu. Aku menghela nafasku panjang lagi. Mataku mulai memanas. Dengan cepat aku mendangakkan kepalaku keatas mencoba menghentikan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mataku.
“Besok aku akan pergi”aku menunduk tidak berani menatapnya. Tanganku masih memegang tangannya bahkan sangat kencang.
“Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti”Niall menoleh padaku menundukka tubuhnya. Kemudian jari-jarinya menyelipkan rambutku yang jatuh disisi kepalaku kebelakang telinga.
“Aku akan pergi Niall. Pergi ke Belanda”aku mengangkat wajahku, tangisanku sudah tidak bisa ditahan lagi. Butiran air mata yang mulanya menetes beberapa telah menjadi aliran sungai kecil dipipiku.
“Jangan bercanda”Niall melepaskan genggaman tangannya padaku dan menelan beberapa snack yang tadi sempat ditunda untuk dimakan.
“Ayahku yang memaksaku sekolah disana. Dan menemani nenekku yang sendirian”aku menatap sayu wajah Niall yang menunjukkan wajah tidak pedulinya. Pelan pelan aku mengambil tangannya dan menggenggamnya.
“Aku tidak ingin meninggalkanmu"mataku menatap sayu wajah Niall. Terlihat jelas kekesalan diraut wajahnya.
“Jadi, kau mengajakku kesini hanya ingin mengucapkan berpisah? Aku pikir kau mengajakku kesini karena merindukanku”Niall mendengus sebal kemudian menghempaskan tanganku kasar.
"Tidak begitu”aku menarik tangannya takut dia meninggalkanku. Aku menatap wajahnya. Dia mengalihkan pandangannya dariku.
“Oh kau ingin bilang, mungkin ini hari terakhir kita bertemu. Begitu?”Niall menghempaskan tanganku lagi dan berjalan menjauhiku.
“Kita bisa berhubungan jarak jauh”aku berdiri dan berteriak. Beberapa detik kemudia tangan kananku menutup mulutku tidak percaya akan apa yang telah Niall lakukan.
“Bullshit! Kita putus sekarang! Aku tidak percaya dengan hubungan jarak jauh”Pandanganku memburam seketika. Air air yang semula telah tersimpan rapi dipelupuk mataku berebut ingin menumpahkan dirinya. Niall benar-benar melangkah menjauh dariku. Kakiku melemas, aku tidak menyangka Niall melakukan itu padaku.