Senja sudah mulai menampakkan wujudnya, rintikan air juga sudah mulai turun membasahi bumi. Banyak orang-orang berlarian menghindari hujan yang mulai membasai pakaian mereka. Satu persatu mencari tempat berteduh, halte bus juga sudah mulai ramai dengan orang-orang yang mulai menghindar.
"Duh nih motor pakai mogok segala lagi, udah tahu ujan. Kalau mau mogok tuh cari waktu yang tepat dong, lagi ujan begini malah ngambek." Laki-laki remaja tanggung menuntun motornya ke halte yang sudah penuh, pakaiannya sudah mulai basah terkena guyuran hujan.
Dia sandarkan motor ninja kesayangannya, dan dia berlari ke halte mencari tempat perlindungan. Dia mengibas-ngibaskan air hujan yang melekat di rambut dan pakaiannya. Rambutnya di kibaskan sedikit yang justru membuat wanita di sebelahnya terciprat.
"Aduh." wanita itu mengusap wajahnya yang terkena cipratan air.
"Maaf, maaf, gue nggak sengaja." laki-laki itu menoleh.
"Iya, nggak apa-apa."
"Maaf ya, gue nggak sengaja. Maaf nama lo siapa ya? Kayanya gue sering lihat lo deh. Lo anak Nusantara Unggul kan ya?"
Laki-laki itu merasa mengenalinya, dan dia sering melihatnya di kampus, mungkin saja mereka beda jurusan dan jarang bertemu.
"Iya, gue anak Nusantara Unggul."
"Oh, pantes nggak asing. Gue Ray, lo?" laki-laki yang bernama Ray mengulurkan tangannya.
"Gue Laura." Laura menyambut uluran tangan Ray.
Laura dan Ray saling berbincang setelah perkanalan singkat itu, sambil menunggu hujan reda. Padahal sudah beberapa angkutan yang lewat tetap saja di abaikan Laura, entah apa yang di pikirkannya, sepertinya perbincangan mereka lebih terasa mengasikkan.
"Lo, nunggu siapa Ray?" tanya Laura.
"Gue nunggu temen gue, bawain bensin, itu motor gue kehabisan bensin," ucap Ray menjelaskan dan menunjuk kuda besi kesayangannya.
"Oh, lagian bisa-bisanya lupa isi bensin." Laura terkikik.
"Namanya juga lupa Ra, ya maklum lah." Ray menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Gue pulang duluan ya Ray." pamit Laura.
"Gue minta nomer hp lo Ra." Ray menahan langkah Laura yang ingin menaiki angkutan.
Laura menoleh dan menyebutkan nomernya sebelum dia masuk ke mobil. Ray melambaikan tangannya sampai angkutan yang di tumpangi Laura menghilang.
Ray Mahendra, mahasiswa di Univeraitas Unggul, anak yang cukup cerdas dan senang bergaul dengan siapapun. Banyak wanita yang senang mendekat padanya, tapi dia masih tetap setia pada satu wanita tambatan hati yang di milikinya saat ini.
Ray menunggu Elang, sahabat seperjuangannya datang menjemput, tadi dia sempat menghubungi Elang untuk datang membawakan bensin.
"Ray, nyusahin amat sih lo. Untung pom bensin deket, kalau jauh ogah gue nolongin lo." Elang menyerahkan satu drigen berisi bensin pada Ray.
"Bawel lah lo. But, thank you ya Bro." Ray menepuk pundak Elang.
"Thank you, thank you aja, traktir gue makan, gue belum makan dari keluar kelas tadi. Lo nggak tahu apa dosen killer yang kalau ngajar tanduknya keluar."
"Iye gue tahu, makanya gue kabur, udah nggak usah bawel lo. Ayo lah kita makan di warung Mak Dedeh aja ya." Ray menuang bensin yang tadi di berikan Elang kedalam tangki.
"Iya dah, dari pada gue nggak makan."
Elang mengikuti Ray dari belakang dengan sepeda motornya sendiri. Warung makan Mak Dedeh tidak terlalu jauh dari halte tadi, hanya perlu 15 menit untuk sampai di sana. Mereka memarkir sepeda motor mereka di depan tenda. Karena sudah sore tempat ini jadi sedikit ramai, tapi mereka masih bisa menemukan tempat kosong yang nyaman. Menu ayam bakar menjadi pilihan mereka santap sore menjelang malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada Cinta
RandomSekumpulan cerita dari kumpulan-kumpulan nada yang indah dan menciptakan satu karya dalam sebuah cerita pendek Cover : @Rex_delmora