Vote and coment after read. Dont be silent readers. Maaf typo bertebaran. Happy reading... ^_^Apology
"Chim! Cepat bangun!" Ucap Jesoo sambil terus menggoyang goyangkan tubuh pria bernama Park Jimin agar ia bangun. Tapi sang pemilik nama hanya berdecak dan mengabaikan Jesoo. Jesoo terus berusaha membangunkannya.
"Yak!! Eomma dan appa sudah menunggu di meja makan. Cepat mandi dan sarapan!" Jesoo berteriak.
"Baiklah baiklah." Ujar Jimin malas.
Jesoo mulai menuruni satu persatu anak tangga dan menuju ruang makan. Menduduki kursi di meja makan mereka.
"Eoh, kau cantik sekali hari ini Jesoo-ah." Ujar ahjumma, ibu Jimin. Ahjumma? Iya, Jesoo memanggil ibu Jimin ahjumma karna sebenarnya mereka bukan kakak beradik. Tapi hanya sebatas teman yang sangat akrab. Ada alasan tertentu kenapa Jesoo tinggal bersama keluarga Jimin.Kampus~
Jesoo sedang duduk di salah satu kursi taman di kampusnya. Menunggu kopi dan juga pria yang dari tadi tak kunjung datang. Hingga ia bosan disana. Ia mengeluarlan sebuah buku novel. Ia membacanya untuk menghilangkan rasa bosannya. Beberapa menit kemudian kopi yang ditunggu tunggu dan juga pria tersebut datang.
"Kau lama sekali, Chim." Jesoo mem-pout kan bibir nya sambil mengambil segelas kopi pesanannya lalu menyeruptnya.
"Antriannya panjang." Jimin mulai menyeruput kopi miliknya. Tidak ada percakapan selama beberapa menit. Atmosfir yang tidak diinginkan. Suana yang membosan kan bagi Jimin. Sedangkan Jesoo terus fokus pada bacaannya. Hingga Jimin berusaha menetralisir keadaan.
"Kau membaca buku apa?" Jimin memulai percakapan. "Ini? Ini novel tentang psiko. Kau mau membacanya?" Jesoo meninjukkan novel tersebut pada Jimin.
"Kapan kau membelinya?" Jimin bertanya lagi. "Ani, aku tidak membelinya. Hoseok sunbae meminjamkannya padaku. Ia kan juga berada di jurusan yang sama denganku. Psikolog." Jesoo tersenyum lebar.
"Kau, apakah pilihanmu tetap sama? Kau tidak mau kembali pada keluargamu" Jimin bertanya serius. Membuat Jesoo menatap matanya lekat. "Kenapa akhir akhir ini kau menanyakan hal itu?" Jesoo kesal. "Pikirkanlah baik baik Jesoo, jika tidak ada mereka, kau tidak mungkin ada didunia ini." Nada Jimin serius.
"Kau benar Jimin." Ucapan Jesoo membuat Jimin mengulas senyum. "Jika tidak ada mereka berdua, aku tidak mungkin ada didunia ini. Jika aku tidak ada didunia ini, maka aku tidak akan diperlakukan seperti itu oleh mereka." Jesoo berujar Sinis. Seketika senyum Jimin luntur.
"Kita sudah berteman sejak sekolah menengah pertama, Chim. Kita sudah bersahabat sejak lama. Kau pasti sering mendengar ceritaku tentang orang tua ku, kan? Mengertilah, Chim." Jesoo sangat geram lalu meninggalkan Jimin.
"Sebenci itu kah kau?" Batin Jimin sambil menatap punggung Jesoo yang menjauh.
~_~_~
Jesoo dengan sebal menghempaskan tubuhnya. Membuat teman teman nya berdecak heran. Jesoo mengabaikannya. Lalu ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk. "Jesoo... Kau marah lagi, eoh? Maafkan aku. Aku akan mentraktirmu makan nanti. Jangan marah lagi, ne. Ppuing ppuing." Isi pesan tersebut membuat Jesoo menyunggingkan senyum. Apalagi ia memberi ppuing ppuing dalam pesan.
~_~_~
Gluk. Jimin menelan ludah. Tidak percaya akan apa yang dihadapannya.
"Kau benar memesan makanan sebanyak ini?" Tanya Jimin yang hanya dijawab anggukkan oleh Jesoo. "Kau akan menghabiskannya?" Jimin memastika lagi. Dan lagi lagi dijawab anggukkan mantap oleh Jesoo. "Anggap saja sebagai ucapan permintaan maafmu." Jesoo.
Acara makan mereka berjalan sangat menyenangkan. Terlihat seperti pasangan kekasih, padahal tidak. Jesoo dan Jimin terus saja bercanda tawa. Membuat lelucon lelucon yang membuat mereka menyimpulkan senyum. Jesoo terlihat sangat bahagia. Tak disangka, ada seorang yeoja yang sedari tadi memperhatikan mereka dari luar. Dan aktifitas yang Jimin dan Jesoo lakukan membuat yeoja itu tersenyum kecil sambil berkata. "Kau bahagia?" Lalu pergi dari sana.
~_~_~
Seusai makan, mereka segera berjalan menuju rumah. Karena memang hari yang mulai larut.
"Aigoo... Aku sangat kenyang, Chim." Ujar Jesoo sambil mengelus perutnya yang sedikit buncit.
"Itu karena kau memesan makanan terlalu banyak." Jimin menjawab. Jesoo hanya terus mengelus perutnya.
"Chim, aku mau menanyakan sesuatu padamu." Nada Jesoo serius.
"Apa?" Jimin kembali bertanya.
