Satu

39 5 1
                                    


Aku melajukan mobilku menuju tempat parkir. Hari ini sepertinya tamu kafe sangat penuh sehingga aku harus bersusah payah mencari tempat parkir. Lalu melangkah masuk menuju cafe berwarna putih sempurna yang jaraknya lumayan jauh dari tempat parkir. Cafe yang selama ini menjadi tempat favorit ku menghabiskan waktu senggang.

Cafe yang selalu mengingatkanku akan kenangan. Kenangan yang dapat membuat hatiku serasa dicabik-cabik setiap kali ku mengingatnya. Luka lama yang hampir kering itu terbuka lagi dan kini menganga lebar. Aku tertunduk. Hatiku hancur.

Tanpa sadar, mata hazelku meneteskan buliran bening di sudut mataku. 'Semua telah berakhir Eve. Tak ada yang perlu ditangisi lagi' Batinku. "Aku harus kuat. Tunjukkan pada dunia kalau kau bisa tanpanya Eve!" Ucapku meyakinkan diri sendiri. Aku mengusap kasar wajahku cepat. Aku memerhatikan diriku dari high heels, dress putih selutut, tas selempang burgundy, riasan wajahku, hingga tatanan rambutku. Semuanya sempurna. Aku pun melangkah dengan segenap kepercayaan diriku menuju pintu cafe.

Sesampainya di depan pintu, kepalaku menabrak sesuatu yang agak keras. Entahlah aku tidak tau benda apa itu. Seingatku tidak ada patung selamat datang di depan pintu tadi.

"Aaawwwww" Rintih ku sambil mengusap kepalaku yang sedikit sakit

"Maafkan saya nona, saya tidak sengaja. Apakah sakit?"

Akupun mengadahkan wajahku karna 'sesuatu' itu lumayan tinggi. Oh ternyata dia seorang pria, bukan benda ataupun patung selamat datang!

Aku terpaku memperhatikan lawan bicaraku saat ini. Sungguh, dia sangat tampan. Bahkan teramat tampan.

"Nona?" Tanyanya lelaki itu lagi

Akupun tersentak, lalu mengalihkan wajahku ke arah lain. Aku yakin wajahku memerah seperti kepiting rebus sekarang karena ketahuan mengaguminya.

"Ee-ehh iya saya gapapa kok"

"Sungguh? Aku benar benar minta maaf nona. Maafkan aku" katanya sambil membungkukkan setengah badannya

"I-iya aku maafkan" jawabku terbata

"Terimakasih nona, kalau begitu saya permisi" ucapnya sambil tersenyum tulus.

Mimpi apa aku semalam? Sehingga di siang bolong yang panas ini dapat bertemu malaikat. Aku pun terkikik geli karena membayangkan kejadian tadi. Sudahlah lupakan, aku harus masuk sekarang. Kubuka pintu cafe tersebut. Benar saja, tamunya sangat ramai. Aku pun melangkah masuk. Aku pun mencari sosok yang ku kenali, tetapi nihil. Aku pun bingung harus berbuat apa. Hingga akhirnya aku merasa kaget karena ada sebongkah tangan yang menepuk bahuku. Aku pun menoleh.

"Hey, kenapa diam saja?" Tanyanya

"Keeyyyy.. aku kangennn" sontak akupun memeluknya, dan ia pun membalas pelukanku. Key adalah sahabatku dari kelas 10. Aku sangat dekat dengannya. Sudah hampir setahun aku kehilangan kontak dengannya.

"Aku juga kangen banget sama kamu ris, udah lama kita ga ketemu. Gimana kabar CEO dan perusahaannya sekarang, hm?"

"Ck. Apaan kau ini, kau menyindir ku ya? Aku baik dan perusahaan ku juga"

"Heheh aku tau, pasti perusahaan mendiang ayahmu akan terus maju bila ditangani oleh orang jenius seperti kamu"

"Berhentilah menggoda ku key"

"Lihatlah kebiasaanmu tak pernah berubah. Muka mu merah sekali Ev. Hahahah"

"Cukup keyyy. Aku tak tahan"

"Okeoke baiklah. Ayo kita bertemu dengan kakakku"

"Sure"

Aku dan Key pun melangkah menuju sekelompok orang yang tampak bercengkrama. Dan mataku terpaku melihat dua pasang sejoli diantara sekelompok orang itu. Mereka berdua sedang tertawa lepas. Sungguh mata mereka menunjukkan binar kebahagiaan. Hatiku merasa nyeri. Ya, dialah mantan kekasihku. Dia penyebab semua kesedihanku selama setahun belakangan ini. Dia meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Meninggalkan sejuta pertanyaan dan kekhawatiran dalam hidupku, dan beribu sakit dalam hatiku. Bukankah kejam?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang