"Wahahhahaha...." tawa Vale begitu ia sudah keluar dari kantor papanya.
Masih di ingat-nya jelas wajah murka cowok tadi. Ia awalnya memang ingin memeluk cowok itu, tapi rasa jahilnya lebih besar.
"Vale,,," Vale berbalik dan menemukan papanya di sana.
"Eh,, papa dari mana aja, tadi aku ke atas tapi papa ngak ada, malah aku ketemu sama cowok gila yang ngaku-ngaku ruangan papa sebagai ruangannya" jawab Vale masih tetap sedikit tertawa jika ia mengingat wajah cowok tadi.
Alan papa Vale mengerutkan keningnya bingung sambil menatap Vale yang masih sibuk tertawa.
"Cowok siapa maksud kamu?" tanya Alan membayarkan Vale dari tawanya.
Vale menunjuk ruangan paling atas di perusahaan itu lalu kembali manatap papanya.
"Itu ruangan bos papa Val" ucap papa membuat maya Vale terbelalak, ia mengerjapkan matanya beberapa kali Semoga ini bukan mimpi.
"Kamu apakan Bos papa?" tanya papa dingin sambil memasang wajah murka-nya.
Vale menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu memberikan senyum terbaikknya.
"Aku marahin terus aku gigit lehernya" ujarnya sambil menggigit bibir bawahnya.
Papa Vale kaget, ia menatap Vale marah lalu menarik tangan Vale kasar mengikuti langkahnya.
****Pintu lift terbuka, lalu dari dalamnya keluar Vale dan papanya. Papa Vale berjalan keluar lebih dulu lalu di ikuti Vale di belakangnya, Vale menelan ludahnya beberapa kali berusaha membasahi tenggorokanya yang kering karena gugup.
"Val, Ayo masuk" suara papa mengangetkan Vale, bahkan Vale tidak sadar bahwa ia sudah berada di ambang pintu ruangan cowok tadi.
Vale menelan ludahnya lagi kemudian melangkah masuk sambil menunduk tidak berani mengangkat wajahnya. Bukan takut menatap cowok itu tapi takut pada papanya.
"Silahkan duduk" suara cowok itu terdengar sangat dingin hingga membuat bulu kuduk Vale merinding.
"Maaf nak Geril, saya kemari ingin memohon maaf atas kelakuan anak saya terhadap anda tadi, Tolong di maafkan" ucap papa membuat Vale mendongak, ia tidak rela mendengar papanya memohon maaf untuk dirinya.
"Papa keluar, biar aku yang minta maaf sama dia" sahut Vale membuat kedua orang di depannya kebingungan.
"Keluar pak" ucap Geril sopan sambil menatap Vale.
Dengan berat hati papa Vale keluar, di tutupnya pintu itu pelan.
Suasana ruangan langsung terasa canggung, Vale menundukan kepalanya lagi sambil memilin ujung seragamnya.
"Bagaimana kalau gue juga mencoba menggigit leher lo, mungkin itu terasa lebih nikmat" ucapan vulgar itu langsung di tanggapi dengan pelototan dari Vale.
Geril tertawa sumbang lalu bangun dari kursi kerjanya.
Vale menatap pergerakan Geril dan langsung merasa lega Karena Geril bukan mendekatinya.
Ceklek
Suara pintu yang terkunci membuat Vale mendongak dan menemukan Geril yang sedang membuka kancing kemejanya di depan pintu.
Mata Vale langsung melotot begitu melihat tubuh eight pack Geril, di tangkupnya kedua pipinya dengan kedua tangannya berusaha menutupi warna merah di sana.
"Lo kenapa?" suara itu membuat Vale terlonjak lalu bangun dan mundur beberapa langkah.
Geril menatap Vale bingung.
"Hey, lo kenapa?" tanya Geril sedikit mendekat lalu memegang pundak Vale.
Vale mendorong tubuh Geril lalu menatap Geril ketakutan.
"Lo mau apain gue?" tanya Vale gelapapan.
Geril tertawa, merasa lucu melihat pipi Vale yang memerah.
"Tadi gue bilang mau coba gigit leher lo kan" ucapnya sambil mengerlingkan matanya nakal.
"Ngak bakalan gue kasih" ucap Vale lalu melangkah pergi dari hadapan Geril.
Sampai di depan pintu, Vale ingin membuka pintu tetapi tidak menemukan kuncinya, Vale membalikan badannya dan langsung menatap tajam kemata Geril.
"Lo takut?"tanya Geril dan terdapat nada geli di sana.
Vale menatap Geril sinis lalu membuang mukanya kesembarang arah asal tidak melihat wajah Geril yang sedang menatapnya mengejek.
Tidak lama Gerik mendekat, menaruh sebelah tangannya di atas kepala Vale, membuat Vale kaget.
Sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk memeluk tubuh Vale, Vale bergerak resah, berusaha membebaskan diri tapi tidak mampu, tubuhnya terhimpit oleh tubuh polos Geril dan pintu di belakangnya.
Geril mendekatkan wajahnya, dahi ketemu dahi hidung Geril yang MANCUNG bertemu hidung Vale, nafas mint-nya berhembus tepat di depan wajah Vale dan membuat Vale menutup matanya, merasakan wangi nafas itu dan juga aroma dari tubuh Geril yang tak terbungkus itu.
lalu sekejap kemudian bibir dingin Geril mulai menyentuh permukaan bibir Vale menimbulkan rasa geli di sekujur tubuh Vale, di lumatnya bibir Vale pelan menyapu bibir lembut dan manis itu, berusaha membuat bibir Vale tergoda untuk terbuka dan membiarkan lidah Geril masuk dan mencecap segala rasa di sana.
Vale mulai kelehan, nafasnya terengah-engah. Geril melepas ciuman itu memberikan ruang bagi Vale untuk bernafas lalu tidak lama kemudian dia kembali melumat bibir Vale.
Vale mulai terbuai dengan permainan bibir Geril, Perlahan ia mulai membuka bibirnya dan membiarkan Geril memainkan lidahnya di dalam sana, karena ia pasrah.
"Bagaimana kalau kita lanjutkan..?"
•°°°°•Maaf jika part ini aneh, hehehe... Vomentnya dong, aku BUTUH banget, komen-nya yang banyak ya.
•°°°°•
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUGHTY GIRL & RUDE BOY
RomanceValerya Verby : gue ngak nyangka ternyata Bos ayah gue segitu mesumnya sama anak SMA. Makin penasaran gue mau nyelidikin club-club apa aja yang dia kunjungin setiap malam. Dasar Bos mesum. *** Geril Glavitson : gue akan lakuin apa aja supaya bisa da...