"Bro, ayo malah bengong lagi lo."
Aku tersentak saat kawan satu tim ku menepuk pundak ku, aku tersadar dari lamunan ku yang terpesona pada gadis yang baru saja lewat di hadapan kami. Terpesona? Ya, aku memang sangat terpesona pada gadis yang menurut ku luar biasa dengan keterbiasaannya itu.
"Iya-iya sorry." Aku kembali fokus pada pertandingan voli antar kelas yang sedang aku ikuti ini.
Aku, Mahendra Arga Baskara, teman-teman ku biasa memanggil ku Arga. Voli salah satu olahraga favorit ku dan mungkin nantinya dia juga akan menjadi salah satu favorit ku. Ah, aku ini bisa-bisanya tertarik dengan adik kelas ku. Tapi aku memang menyukainya, dia cantik dan terlihat sederhana, lagi pula apa salahnya jika aku jatuh cinta. Sudahlah tak biasanya aku membahas soal cinta.
"Kita menang lagi Ga." Evan merangkul pundak ku.
"Iya Van, berkat kerja sama tim, walaupun cuma antar kelas tapi gue cukup puas."
"Iya lah, kita kan bawa nama baik kelas kita. Lagian lo juga kan andalan tim kita."
"Ah lo bisa aja, itu semua karena perjuangan kita Van. Kantin yuk, laper nih gue."
"Ayo lah."
Itu Evan, salah satu sahabat ku dan juga rekan satu tim ku di dalam voli. Kami sudah berteman dari kelas 1 sampai sekarang kelas 3, aku pun sudah tahu baik buruknya Evan, dan dia juga tahu siapa aku.
Kami duduk di salah satu bangku kantin yang kebetulan kosong karena jam istirahat seperti ini biasanya ramai dengan berbagai penghuni. Lagi-lagi aku terpaku pada satu mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Aku tahu siapa dia, aku sudah memperhatikannya cukup lama, dia benar-benar sudah mengubah dunia ku. Tuhan, indahnya ciptaan Mu yang ini.
"Woii, buseh, kebiasaan banget deh lo ngelamun. Ngeliatin apa sih lo?"
"Hhmm, pantes aja nggak mau kedip lo ngeliatin Vina mulu, lama-lama mata lo copot tuh."
"Dia cantik Van," guman ku.
"Tumben lo bilang cantik, biasanya lo nggak pernah berhenti buat bully dia. Ada apaan nih?" Evan menarik bahu ku, kena deh aku ucapan ku tadi tak bisa di tahan.
"Cerita sama gue Ga."
Sejujurnya aku memang tak benar-benar membully Vina, hanya saja aku ingin dia tahu bahwa ada aku di sini yang memperhatikannya. Perempuan-perempuan lain terkagum-kagum melihat ku, kenapa dia tidak? Itu yang membuat ku penasaran, kenapa dia tidak menoleh pada ku. Apa aku kurang tampan? Ku rasa tidak, buktinya saja semua perempuan di sekolah ini mau melihat ku kecuali dia.
"Idih, sok kegantengan banget lo. Kualat kan lo suka ngerjain dia mulu, rasain noh karmanya, jadi naksir kan lo sama dia." Evan selalu saja menyudutkan ku.
"Tapi karma kali ini gue terima dengan senang hati Van. Gue nggak nolak kalau pun dia mau sama gue," ucap ku bangga.
"Asli, tingkat ke pedean lo udah overload ya."
"Nggak apa-apa kalau itu karena cinta."
"Hadeh, mulai deh alaynya, ayo masuk kelas udah bel tuh."
"Kan lo yang ngajarin Van."
Aku kembali melanjutan kegiatan ku di sekolah. Ya anggap saja aku murid teladan yang mengikuti kegiatan wajib di sekolah, walaupun sebenarnya sedikit malas, apalagi menghadapi guru yang mengajarnya sama persis seperti di buku, lebih baik aku membacanya langsung dari buku, lebih mudah dan lebih di pahami.
Saat bel berbunyi, aku langsung saja meluncur ke parkiran, aku segera menghampiri si ninja yang selalu setia mengantar ku kemana saja. Evan juga sudah lebih dulu meninggalkan ku, entahlah sepertinya dia sedang ada urusan dengan kekasihnya. Aku ingin cepat sampai di rumah, rasanya hari ini sangat melelahkan dan membuat ku ingin segera tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada Cinta
RandomSekumpulan cerita dari kumpulan-kumpulan nada yang indah dan menciptakan satu karya dalam sebuah cerita pendek Cover : @Rex_delmora