PSK

4.1K 44 1
                                    

Pernah, di pertengahan hari yang teriknya mampu untuk membunuh bakteri Escherichia coli, si gadis gulali memasukkan setengah sendok garam ke mulutnya, hingga sampailah senyawa netral itu ke lambung. Asin yang bertahan selama beberapa menit di alat pengecapnya tak ia hiraukan. Rupanya memang ada yang lebih penting daripada memikirkan rasa asin tipikal garam.

Bahwa bukan rasa asin yang sedang ia cari. Bukan asin.

Apakah rasa manis yang ia cari?

.

.

Sudah terlewat, ketika si merah muda menyertakan dua bungkus kecap manis ke dalam sup ikannya yang lezat. Saat-saat di mana bukan nikmat yang ia kecap, namun justru kemanisan tajam dari cairan kental berwarna hitam yang membuatnya mual-mual.

Kecap manis itu diolah dari bahan baku kacang kedelai. Berhubung kedelai itu kacang, jadi— kacangkah yang ia cari?

.

.

Telah terjadi, seorang gadis berambut gulali menghancurkan kacang goreng yang gurih dengan gigi-giginya. Lagi dan lagi si gadis mengambil makanan ringan tersebut dari kemasannya yang berwarna keemasan. Terasa kacang-kacangan yang ia kenali di lidahnya. Rasa rindu akan suatu makanan yang sudah lama tidak ia telan membuatnya frustasi karena tak kunjung mengingat apa nama makanan tersebut. Meski lebih didominasi rasa kacang, gadis itu tidak bisa menyangkal bahwa ada bahan lain yang lebih mendominasi daripada kacang. Tapi apa?

Apakah makanan tersebut?

.

.

Sakura mengajak Sasuke ke tempat yang banyak PSK. Lalu, bagaimana tanggapan lelaki berambut malam itu?

PSK

Disclaimer: Masashi Kishimoto

AU, OOC, memakai beberapa kebanggaan Indonesia

0

Biru mendominasi langit pagi Konoha, mengalahkan sinar matahari yang jauh dipandang. Bintang terdekat dari bumi itu tengah dalam perjalanan untuk terbit di ufuk timur. Tak ayal kokokan ayam terdengar bersahut-sahutan—seolah menyadarkan manusia untuk segera bangun kalau tidak ingin rezeki dipatok kaumnya terlebih dahulu.

Sakura melenggang malas-malasan sambil mengucek bilik matanya yang terasa ganjil karena keberadaan belek—kendatipun ia sudah mandi, nyatanya menghilangkan belek memang tidak cukup dengan basuhan air. Sambil menyisir rambut basahnya yang berwarna merah muda, gadis itu mendudukkan dirinya di salah satu kursi di meja makan.

"Pagi, Okaa-san. Pagi, Otou-san," sapa gadis itu pada kedua orang tuanya yang sudah duduk berdampingan di meja makan. "Woah, kambing bakar!" serunya bersemangat.

Kedua pasangan di meja makan itu tersenyum hangat menatap antusias putrinya atas berkah Tuhan. "Makannya pelan-pelan, Sakura."

Sakura jelas tidak menghiraukan nasihat ayahnya yang seperti angin lalu. Ia memfokuskan otaknya pada rasa bakaran pada daging kambing yang tidak ia pedulikan apa bumbunya. Rasa bakaran itu mengingatkannya pada sesuatu. Sesuatu yang berbahan baku daging kambing. Pelan-pelan gadis itu mulai menghubung-hubungkan rasa asin dari garam, manis dari kecap, dan remukan kacang yang ia jejalkan kemarin ke mulutnya dengan rasa daging kambing bakar yang sedang ia kunyah.

Memang tidak cukup kalau hanya dengan membayangkan, sementara ia tetap tidak mengingat apa yang sedang ia rindukan. "Okaa-san, apa sih makanan yang aku suka?" pertanyaan yang seharusnya ia sendiri yang mengetahui ia lemparkan pada ibunya.

PSKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang