Safira nandareya, anak baru yg terlihat sama sekali tidak berkesan.
Hari itu adalah hari pertama nya masuk. Setelah memperkenalkan diri, guru mempersilahkannya untuk duduk di bangku paling belakang. Disana ada 4 barisan bangku disana, terdapat disebelah kanan pojok terdapat bangku kosong.
Semua mata menoleh padanya terkecuali guru nya. Dahi safira mengkerut dan bertanya-tanya dalam batin apakah salah duduk disini?
"Gue bian"
Safira menolehkan pandangannya ke arah laki-laki yang bernama bian itu. Ia tersenyum singkat dan mengangguk, "gue safira"
Semua pasang mata yang tadi menatapnya menjadi semakin lekat menatap ke arahnya. Sialan apa yang salah sih?
Safira tau bahwa bian laki-laki yang tampan. Tapi kalau hanya untuk berkenalan memangnya kenapa? Salah? Atau perempuan-perempuan yang didepan sana merasa terganggi karena gebetannya diambil?
"Biarin aja mereka emang suka begitu, " ujar bian menyadari herannya safira.
Safira menolehkan kembali kepala ke bian. "Mungkin mereka gak suka gue"
"Gak mungkin. Anak baru seperti lo pernah buat masalah apa disekolah ini sampai gak disukain sama mereka."
"Disekolah gue yang dulu juga gak pernah ada yang peduli sama gue, jadi wajar aja kalau gue bisa beranggapan begitu" safira mengeluarkan buku tulisnya. Mencoba mengikuti pelajaran yang sempat tertinggal.
"Pindahan dari mana?" Tanya Bian sambil memiringkan sedikit wajahnya untuk melihat wajah safira.
"Smansa bogor" ujar safira
Dengan wajah yang terlihat bingung, "apatuh smansa?" Tanyanya lagi pada Safira. "Sma negeri 1 Biannn" jawabnya.
Dengan ber-oh ria, safira menoleh ke arah meja Bian. "Kok lo gak nyatet?"
"Males" ucap Bian sambil menyenderkan tubuh nya ke sandaran bangku.
"Lo pasti anak bandel ya disekolah ini?"
"Gue ngerasa iya. Tapi kata temen-temen gue sih ngga, "
Safira kembali mengangguk. Ia kembali memilih diam dan fokus untuk memperhatikan papan tulis.
"Ssshh"
Pulpen yang ada ditangan safira berhenti bergerak. Ia menatap ke arah Bian yang sedang menahan sakit dibagian kepalanya.
"Lo kenapa?" Bisik safira yang sangat pelan. Ia takut terdengar oleh guru fisika yang ada didepan sana.
"Gue keluar dulu." Bian berjalan cepat menuju pintu kelas.
Tanpa mengucapkan kata izin pada guru yang ada didepan sana.
Dan anehnya, tidak ada satupun yang menyadari dia pergi. Bahkan guru tersebut tidak menanyakan ia mau kemana.
Aneh, emangnya siapa sih Bian? Sampai-sampai semua orang terkesan tidak peduli atas apa yang dia lakuin.
Tidak mencatat, bahkan tidak izin saat keluar.
Apa dia anak donatur sekolah? Atau anak pemilik sekolah? Atau cucu dari yang punya sekolah? Atau dia yang punya sekolah? Ah, ngaco...
***
Halo gengs! Udah lama ya gak update he-he sibuk. Yang kemarin masih kepotong banget ya cerita nya, belom siap ngelanjutim yg kemarin kesannya bener-bener flashback HAHAHAHA oke kelamaan basa-basi. Ikutin yang ini ya, semoga gue bisa menyelesaikannya dengan imajinasi yang belom dalem-dalem amat wkwk, enjoy!
B.n