THE BURROW.
SIANG— hari yang cerah di kediaman keluarga Weasley begitu terasa hidup, senandungan dari Molly Weasley menggaung memenuhi dapur yang dipenuhi oleh para wanita, ada Ginny Potter putri bungsu keluarga Weasley, rambut merahnya nampak mencolok diikat dengan gaya ekor kuda, peluh meleleh dari pelipisnya. Lain lagi di meja makan, Hermione Malfoy dan Gabrielle Weasley yang tengah berusaha memindahkan meja makan tersebut ke halaman belakang rumah Weasley, padahal Molly telah menyuruh anak menantunnya itu untuk beristirahat saja mengingat ia mengandung cucu kedua dari Ron, tetapi sepertinya kekerasan kepalanya susah sekali ditaklukan. Fleur Weasley dan Angelina Weasley, mereka berdua tampak sangat mencolok, si kulit putih dan si kulit gelap tampak kompak memotong-memotong bahan makanan, sesekali mereka berdua tertawa karena lelucon yang dibuat oleh Angelina. Molly memperhatikan pemandangan itu dengan pandangan haru, bagaimana tidak? hal ini sangat jarang terjadi, The Burrow selalu sepi– kecuali saat libur sekolah berlangsung. Bahkan Arthur Weasley, bersedia mengambil izin untuk makan siang di rumah.
"Apa kamu sudah menyiapkan nama untuk si bayi nanti, Gabs?" tanya Hermione dengan nafas terengah, rambut coklatnya lepek karena keringat, Gabrielle merona ditanya seperti itu oleh Hermione, mereka berjalan memasuki rumah lewat pintu belakang yang langsung terhubung dengan dapur. Aksen Gabrielle sedikit lucu di telinga Hermione, dia seorang Amerika, dan sebaliknya juga, Gabrielle agak lucu mendengar aksen Inggris Hermione. "Yah, Ron sudah membicarakannya, dia sangat berharap jika selanjutnya ini adalah perempuan, tapi kalaupun tidak Ron juga tidak keberatan. Rose Mary Weasley untuk perempuan dan Hugo Arthur Weasley untuk lelaki." Hermione mencibir, Gabrielle tertawa.
"Benar, Hermione. Ron mengambil nama Rose agar sama dengan nama Lily, aku tidak tahu alasannya. Bahkan ia berencana ingin menamakan anaknya dengan nama dewa Yunani, Artemis, atau Hera, tapi aku melarangnya." Gabrielle terdiam sebentar, Hermione menyadari perubahan hati sang Ibu hamil di depannya, entah karena hormon atau karena ada yang menganggu fikirannya, seperti tebakan kedua lah yang benar. "Aku takut anak ini kelak akan hanya menjadi manusia biasa sepertiku, what's again you call us? a Muggle? aku takut, Hermione. Ia akan berbeda dengan seluruh kerabatnya dan membuat ia bingung, dan pada akhirnya jika dia sudah mengerti ia akan kecewa pada dirinya sendiri. Aku juga tidak tahu apa reaksi Ron kelak jika tahu anaknya tidak memiliki kekuatan sihir sama sekali, I- I just.. you know.."
Hermione merangkul bahu Gabrielle, kulitnya sangat kontras dengan kulit Hermione, yang diam-diam membuat wanita berambut coklat itu iri setengah mati. Bagaimana tidak? warna kulitnya kuning, eksotis, jika ia dan Draco berdiri Draco akan terlihat seperti mayat hidup, rambutnya berwarna pirang– tidak seperti Draco, pirang dengan sedikit warna coklat alami. Bibirnya tipis selalu menyunggingkan senyum manis, sejauh ini Hermione belum pernah melihat Gabrielle mencibir atau menggerutu bahkan untuk Ron. Terjawab sudah kenapa lelaki itu jatuh cinta kepada Gabrielle. "Well, Gabs, listen me, okay? kamu tahu, orang tuaku dulunya adalah seorang manusia biasa, mereka seorang dokter gigi di London. Aku bersekolah di sekolah dasar Muggle, sampai umurku sebelas tahun. Pada saat itu liburan sekolah, beberapa kejadian aneh sempat terjadi, aku bisa menerbangkan gelas tanpa harus menyentuhnya, membuat bunga yang ditanam oleh ibuku berterbangan kata Ibuku dulu itu hanya kebetulan, sampai pada mendiang Professor Dumbledore datang ke rumahku dan mengatakan aku seorang penyihir. The point is Gabs, meskipun kamu seorang– yang maaf, Muggle tidak menutup kemungkinan anakmu kelak akan menjadi seorang penyihir sama seperti Billy, dan masalah Ron jika ia berani menyakitimu, aku dan Ginny siap menghajarnya." pada bagian ini Gabrielle tertawa. "Aku serius, Ron memang bodoh dan perlu diingatkan, maka dari itu dulu aku selalu bersamanya, agar ia tidak hilang arah, dan aku senang ia bertemu denganmu, Gabrielle—"
"— Dan Ella, aku dan Draco kira ia tidak mempunyai keturunan sihir. Draco sempat murung, tetapi dia bisa menerimanya dan menyekolahkan Ella di sekolah dasar Muggle sampai tingkat lanjut tahun keduanya di sana. Namun suatu hari sebuah burung hantu datang membawa surat dari Hogwarts dan mengatakan keterlambatan yang terjadi. Dan anak itu kini sudah berada di tahun ketiganya bersama si Kembar." Gabrielle memandang Hermione dengan senyum, wanita di hadapannya ini cerdas, ia sudah mendengar ratusan kali dari Ron, dan ia tidak cemburu sama sekali karena Hermione sangat baik. Hermione juga membalas senyuman gadis itu. "Well, sepertinya Molly telah memanggil. Kita harus segera menata meja makan, aku bersumpah akan mengutuk para lelaki tidak berguna itu yang kerjaanya hanya bermain catur sihir dan membicarakan naga serta Quidditch."
Gabrielle tidak bisa lebih setuju lagi.
[]
Di meja makan yang berbentuk memanjang seperti persegi itu kini sudah dipenuhi dengan berbagai macam hidangan, mulai dari kalkun panggang, kentang tumbuk, kacang panggang, roti panggang, pai ayam, kue tart dan masih banyak makanan lagi. Ginny dan Hermione sempat protes dengan masakan yang dibuat Molly, menurut mereka berdua itu terlalu banyak, dengan porsi yang dibuat tidak tanggung-tanggung, tetapi perempuan paruh baya itu hanya tersenyum dengan kedua pipinya yang tembam naik ke atas dan berkata dengan nada keibuan yang tidak bisa dibantah; ini jarang sekali terjadi, 'Mione, Ginny. Melihat kalian semua anak-anakku berkumpul membuatku senang, The Burrow sangat sepi semenjak terakhir George pergi. Hermione dan Ginny langsung tutup mulut.
"Aku tidak pernah melihat Mum masak sebanyak ini, terakhir kali ia memasak seperti ini waktu ulang tahun Ginny yang ke dua belas." ucap Ron dengan wajah berbinar melihat kalkung panggang sebesar paha orang dewasa tersebut, "Uhm, Mum. – Molly menoleh menatap Ron dengan pandangan bingung – tapi, di mana ayam goreng- ku. Maksudku kamu selalu membuat ayam goreng untukku tapi di mana sekarang ayam goreng itu?" orang-orang di meja makan itu memandang Ron dengan berbagai ekspresi, tetapi milik Draco yang lah menjadi kegemaranku. Ia menyeringai dan berdesis dengan keras, jelas itu sengaja. "Ronald Weasley and his bloody chicken which is missing."
Ron hanya memutar kedua bola matanya, tidak sedang berselera menanggapi celaan dari si pirang yang kini sudah tertawa terbahak-bahak bersama dengan George, oh, lihatlah, seperti kakak beradik saja, dan Ron yang orang asing. Suara deheman dari Arthur membuat semuanya diam dan mengambil tempat duduk se strategis mungkin, bahkan Harry sudah mengakui bahwa pai ayam yang menggiurkan itu kelak akan menjadi miliknya, seutuhnya. "Sebelum makan lebih baik kita memanjatkan syukur kepada Merlin yang telah memberkati kita pada hari ini, semoga makanan ini memberi kesehatan dan kemasyuran bagi kita semua. Dan memperingati hari kematian keluarga kita." suasana sunyi yang aneh mulai menyelimuti keluarga itu, terkecuali Gabrielle, ia bahkan tidak tahu siapa yang di maksud oleh Arthur. "Freddie Weasley, kami semua merindukanmu. Untuk Fred."
Semua mengangkat gelasnya dan mengucapkan 'untuk Fred.' setelah itu tidak ada lagi yang berbicara, semuanya makan dalam diam, bahkan kompak menundukkan kepala tenggelam dalam piring masing-masing. Ini sudah hampir dua puluh dua tahun atau lebih semenjak kematian, Fred, Remus, Nymphadora, Alastor Moody, dan beberapa pejuang lainnya. "Maaf jika aku lancang, tapi bisakah seseorang memberi tahuku siapa itu Freddie Weasley, uhm, maksudku aku tahu ia bagian dari keluarga Weasley, siapakah dia? kakak atau adik dari Ron, dan kenapa ia telah tiada, dan jika ada fotonya aku ingin melihat bagaimana rupa dari Freddie Weasley tersebut."
"Well." Molly berdehem mendengar rentetan pertanyaan yang keluar dari Gabrielle, wajah perempuan tembam itu terlihat sedih akan tetapi ditutupinya dengan senyuman cerah, jika Molly bisa mengatasi perasaanya tentu semua bisa, ia yang paling kehilangan Fred ketika anak lelaki bandelnya itu gugur dalam Perang Sihir ke- dua tersebut. "Aku berjanji akan menceritakannya kepadamu, Gabrielle, tetapi alangkah baiknya jika kita menghabiskan dulu makanan di meja ini. Bagaimana?" Gabrielle mengangguk senang kemudian makan dengan lahap.
Seekor burung hantu dari Hogwarts mendarat tepat di tengah meja makan, mereka semua saling pandang dengan bingung, surat itu dirujukan untuk keluarga Malfoy. Hermione berdiri dan meraih surat yang berlambang 'H' pada penutupnya. Dari Neville Longbottom ternyata. Dengan gerakan cepat, ia meninggalkan meja makan beberapa langkah untuk membuka surat tersebut, ada dua jenis surat resmi dan tidak resmi. Yang resmi mengatakan bahwa anak mereka yang bernama Scorpius Jean Malfoy terlibat perkelahian sengit dengan Taylor Macmillan, siswa arama dari Slytherin. Mereka berdua tak perlu datang ke sekolah, karena permasalahannya sudah beres. Namun, di surat tidak resmi yang ditulis oleh Neville adalah penyebab perkelahian mereka, mulut Hermione menganga maksimal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Weakness of Wizardy ; Harry Potter
FanfictionKegelapan kembali menyelimuti dunia sihir, kematian Minerva McGonagall masih menjadi tanda tanya besar bagi seluruh orang tua dan siswa Hogwarts itu sendiri. Nama yang tak boleh disebut itu kini kembali menggaung memenuhi udara akibat ucapan dari N...