Bandara Soekarno-Hatta
"Sat, kamu yakin dengan keputusan kamu ini?" Dani berkata kepada sahabatnya yang sedang menatap kosong kearah lain.
"Aku harus melakukan ini Dan, demi Nadya." Satria berkata tanpa melihat kearah Dani.
"Tapi kamu masih bisa menemui Nadya dan memberitahu alasan kamu."
"Aku tidak bisa melihatnya lagi Dan, aku tidak ingin Nadya lebih menderita dan terluka saat dia tahu yang sebenarnya. Lebih baik dia membenciku daripada harus-"
Kata-kata Satria terpotong oleh sebuah panggilan yang menandakan pesawat akan berangkat sebentar lagi.
"Waktunya sudah tiba Dan. Terimakasih untuk segalanya." Satria memeluk sahabatnya itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya.
"Good luck, Sat."
Satria hanya tersenyum sambil kemudian berlalu meninggalkan Dani.
Dani menatap punggung Satria yang kini sudah menjauh dan mulai menghilang ditengah lautan manusia di Bandara Soekarno-Hatta.
***
Kediaman Keluarga Abiyasa
Rumah kediaman keluarga Abiyasa nampak berbeda dari biasanya. Rumah ini seolah disulap menjadi sebuah istana megah bernuansa putih. Dikelilingi oleh tenda-tenda yang dihias sedemikian rupa sehingga terlihat sangat indah. Terdapat hiasan bunga-bunga mawar berwarna putih dan merah muda. Bunga-bunga tersebut adalah bunga-bunga kesukaan sang mempelai wanita, Nadya Almira Abiyasa. Putri sulung dari pasangan Bayu Pramana Abiyasa dan Dena Murti Abiyasa.
Terlihat para tamu undangan sudah mulai memadati kediaman tersebut dan para wo sedang sibuk-sibuknya mengatur segala sesuatunya agar acara pernikahan ini berjalan dengan lancar.
Sementara itu, Nadya- sang mempelai wanita terlihat sangat cantik dengan kebaya khas sunda, sesuai dengan tema pernikahannya.
Namun, Nadya tidak dapat menyembunyikan kegugupannya. Karena hari ini adalah hari terpenting dalam hidupnya. Dia akan menikah dengan belahan jiwanya. Sudah tiga tahun Nadya mengenal laki-laki ini dan Nadya merasa sangat yakin dengan keputusannya.
"Wah, ada yang lagi nervous nih."
Nadya melihat kearah suara tersebut dan tersenyum saat tahu, Sabrina, adik satu-satunya sedang menatapnya penuh rasa geli. Sabrina sendiri terlihat cantik dengan sebuah kebaya berwarna merah muda.
"Apaan sih kamu Sa," Nadya mencoba menahan emosinya agar tidak terpancing oleh adiknya yang super jahil ini.
"Teh," Sabrina mengahampiri Nadya yang sedang duduk di sisi tempat tidur.
"Teteh gak usah tegang kayak gitu dong. Nanti cantiknya berkurang lagi."
"Kamu tuh ya, Tetehnya lagi tegang kayak gini juga, masih aja dibercandain."
"Haduh, si Teteh mah ya. Sasa kayak gini juga supaya Teteh gak terlalu tegang. Tenang aja Teh, cuma tinggal 30 menit lagi Teteh bakalan denger kata 'sah'....."
"Kamu temenin Teteh disini ya Sa?"
"Iya Teh, pasti."
Mereka berdua tertawa, sama-sama mencoba mengusir rasa tegang yang menyelimuti hati mereka saat ini.
Nadya yang lebih dulu berhenti karena mendengar handphone-nya.
"Siapa Teh?" Tanya Sabrina.
"Satria," Nadya merasa senang sekaligus bingung mengapa Satria harus menelponnya.
"Ya Sat?"
"Hei Nad, kamu lagi apa?"
"Kamu apaan sih Sat? Ya aku lagi nunggu kamu lah. Kamu ngapain telpon? Kamu masih di jalan kan? Kamu baik-baik aja kan?" Nadya memberikan pertanyaan-pertanyaan seketika itu juga.
Satria tertawa mendengar Nadya begitu khawatir terhadapnya.
"Iya Nad, aku lagi di jalan. I'm on the way but... I'm not on the way to your home Nad."
Nadya semakin tidak mengerti dengan kata-kata Satria.
"Sat, maksud kamu apa?" Mencoba setenang mungkin, karena Nadya tahu sekarang pasti Satria sedang bercanda dengannya.
"Sat? Hallo? Kamu bercanda kan?"
"Nad, aku sangat mencintai kamu. Kamu denger aku? Aku sangat mencintai kamu Nadya. Tapi, aku gak bisa hadir dipernikahan kita Nad. Maafkan aku."
Setelah itu, tidak ada suara Satria lagi. Karena lelaki itu sudah memutuskan teleponnya.
"Teh, ada apa?"
Sabrina yang melihat perubahan ekspresi kakaknya langsung menyadari bahwa sesuatu telah terjadi.
"Teh, Teteh kenapa? Ada apa sama Kak Satria?"
Sabrina mencoba mengguncang-guncangkan pundak Nadya. Mencoba menyadarkan Nadya dari tatapan kosongnya.
"Pernikahanku batal Sa."
Hanya kata itu yang keluar dari mulut Nadya. Setelah itu, semuanya terjadi begitu cepat. Ayah dan Ibu Nadya dan semua tamu undangan mengetahuinya. Mengetahui kalau pernikahan Nadya dan Satria telah batal karena Satria tidak pernah datang.
---------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere, Sometime, Someday (Short Story)
RomanceHanya sebuah cerita yang harus diselesaikan. Cover by : Google