Two

17 1 0
                                    

Sinar matahari memaksa masuk melewati celah jendela yang telah tertutup. Nyanyian burung kecil bersautan memanggil gadis itu untuk segera berpisah dengan kasur empuknya.

Gadis itu, Ami segera membuka matanya.

Mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan mata dengan cahaya kamarnya.

Ia melirik jam di atas nakas. Hmm jam 06.20.

What?!

Shit

Segera saja ia melompat turun dari kasur dan jatuh di lantai menimbulkan suara keras berdebum.

Sedikit diusapnya pantat kirinya yang terasa agak nyeri sambil meringis. Tapi ia tak peduli pada keadaannya.

Karena dia...

TELAT

---

Hosh Hosh

"Ami? Kok baru dateng?" tanya Agni heran. "Biasanya jam setengah tuju udah disini, ini udah mau jam tuju baru nyampe."

"Telat bangun nih gue. Gara-gara mimpi sialan!" jawab Ami.

"Mimpi apaan?" tanya Agni yang kini duduk di kursi sebelah Ami.

"Kepo deh" jawab Ami. Agni memutar bola matanya dan memalingkan wajahnya.

"Lo kan nanti tanding basket, nah udah sarapan belom?" tanya Agni.

"Eh lupa!" sahut Ami.

"Mana ada sih orang lupa sama yang namanya makan?" balas Agni. "Yok makan! Daripada pingsan dilapangan nanti."

Ami dan Agni berjalan menuju ke kantin sekolah. Ketika berada di koridor Ami melirik ke kelas Panji. Ia tidak menemukan keberadaan Panji.

Oh ya hari ini SMA Nusantara sedang ada classmeeting. Jadi diadakan lomba basket sama futsal. Nah Ami adalah salah satu pemain basket dari kelasnya. Timnya yang lain adalah Anggi, Ajeng, Anis dan Amel. Kelompoknya bernama FIV'A. Karena jumlah kelompoknya lima dan abjad depan nama anggotanya huruf 'A'.

Setelah selesai sarapan, Agni dan Ami segera berlari ke lapangan basket karena kelas mereka mendapat panggilan untuk segera bertanding.

Kali ini mereka akan melawan kelasnya Panji. Dan tiga dari pemain basket kelas Panji merupakan pebasket hebat. Kini mereka mulai merasa gugup.

" Kalah gak masalah. Yang penting kita gak urakan dan bisa masukin bola meskipun cuma satu, okay?" ucap Ami menenangkan teman-temannya yang sudah terlihat gelisah. "Berdoa mulai....selesai"

Pertandinganpun dimulai.

---

"Gila capek banget cuy!" keluh Ajeng sambil menyeka keringatnya.

"Udah capek kalah lagi," sahut Amel.

"Udah gapapa, yang penting kan udah usaha dan skornya juga beda 2 angka" balas Anggi tenang.

Ami tak menggubris obrolan asik teman-temannya. Ia lelah dan memilih duduk bersandar di tembok belakang kelas.

Ia agak kecewa. Bukan karena kekalahan yang mereka terima. Tapi karena Panji.

Selama dua puluh menit pertandingan ia tak menemukan sosok yang dapat memotivasinya. Ia jadi sering tidak fokus. Sering terjatuh bahkan terkena lemparan bola.

Disisi lain ia juga bersyukur Panji tak ada di sana. Karena ia akan tambah bingung dengan tugasnya untuk memenangkan pertandingan atau mengalah.

"Huh"

Lamunan Ami buyar mendengar suara lenguhan seseorang di sebelahnya. Ia membuka matanya dan menoleh ke samping.

"Anis? Lo kenapa? pusing? kok mual?" tanya Ami kawatir.

Anis yang mendengar pertanyaan Ami yang beruntun malah terkekeh, "I'am okay."

"Lo kalo sakit harusnya tadi gak usah tanding. Lo kalo gak kuat lari tadi harusnya bilang gue biar gue yang-"

"Mi, udah. Lagian guenya gapapa sekarang. Lebay deh" balas Anis lemah.

Ami bukan orang bodoh. Ia tau Anis berbohong.

Dari gelagatnya Ami tau kalau Anis benar-benar sakit. Anis memaksakan tubuhnya untuk bertanding dalam kondisinya yang memang sudah tidak prima. Anis keras kepala. Jadi tak ada gunanya Ami ngomong panjang lebar.

"Eh makan yuk!" seru Fika tiba-tiba.

Seluruh cewek di kelas mengangguk mengiyakan lalu satu persatu keluar menuju kantin.

"Mi ayok!" ajak Agni semangat.

"Iya bawel" jawab Ami sambil tersenyum.

Ia mencoba berdiri namun malah terjatuh. Rasa nyeri dan perih di lutut kanannya membuatnya meringis menahan sakit. Kembali ia mencoba berdiri. Kini ia bisa berdiri namun sulit untuk berjalan.

Ami menyadarinya.

Bahwa lamunan dan fokusnya kepada seorang Panji bisa membuatnya tak menyadari rasa sakit yang ia terima.

"Panji... Panji... sebenarnya apa yang spesial dari lo sih? Kok gue bisa jadi kaya gini?" gumamnya.

---

"Ayo masukin!"

"Apaan?!"

"Bolanya pea!"

"Gue kira yang lain!"

"Lo bikin gue jadi mikirin sesuatu"

"Anjay omes"

"Jorok"

"Eh diem donk! Itu para kaum adam kelas kita disemangatin! Ini malah pada gaje bahas yang lain!" seru Anggi gemas pada teman-temannya.

"Eh iya... AYO SEMANGAT!" teriak Ajeng dan Amel dengan semangat 45 yang mereka miliki. Yah mereka berdua memang sahabat Ami yang paling toa.

Ami hanya tersenyum melihat tingkah teman-temannya.

Ia lalu mengedarkan pandangannya.

Deg

Mata mereka bertemu.

Panji yang tengah duduk di bangku pembawa acara dan Ami yang duduk di bangku penonton saling bersitatap.

Tatapan Panji menyiratkan kekhawatiran. Ami membalasnya dengan tatapan tenang dan senyuman. Ia mengatakan dirinya tak apa lewat kedua matanya.

Kini Ami bisa lega.

Obat yang ia butuhkan sudah didapatnya.

"Liatin aja terus sampe mata lu perih" bisik Agni pada Ami.

Ami langsung mendelik sebal pada Agni dan membalas bisikan Agni, "Tai."

Ami dan Agni tertawa lepas.

Kini Ami tambah semangat. Obat keduanya telah ia dapatkan.

TBC

Stay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang