first.

58 2 0
                                    

.
.
.
.
.
.
Lagi...

Nyatanya aku masih di sini, masih merasakan sakit itu, walau waktu telah jauh meninggalkan tapi aku masih saja terpaku pada waktu yang telah lalu, aku pikir perputaran jam akan membawaku menemui titik baru, namun tak begitu, masih tetap saja aku tertinggal walau berusaha mengejar jarum jam yang terus berlari. Aku pernah merasa jika telah lama sembuh, sembuh dari segala luka yang ku buat sendiri, namun tidak, ternyata begitu sulit, terkadang sakit itu menyerangku, walau kadang aku tertawa, bahagia, dan seolah lupa dengan semua, tapi sewaktu-waktu tanpa ku undang rasa itu kembali hadir, kembali menusuki jantungku, membuat detakannya tak karuan, ada sesak di dalamnya, ada kata yang harusnya ke luar, tapi tidak mampu ku suarakan lalu setitik air jernih mulai turun mewakili semua.

Yang aku tahu, detik ini aku merasakan sesak karena mengingatmu, mengingat tentang kita, walau hanya secuil dan mungkin itu tak berarti bagimu, tapi bagiku? Jelas itu bermakna, bodoh rasanya jika ingat di mana aku tersenyum karena chat yang kamu kirim, perhatian yang kamu tujukan untukku, janjimu, semua tentangmu yang membuatku berhasil mengutuk diri jika aku mencintaimu. Aku tahu ini bukan salahmu, mana mungkin bisa menyalahkanmu, bukankah jika aku mencintaimu bukan oleh sebab kamu yang salah? ini salahku, mana mungkin dengan berani membiarkan hati jatuh pada cinta yang tak seharusnya. Hanya semenit rasa itu kian indah aku nikmati, namun lukanya menjadi dalam meninggalkan kisah yang panjang, dengan barisan kalimat yang tak mungkin cukup dalam sehelai kertas, semenit saja, hanya semenit, tapi meninggalkan kenangan tidak dalam waktu sebentar.

Semua telah berakhir ketika aku tahu jika kamu bukan hanya memberikan semua perhatian itu untukku, bukan hanya menebar pesonamu padaku, lebih dari itu kamu bukan hanya membuat satu wanita jatuh hati padamu, dalam waktu yang sama kamu berhasil membohongi tiga hati, kamu, aku dan dia, atau mungkin juga dengan dirinya. Hitung sendiri!.. (ini versiku, ini menurutku, ini perasaanku. Kebenarannya hanya kamu yang tahu). Kamu pikir suatu kebanggaan jika seribu hati wanita mampu kamu taklukan dan membuat mereka jatuh cinta di waktu yang sama? Apa kamu tidak pernah berpikir bagaimana hati ke-999 wanita lain ketika pada akhirnya hanya satu yang kamu pilih.

Memang harus satu!!! Apa tidak bisa kamu hanya memfokuskan kepada yang menjadi tujuan utamamu, kenapa banyak wanita yang dijadikan persinggahan untuk menuju tujuanmu yang satu? tak bisakah kamu mengerti apa maksudku? Tapi ini bukan salahmu, aku tahu itu. Aku yang salah karena telah dengan mudah jatuh cinta padamu untuk yang kesekian kalinya walau aku tahu pada akhirnya akan berteman dengan luka. Inginnya kamu tak usah lagi kembali, ini bukan kali pertama ketika kamu pergi lalu kembali, pergi lagi, kembali lagi, cape rasanya... Aku memang tidak bisa menyuarakan apa yang ada di pikiranku padamu, tapi setidaknya kamu bisa memahami dari semua tulisanku bukan?

Jangan jadikan aku tempat singgah dalam perjalananmu, jika kamu mau, hanya ada satu pilihan, jadikan aku tempat tinggalmu bukan hanya sekedar untuk persinggahan sementara, tapi itu semua omong kosong, karena semua telah hancur, harapan dan mimpi itu telah kamu hancurkan, di saat aku merasa jika rasa yang ada ini adalah cinta, kamu malah membuatnya berubah menjadi benci, sangat benci, tapi aku sadar tak sewajarnya cinta berubah menjadi benci, aku tahu dengan membenci hanya akan membuat luka yang dirasa semakin dalam, aku putuskan tidak membencimu namun mengikhlaskan, mengikhlaskan harapan yang pernah ada memang sulit, tapi terus ku coba, menyibukkan hari agar tak ada ruang untuk bayangmu kembali mengusik, ternyata semua tak semudah yang ku tulis, sulit.. hingga detik ini aku masih saja menulis tentangmu (lagi).

Lagi (Masih Tentang Dirimu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang