Summary : Akulah malaikat hitam, melepas high heels dan berjalan.
Tak seorangpun tahu ku punya wajah satu lagi.
~Malaikat Hitam-JKT48~
Jakarta, 9 oktober 2015.
Remang-remang, bau asap kendaraan bermotor, panas dan sedikit bising oleh suara mesin-mesin Genset serta mobil-mobil yang menderu, menyamarkan suara erangan erotis dari salah satu mobil yang terparkir di park area salah satu pusat perbelanjaan Jakarta.
Di sana, di salah satu mobil yang masih terpakir di pojokan ruangan, dua orang manusia berbeda gender tengah menciptakan suasana 'panas' mereka sendiri. Meski begitu kegiatan yang menimbulkan aroma khas percintaan disana seperti tak terhalang oleh terbatasnya ruang gerak yang sebenarnya hanya cukup untuk empat orang dalam posisi duduk.
"Auuuh... sshhh! shit! cukup gue gak kuat lagi, gue nyerah." pemuda berusia akhir belasan tahun itu terengah sembari melepaskan puting kemerahan yang basah dari mulutnya. Ia mengatur nafasnya yang tersengal membiarkan peluh membasahi kemeja putih setengah terbuka yang dikenakannya. Pemuda itu baru saja mendapatkan orgasmenya lagi, entah untuk yang keberapa kali.
Sementara itu di atasnya, gadis cantik berkulit seputih porselen dengan helaian legam yang panjang tengah menindih-menatapnya lapar sembari bergerak liar mengakibatkan mobil berguncang dan berdecit, seolah tidak memperdulikan tatapan curiga beberapa orang yang tak sengaja melewati mobil mereka.
Beberapa saat kemudian gadis itu menghentikan gerakannya, berdecak kesal menatap prianya dengan tatapan tak suka. Tentu saja, karena benda yang memasukinya mulai melemas, seperti pisang goreng dingin berminyak menjijikan. "Bangke lo! Gue belom selesai babi!" umpatnya kesal.
Pria yang tampak puas sekaligus kelelahan itu hanya diam mengabaikan, baginya istirahat sejenak untuk mengembalikan tenaganya terdengar lebih penting. Sedangkan sang gadis yang masih menginginkan 'lebih', berusaha membuat pasangannya kembali 'bangun' dengan mendekatkan puting kemerahannya, "Isepin!"
"Nggh..." dia mengumam, merasa ada bulatan kecil basah yang tidak asing diwajahnya. Tapi hanya membuka matanya tak tertarik sembari menahan rasa kantuk yang mulai menggelayutinya. "Cukup beb gue bener-bener ga kuat lagi nih," jawabnya acuh, bahkan buah dada ranum dengan puncak kemerahan yang beberapa jam yang lalu ia gilai mendadak menjadi sama sekali tidak menarik. Bukan karena tidak ingin; pria itu masih sangat ingin mengulum dan mengecup kedua bongkahan indah milik gadis yang sekarang menatapnya marah. Hanya saja ia benar-benar kehabisan tenaga setelah berulang kali mengeluarkan semen panasnya. Oh ayolah... masih bisa menikmatinya besok-besok kan? batinnya.
Untuk sejenak dia hanya menatap prianya tajam. Dari sorot kedua onyxnya gadis itu terlihat benar-benar marah, kecewa dan merasa tidak dihargai. Tapi kemudian ia mulai tersenyum-menyeringai misterius mendekatkan bibir basahnya ketelinga pria itu. "Jadi? Gue yang menang taruhan?" bisiknya pelan disertai gerakan lembut jemari lentiknya mengusap pipi sang pria, "gue boleh lakuin apapun yang gue mau?"
"Heem..." dia menggumam. "Apapun sayang,"
Seolah mendengar pluit tanda 'mulai', jemari dengan kuteks merah itu berpindah, membelai lembut leher kokoh si pria diikuti bibir basahnya yang sudah menempel dipipi. "Apapun?" ia hembuskan nafas hangatnya dengan gerakan sedikit menggoda. Harusnya hal itu dapat membuat lelaki manapun terbakar oleh sensasinya.
Tapi tidak berlaku bagi pria yang saat ini masih setengah sadar di hadapannya. "Iya sayang," ia hanya menggumam malas, sepertinya ia benar-benar lelah melayani gadis yang baru dikencaninya hari ini. Gadis itu benar-benar gila, mereka melakukannya berkali-kali, tapi ia tetap bergairah seolah energinya tak pernah habis.
Pemilik helaian lurus terawat itu kembali menyeringai tak di sadari pria dihadapannya. Mata sehitam malamnya berubah kemerahan, tanpa menurunkan tatapan tajamnya pada sang pria, ia memindahkan ibu jari dan telunjuknya kemudian menekan titik nadi di leher pria itu sambil berkata, "kalau begitu matilah," membuat sang pria mengerang pelan, meski masih bisa ia abaikan.
"Hhhh... sayang kalau matinya habis ngentotin lo gue rela deh," dengusnya tanpa membuka mata, menanggapi dengan candaan tak menyadari jemari lentik gadisnya semakin kuat menekan leher kokohnya. "Mmmh..." kemudian ia mencoba menyingkirkan jemari yang mulai membuat lehernya tidak nyaman. Tapi entah karena tenaganya sudah terkuras habis setelah bercinta atau memang gadis itu yang terlalu kuat, ia merasa tidak mampu membuat cengkraman yang diberikannya terlepas dengan mudah.
Sang gadis menjauhkan wajahnya sebentar tanpa melepaskan tatapan tajamnya. Dengan wajah jahat ia tersenyum lebar kemudian berbisik, "as your wish baby..."
Kkrrrrkkk
Tanpa aba-aba jemari lentik itu mencekik leher kokoh yang sebelumnya ia belai dengan lembut membuat sang pria seketika membuka matanya lebar-lebar, rasa lelahnya mendadak hilang berganti rasa cemas bercampur tak percaya.
"Khhh!" ia tatapi wajah gadis diatasnya dengan sebuah tanda tanya besar. Gadis yang baru saja dicumbuinya, gadisnya yang cantik tengah menyeringai kejam kearahnya dengan tangan kuat yang menekan lehernya. Yang benar saja gadis itu mau membunuhnya?!
Dia juga hampir pingsan melihat mata indah gadisnya berubah merah semerah darah, warna merah yang jahat! riasan pada kelopak matanya juga berbeda, kelopak dengan warna baby pinkitu berubah menggelap, jauh lebih gelap dari sebelumnya.
Hawa dingin, jahat, penuh kutukan, dan mengerikan seketika mulai terasa memenuhi atmosfer malam panjangnya. Sang pria yang menyadari adanya ketidakberesan disana berusaha berontak, mencengkeram pergelangan tangan sang gadis berniat menggulingkan, kalau perlu membalas cekikan itu. Tapi tubuh polos gadis yang baru saja dinikmatinya itu terasa lebih berat berpuluh-puluh kilo dari sebelumnya. Ini benar-benar buruk!
"Ssi-siapkhh..." tanyanya terbata-bata kekurangan pasokan udara, dan pertanyaan sederhananya hanya dibalas tatapan penuh kebencian gadis yang berubah jadi iblis-entahlah. Detik berikutnya pria itu hanya bisa pasrah saat merasa sesuatu yang teramat sangat tajam seperti ribuan belati menusuk lehernya, aroma besi dan keringat seketika menguar disana. Darahnya terasa berhenti mengalir. Kepalanya berat, pendengarannya terasa tuli, jantungnya berdetak lebih kencang dan lehernya terasa begitu perih.
"Siapa aku?" dengusnya remeh. "Memang apa untungnya kalau kau tahu, bukankah sebentar lagi kau akan mati?" ia menatap jijik pemuda yang kini berusaha menghirup oksigen banyak-banyak, meski ia tau hal itu akan menjadi hal yang percuma karena jemari sang gadis semakin kuat menekan lehernya, menghentikan pasokan oksigen yang seharusnya memasuki paru-parunya. Tapi sang gadis patut memberinya apresiasi atas usahanya melawan dengan memberikan sedikit pertunjukan kecil.
Kedua bola mata yang hampir melompat keluar itu menatap putus asa wajah cantik yang kini tertawa bagai iblis. Kemudian tanpa disangka-sangka sebelumnya, gadis yang tengah berusaha membunuhnya perlahan berubah. Tubuh polos yang ia telanjangi beberapa saat yang lalu perlahan tertutup oleh gaun cantik layaknya bangsa peri atau elfish, bedanya pakaian itu berwarna hitam dilengkapi tali-tali hitam lainnya, seperti sebuah pita melilit tangan dan kaki jenjangnya. Meski begitu payudara yang sempat ia remasi dan ia hisap puas-puas tetap tidak tertutup seluruhnya.
Nafasnya tercekat habis, tubuhnya mengejang hebat ketika tiba-tiba saja bentangan sayap hitam-besar muncul dari punggung sang gadis mengejutkannya, menimbulkan suara 'BRAAK!' yang dramatis diikuti hancurnya kap mobil miliknya.
Wajah sang pria memucat-membiru melihat semua kenyataan yang ada, ia berharap ini adalah mimpi buruk, dan apapun itu ia ingin bangun sekarang juga! Tapi sayang harapannya tidak terkabul, rasa takut dan sakit itu begitu nyata menggerogotinya.
Jika tadinya sang pria tidak paham apa arti kata menyerah, mungkin sekarang ia baru tahu apa itu menyerah. Ia tatapi ribuan helaian bulu lembut berwarna hitam beterbangan diudara kemudian jatuh perlahan menghujaninya.
Saat itu pula si pria baru benar-benar sadar gadis yang tengah mencekiknya bukanlah manusia biasa. Dia bagai Iblis betina yang menyamar sebagai wanita cantik! Iya dilihat dari sisi manapun wanita itu iblis! Mata yang merah mengerikan seperti binatang buas, dan sepasang sayap hitam besar.
Dia ingin segera lari menjauh, sejauh mungkin dari iblis betina yang tengah berusaha membunuhnya. Mulutnya bergerak melafalkan sebuah nama yang tercekat dilehernya. Dan sang pria sadar kapan ia harus menyerah saat kuku-kuku tajam itu berhasil memutus urat nadi dilehernya disertai bunyi 'Krrrraak!' mengerikan mematahkan lehernya.
Untuk sesaat gadis itu masih menekan leher kokoh itu kuat-kuat, menikmati pemandangan menyenangkan dimana sang korban mengejang hebat menahan ribuan rasa sakit dilehernya, bagai ayam yang baru saja disembelih.
Setelah beberapa saat sang gadis yang telah berubah menjadi makhluk bersayap aneh melepaskan tangan berlumuran darah dari leher pria itu. Saat merasa tidak ada lagi rontaan disana, ia kembali menyeringai puas menatap tajam korbannya. Pria menjijikan yang begitu mudah jatuh kedalam dosa yang ia ciptakan.
Kemudian mendadak perutnya merasa geli melihat pria yang baru saja dibunuhnya mati dengan mata melotot dan leher yang hampir putus. Mungkin sekarang pria itu tengah menyesali taruhannya dengan sang iblis, taruhan siapa yang lebih kuat bercinta dia yang akan keluar sebagai pemenang, bebas melakukan apa saja yang diinginkan.
Tangannya kemudian menyentuh mulut terbuka pria malang itu, mendadak cahaya kebiruan berpendar dari sana, lalu terhisap habis kedalam genggaman iblis wanita. Bisa diartikan iblis itu tengah menghisap semua energi kehidupan dari korbannya.
Ia tertawa terbahak-bahak merendahkan pria bodoh yang tidak mungkin memenangkan taruhan ini dengannya. Kemudian sosok bersayap hitam itu terbang pergi meninggalkan area parkirmall FX sudirman Jakarta.
Ia ingat pria itu memanggilnya.
Lucifer.
bodoh!
Dia lebih suka disebut malaikat hitam.