-02-

34 3 0
                                    

"..." Kayra terdiam merasa bersalah pada Dika. Ia sempat berpikir untuk menyusul Dika ke sekolah, tapi niatnya pun dikurungkan karena ia merasa tidak ada gunanya.

"Hm. Yaudah yaudah maafin gue elah kak, masa gitu doang baper sih." Akhirnya Kayra bersuara.

"Tau ah!" Kemudian Dika memutuskan teleponnya sepihak.

---

Sore itu Bara sudah berangkat ke Semarang. Sebelum berangkat, Bara hanya berkata sepatah kata untuk menyemangati Kayra yang akan melaksanakan ujian nasional. Tidak ada kata-kata lain selain "semoga hasilnya memuaskan ya." Bersyukur, Kay. Seenggaknya ada omongan daripada gak ada sama sekali.. Sedari tadi Kayra hanya mengulang kalimat itu dalam benaknya untuk menghibur dirinya sendiri.

"Kakaaay, temenin aku mewarnai, yuk!" ucap Keandra—adik bungsu Kayra yang masih berumur 4 tahun. Berulang kali Kean diajarkan untuk memanggil Kayra dengan sebutan 'kak Kayra', tapi ujung-ujungnya Kean malah memanggil Kayra 'kak Kela'. Merasa panggilannya menyerupai binatang primata, Kayra tidak rela dipanggil begitu. Belum lagi Dika yang mengejeknya habis-habisan yang membuat Kayra semakin jengkel. Jadilah panggilan 'Kakay' yang sampai sekarang melekat di lidah Kean akibat protesan Kayra yang tiada habisnya.

"Sini kita belajar bareng, Ke. Kakay juga mau ujian nih," balas Kayra seraya memanggil Kean ke ruang tengah untuk duduk di sebelahnya.

"Ujian itu apa, Kakay?" tanya Kean dengan mukanya yang polos dan suaranya yang imut.

"Duh, Kakay bingung jelasin ke kamunya gimana, Ke." Kayra menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena kebingungan. "Nanti tanya Kak Dika aja, oke?"

Kean mengangguk lalu memulai mewarnai buku bergambar binatangnya yang sudah hampir penuh itu.

Karena Kean sudah bersama Rania seharian penuh, setiap malam Kean tidak pernah absen menghampiri Kayra dan Dika di kamarnya. Biasanya, kalau Kean sedang bersekongkol dengan Dika, Kayra lah yang menjadi korbannya. Dika selalu bisa membuat Kean patuh untuk menjadi musuh sementara bagi Kayra. Entah karena diiming-imingi es krim atau dibelikan dvd Thomas and Friends yang baru.

"Mama mana, Dek?" tanya Kayra.

"Di kamar, lagi kerja. Katanya Kean disusuh di luar aja sama Kakay."

"Disuruh, Ke, bukan disusuh," balas Kayra membenarkan ucapan Kean yang salah.

Kayra kembali sibuk dengan buku fisika di depannya, mengutak-utik soal yang sedari tadi tidak bisa diselesaikannya. Kayra memang bisa beradu kebolehan di pelajaran biologi, tapi jangan tanya kalau sudah berhubungan dengan fisika! Otaknya berasa seperti dihalangi pagar tinggi, tidak ada yang bisa masuk!

Karena merasa pusing sendiri dengan soal yang sedari tadi tidak bisa diselesaikannya, akhirnya Kayra beranjak membereskan buku-bukunya dan ikut mewarnai bersama Kean. Lagi pula menurut Kayra udah gak ada gunanya belajar di H-3 UN, otaknya udah penuh dijejelin soal-soal laknat dari tempat lesnya maupun dari sekolah.

"Nih, Ke, yang ini belum rapih," ucap Kayra antusias sambil menunjuk bagian ekor ikan yang masih terlihat putih. Tangan Kean dengan lincah mewarnai bagian yang Kayra tunjuk sambil bersenandung lagu Thomas and Friends.

Sesekali Kayra mengecek handphonenya sambil membalas LINE dari teman-teman di group mainnya yang bernama 'istighfar'. Teman-teman Kayra sepertinya memang anak-anak extrovert semua—tidak bisa diam. Buktinya, Kayra baru meninggalkan handphonenya sekitar setengah jam, tapi notifikasi LINEnya sudah mencapai sekitar 300.

Bima Satria : Gaes.

Bima Satria : Maafin gue ya :(

Gilang Pradana : Bim, sehat?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaleidoscope Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang