Dumb & Dumber

576 30 5
                                    

Yoongi pov

Suasana kelas dalam keadaan tegang, hari ini hasil ulangan semester akan di bagikan. Rasanya seperti akan di eksekusi mati ketika Guru Kang memanggil nama mereka satu per satu. Dia sengaja membagikannya secara acak, tidak sesuai dengan peringkat.

Kaki ku terasa lemas ketika namaku di panggil ke depan. Dengan langkah yang di seret aku berjalan ke depan. Guru Kang memberikan ku selembar kertas dan aku menerimanya dengan tangan gemetar. Aku kembali ke tempat duduk ku tanpa melihat selembaran itu.

Bahkan setelah aku duduk di tempatku, aku masih enggan untuk sekedar melihat detetan angka itu.

Seseorang yang duduk di hadapan ku menolehkan badannya, dia menatapku dengan binar kebahagiaan. Dia pasti memperoleh nilai bagus lagi. Aku menghela nafas ku, mencoba membalas senyumannya. Aku baru tersadar bahwa Guru Kang sudah tidak ada di kelas. Itu artinya bel pulang sudah di bunyikan.

Dengan segera aku memasukan barang-barang ku yang masih ada di atas meja. Kemudian aku melangkahkan kaki ku keluar kelas bersama dengan tiga teman ku yang lain. Kami tiba di ruang loker setelah menuruni tangga.

"Jadi, bagaimana hasilnya?" Aku tersenyum kearah mereka

"Aku belum liat"

Ketiganya berhenti dari aktivitas mereka. Salah satunya membanting pintu loker dengan kencang, membuat suara debuman yang cukup keras "ayolah kau terlalu paranoid tau!" Aku terkekeh, dia memang benar.

Tas ku direbut secara paksa, tangan mereka sibuk mengobrak-abrik isinya. Aku hanya diam dan kembali sibuk dengan loker ku. Aku sudah terbiasa dengan sikap mereka yang sedikit kurang ajar. Mereka memekik senang, mungkin berhasil menemukan selembaran hasil ujian ku.

Aku menutup lokerku, kemudian menguncinya. Tubuhku berbalik, menatap ketiga teman ku yang sedang serius melihat hasil ujianku. Dari raut wajah mereka sudah sangat di pastikan bahwa akh punya banyak nilai di bawah standar kelulusan. Aku merebuy kembali gas dan selembaran milik ku.

"Kalian membuatku takut tau!" Aku tertawa keras "aku duluan ya, aku ada urusan penting"

Setelahnya aku melangkah pergi meninggalkan sekolah, aku pergi menuju halte bus terdekat. Aku duduk di salah satu kursi halte, mataku menatap sekeliling. Memastikan bahwa tidak ada teman-teman ku lagi di sekitar sini. Aku membuka tangan kanan ku yang terkepal. Selembarannya sudah menggumpal menjadi bentuk yang abstrak. Aku terlalu kuat mengenggamnya.

Perlahan aku merapihkan gumpalan kertas itu, aku mulai membaca setiap deret angka yang tertera di sana. Aku mengerang ketika melihat hasil ujian Bahasa Inggris ku yang berda di angka pas. Begitu pula nilai Kesenian dan Matematika ku. Disudut lembaran aku melihat sebuah amgka. Disana tertulis angka dua puluh. Itu artinya aku ada di peringkat dua puluh dari tiga puluh siswa.

Aku mengerang lagu, kemudian mengusap wajah ku dengan kasar. Jika nilai ku terus-terusan seperti ini rasanya akan sulit untuk mendapat jalur undangan ke universitas favorit. Terlebih pihak sekolah hanya mengirim dua puluh anak untuk satu angkatan. Itu artinya aku harus mendapat peringkat dua puluh dari dua ratus siswa.

Mataku terasa berat. Aku berharap bisa tiba di rumah dengan cepat, aku hanya butuh kasur ku sekarang.

~

Hoseok langsung menarikku keluar kelas saat bel istirahat berbunyi. Dia bilang kantin akan ramai jika kami tidak bergegas. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya. Kami duduk di sebuah meja panjang yang terletak di dekat pintu masuk

"Kau bisa segendut babi jika porsi makan mu sebanyak itu"

Aku mendelik kearahnya, "jangan suka mengomentari orang" cibirku. Hoseok tertawa, kemudian dia menenggak sodanya. "Kau tetap bertahan di posisi tujuh?" Dia terdiam kemudian mengangguk pelan. Aku tersenyum, "Jin dan Jungkook bagaimana?"

Dumb & DumberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang