Mata Queen masih terlalu lelah untuk terbuka dan menatap indahnya pagi. Tapi bagaimana lagi, Queen harus bangun jika Ibunya tidak ingin marah untuk ketiga kalinya.
Sambil melipat selimut dan sesekali menguap, sayup-sayup Queen mendengar suara derungan knalpot truk. Sepertinya terdengar dari rumah sebelah. Tapi Queen tidak mempedulikannya.
Begitu selesai melipat selimut barulah dia turun ke lantai bawah. Dan lagi jika karena tidak ingin ibunya marah karena dia tidak ikut sarapan.
Ini hari senin. Dan termasuk hari yang buruk bagi Queen karena harus sekolah dan upacara. Biasanya seperti hari senin sebelumnya dia akan membolos dengan alasan sakit atau izin karena keluarganya sakit.
Senyum hangat Resa menyambut Queen yang masih memakai piyama hitamnya dan sedang menarik kursi untuk duduk. Disusul Gion yang duduk di samping Queen yang sudah duduk manis dengan mata sayunya.
Salah satu tangan Gion mengusap lembut rambut Queen. Memperlihatkan seberapa besar kasih sayang yang di milikinya pada anak gadisnya.
Tak lama, Viko menyusul dengan kemeja dan jas yang dipadupadakan dengan dasi senada dengan jeans yang di pakainya. Viko menggeleng begitu melihat Ayahnya asik mengusap rambut adiknya yang beranjak remaja dengan cepat.
"Ayolah, Ayah. Ini bukan Family Time!" Ingat Viko pada Ayahnya.
Gion tertawa sambil melepas usapannya pada rambut Queen. Gadis itu sudah terlelap karena terbuai oleh usapan dari sang Ayah.
"Kamu sudah besar masih saja iri pada Queen. Omong-omong dimana adikmu itu?" Gion menatap sekeliling dengan pandangan yang dibuat-buat membuat Viko memutar bola matanya kesal.
"Dia bukan adik Viko. Kelakuan mereka lebih mirip iblis daripada manusia normal." Viko bergidik sambil segera duduk di bangkunya. Gion yang melihat reaksi Viko tertawa.
Resa yang masih memasak ikut terkekeh meski belum bisa ikut bergabung dengan ketiganya."Ibu, apa tidak bisa lebih cepat lagi masaknya? Viko sudah terlambat!" Ucapan Viko langsung mendapat respon dari Resa yang mengacungkan jempolnya pada Viko.
Menyuruh Pria berumur 24 itu untuk meembantunya membawakan masakannya. Viko dengan segera menyanggupi. Hanya karena dua alasan. Pertama dia lapar dan yang Kedua dia tidak ingin di ganggu okeh kedua iblis kembar yang belum juga menampakkan wujud mereka.
"Kenap terburu-buru sekali. Kantormu tidak akan pergi kemana-mana." Ledek Resa begitu menaruh piring di hadapan Viko dan langsung di sambar oleh Pria itu.
Viko menyumpah dalam hati. Sudah pasti Resa tahu alasan kenapa Viko buru-buru. Tapi tetap saja sifat jail Resa tidak bisa dihilangkan. Apalagi dengan anaknya sendiri.
"Ayah, tolong bangunkan Queen." Titah Resa, kali ini pada Gion yang baru saja duduk kembali di kursinya.
Gion mengangguk dan menggoyangkan tubuh Queen. Gadis itu merengek. Tak ingin sekolah. Seperti biasa.
Queen dan ketidakinginannya bertemu hari senin.
Gion menggeleng. Menaruh piring Queen tepat di depannya dan mengisinya dengan nasi juga Soup. Lalu menyodorkan pada Queen yang ogah-ogahan menatap rejeki di depannya.
"Queen tidak lapar. Ayah, ibu, buatkan Queen surat izin. Atau telpon saja wali kelas Queen. Bilang kalau Queen sakit." Mohon Queen, meski dia sudah yakin pasti orang tuanya tidak mengizinkan sekalipun dia pura-pura mati di tempat.
Queen mendengus. Mengambil sendoknya dan menatap gahar Viko yang duduk tepat di depannya. Sambil meraup nasi dnegan sendoknya dan memakannya dengan penuh nafsu seolah dia sedang memangsa Viko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen
Teen Fiction"Bukannya setiap Ratu itu harus ada Raja di sampingnya?" "Gak semua Ratu harus punya Raja."