"Kenapa akhir akhir ini kau selalu menanyakan tentang bagaimana perasaan ku pada keluargaku?" Jesoo menatap mata Jimin lekat. Jimin tetlihat gugup dan kebingungan akan dijawab apa pertanyaan yang dilontarkan Jesoo.
"Hhmm... Karena..." Jimin tampak berpikir. "Karena aku khawatir. Aku mengkhawatirkanmu." Jimin berbohong.
"Baiklah, aku akan mengenggap nya seperti itu." Tanggap Jesoo.
~_~_~
Pagi Hari~
"Jesoo, kau berangkat bersamaku tidak?" Jimin bertanya pada Jesoo yang sedang mengikat tali sepatu nya.
"Ani, pagi ini aku berangkat bersama Hoseok sunbae." Jesoo masih mengikat tali sepatunya. Jimin sedikit kecewa akan tolakan itu.
"Baiklah, aku berangkat dulu. Jadilah yeoja yang baik, ne." Ujar Jimin sambil mengusap kepala Jesoo gemas dan lalu berlari.
"Yak!! Aku menyisir rambutku dengan sangat rapi hari ini! Kenapa kau merusaknya?" Jesoo geram terhadap perlakuan Jimin. Sedangkan Jimin terus meneruskan lari nya dan tertawa senang. Tapi sebenarnya hati kecilnya merasa sakit ketika Jesoo mengatakan ia berangkat dengan Sunbaenya, Hoseok.
~_~_~
"Lalu, apa yang harus dilakukan jika terjadi seperti ini, sunbae?" Tanya Jesoo pada Hoseok dengan beberapa buku yang tergeletak diatas meja yang mereka duduki sekarang. Dan dua gelas kopi yang berbeda rasa juga ikut memeriahkan meja itu. Menambah kesan 'sesak' disana.
"Tentu saja harus menenangkannya. Membuatnya jinak terlebih dahulu itu lebih baik." Jawab Hoseok pasti.
Tidak ada hal hal pribadi yang mereka bahas disini. Hanya beberapa pembahasan tentang mata kuliah mereka. Karena Hoseok adalah sunbae yang baik, maka Jesoo bertanya hal yang tidak ia tahu pada Hoseok. Hoseok pun akan dengan senang hati membantu Jesoo.
~_~_~
Dilain tempat.
"Jadi, bagaimana? Apakah pilihannya tetap sama?" Tanya yeoja yang ada dihadapan Jimin sekarang ini.
"Hati nya benar benar terluka, sepertinya pilihannya tetap sama." Jawab Jimin.
"Tapi, aku akan berusaha membuatnya kembali seperti dulu." Jimin melanjutkan perkataannya.
"Aku akan menunggu saat itu." Yeoja misterius itu berujar.
~_~_~
Disore hari, sedang duduk dan menyesapi segelas lemon teh nya. Menikmati pemandangan sore hari di taman ini. Banyak sekali anak anak yang berlarian kesama kemari. Dan juga beberapa pasangan remaja juga ikut memeriahkan tempat itu. Membuat Jesoo sedikit iri melihat pemandangan itu. Saat Jesoo sedang asyik asyiknya menikmati pemandangan tersebut, ada seseorang yang menutup kedua mata nya.
"Coba tebak." Orang yang menutup mata Jesoo berujar. Membuat orang yang ditutupi matanya sekarang ini terkekeh.
"Jimin, hentikan." Jesoo mencoba melepas telapak tangan yang menempel pada kelopak matanya itu. Menampakkan seseorang yang tadi ia tebak.
"Woah... Jesoo-ah, kenapa kau sangat hebat, eoh?" Jesoo mengerutkan dahi atas perkataan Jimin.
"Hebat apanya?" Tanya Jesoo kebingungan.
"Setiap aku melakukan hal itu, kau pasti menjawab dengan benar." Jawab Jimin yang membuat Jesoo tertawa.
"Hahahah... Tentu saja aku pasti benar ketika menjawab. Didunia ini aku hanya memiliki dua teman. Pertama kau dan kedua Hoseok sunbae. Hoseok sunbae adalah orang yang sangat dewasa. Jadi, kemungkinannya sangat kecil jika Hoseok sunbae yang melakukannya. Jadi pasti kau, Park Jimin yang melakukannya. Karena memang sikapmu yang kekanakan." Jesoo panjang lebar menjelaskan.
"Jika orang lain selain aku dan Hoseok sunbae?" Jimin bertanya lagi.
"Tentu saja tidak akan ada yang melakukan hal itu kepadaku selain kau dan Hoseok sunbae. Adapun ia pasti salah orang." Ucap Jesoo mantab.
"Oh iya, aku ingin pergi ke taman hiburan." Jimin sedikit merengek.
"Lalu?" Tanya Jesoo singkat.
"Temani aku." Jimin terus merengek.
"Baiklah..." Jesoo.
" Kau sangat baik Jesoo-ah." Ujar Jimin menghamburkan pelukan pada Jesoo.
"Jimin lepaskan!" Jesoo berusaha melepaskan lengan Jimin yang melilit ditubuhnya.
"Andwe..." Jimin nyaman dengan posisi itu.
"Jimin!"
"Andwe..."
"Park Jimin!!"
"Andwe!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Apology friend.ver
Random"Maafkan aku karena telah membuatmu seperti ini. Aku adalah orang yang paling bodoh didunia ini." Jimin. "Ini semua bukan salahmu. Ini adalah takdir tuhan yang diberikan padaku. Mau tidak mau aku harus menjalaninya." Jesoo.