Tuhan mencintaiku melebihi cintaku padaNya.
CintaNya seperti matahari...
Tak pernah berakhir dan tak membeda-bedakan.~
Hujan hari ini turun sangat deras sekali dan bisa dipastikan hari ini kota akan tenggelam.
Tenggelam?? hhhh kurasa sangat terlalu hiperbola bukan? baiklah bukan tenggelam mungkin, tapi lebih mirip banjir sajalah. Aku mengetukkan kedua ibu jariku pada layar handphone touchscreen ku yang sudah menemaniku selama lima tahun. Jangan dilihat dari kunonya tapi handphone ini sangat berjasa sekali. Setidaknya berjasa saat dulu aku menjalani LDR alias long distance relationship. Yah meskipun kisah itu sudah tamat beberapa bulan yang lalu dan aku hanya bisa pacaran seperti itu karena tiga body guardku terutama dua kakakku yang agak sinting. Kalian mengenalnya? Kee, El dan A, tapi aku menyayangi mereka.
"Dasar gila" dengusku pelan saat membaca line dari Jovanca.
Penumpang bus kota disebelahku menoleh dan geleng kepala karena reaksiku yang sejak tadi sibuk dengan handphoneku namun terkadang tersenyum dan mengumpat.
"Kiri bang...!!" teriakku kencang.
Spontan orang disebelahku menoleh kembali padaku dengan bonus pelototan karena dia kaget, namun apa peduliku? Tidak ada.
Aku hanya tersenyum kecil dan mengucapkan terima kasih pada abang sopir bis kota. Dengan berlari-lari kecil aku memasuki sebuah gang dan berdiri di hadapanku rumah megah berpagar putih dan gold dengan taman paling indah di komplek perumahan mewah ini. Tapi sayangnya ini bukan rumahku tapi rumah orang tua Jovanca. Sahabat baikku, orang yang selalu menemaniku berbuat gila!
Bukan, sebenarnya aku yang menemaninya berbuat gila.
Mang Usep segera membukakan pintu gerbang begitu tahu kedatanganku yang berlari-lari menembus gerimis.
"Sudah lama neng kagak main kesini.."ucap mang Usep seraya memayungiku.
"Lagi sibuk mang... Jo adakan mang?" tanyaku seraya nyengir.
"Kata non Jo, neng Abby lagi patah hati... makanya ga mau main kesini... bener atuh itu neng??" tanya mang Usep penasaran.
"Wahhhhh... saya berasa jadi artis mang.. hahahha..." kataku seraya tertawa.
'Awas loe Jo! ngapain sih ngegosipin gue ma satpam loe??!!'
Grrrrr!!!
"Tenang aja neng. Di Jakarta ini banyak cowok cakep. Lebih cakep dari pacar neng malahan!!" katanya bersemangat.
Aku cuma bisa nyengir pasrah mendengar mang Usep bicara.
"Cakep banyak. Tapi yang sebaik dan sesabar Dion???" kataku dalam hati.
Aku mendesah dan kamipun mengakhiri percakapan ini karena terlihat batang hidung Jovanca seraya makan ice cream.
"Woi! Akhirnya lo datang juga....!!" teriak Jo dari dalam rumah seraya tersenyum kecil.
"Gracias mang Usep..." kataku seraya melambai ke mang Usep.
"Sami sami neng..." katanya dengan senyum sumringah.
"Semangat neng Abby!! pasti nanti dapat jodoh yang lebih ganteng!!" teriak mang Usep.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Butterfly
ChickLitCinta itu memang aneh, demikian juga benci sama anehnya. Kedua hal itu bisa berbalik dalam sekejab jika Tuhan berkehendak. Aku yang sangat mencintainya dan sangat berharap dia kembali. Tapi, kenapa saat dia berusaha kembali padaku hanya mataku yang...