Chapter 1

444 12 2
                                    

Source: https://www.facebook.com/pages/The-Amazing-Book-about-One-Direction/496431533760496

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hai, kenalkan, namaku Jenia. Aku salah satu mahasiswi Manajement di sebuah Universitas Negeri yg ada di kotaku. Aku bukan cewek biasa. Kebanyakan semua orang setuju dengan pernyataan barusan. Bukannya aku sombong, tapi aku tahu wajahku cantik, badanku ramping, pandai bergaul, penampilanku oke. 

Dan bukan itu yg aku maksud saat bilang aku bukan cewek biasa. Walau cantik, aku bukan seorang cewek berotak kosong seperti yg lain. Kuakui aku pandai bermain gitar dan secara akademis aku juga pandai. Aku juga seorang ketua di sebuah organisasi PEDULI ANAK. Dan yg paling aku banggakan dengan diriku, aku seorang yg nyentrik. Oke aku akan memberi salah satu contoh tentang perkataanku barusan. Aku baru mempunyai satu mantan, hebat kan? Secara aku cantik, pasti banyak orang yg ngejar-ngejar aku. Tapi aku selalu menolaknya mentah-mentah dengan alasan enggak cocok. Mantanku itu namanya Harry Styles, dia mahasiswa kedokteran. Bisa dibilang dia oke. Tapi aku sudah menyumpahinya enggak bakal hidup bahagia selama kuliah, anak band pula. Kenapa aku bilang seperti ini? Selama pacaran dengannya aku hanya dijadikan orang nomor dua yg penting dalamhidupnya, kecuali keluarganya. Maksudku, bandnya itu lebih penting dari pada aku.

Karena aku udah bosan dengan hidupku yang dicampakan, terpaksa dengan sangat terpaksa Harry, cowok-keren-sedunia-tapi-berotak-kosong itu aku putusin. Tapi jujur aku masih menyimpan rasa dengan Harry. Siapa sih yg nolak pacaran sama anak band, mahasiswa kedokteran, keren lagi. Mungkin yg nolak Harry seorang yg buta. Aku enggak pernah habis mikir, saat aku putusin harry dengan santainya dia menyetujui permintaanku. Sial! Padahal aku sempat bermimpi waktu aku mutusin dia, dia akan bersujud di depanku. Tapi kenyataannya? Dia dengan tenang bilang oke, setelah itu dia pergi begitu saja. Sakit broo. Tapi untuk menjaga harga diri, kuberanikan untuk tersenyum dengan orang-orang yg waktu itu mengerumuniku.

Malam ini, sesuai bakat yg kumiliki aku akan manggung di sebuah cafe milik teman Papa. Namanya Om Joe. Memang setiap malam aku selalu menyempatkan waktu untuk manggung di cafe walau hanya satu jam. Gajinya sangat menggiurkan. Kalian tau kenapa aku melakukan itu? Oke, uangnya akan ku gunakan untuk kegiatan amal. Tentu saja untuk anak-anak yg membutuhkan.

Setiap kali keluar malam, Mama pasti menanyakan sesuatu yg sangat membosankan untukku.

“Mau kemana sayang?” tanyanya dengan merapikan tube dressku.

“Tentu mau ke cafe, sampai jumpa!” jawabku sambil mengecup kening mama.

*****

Saat sampai depan pintu cafe, kulihat ada dua orang cowok yg sedang naik ke panggung. Hei? Siapa dia? Berani sekali merebut jatahku. Oke, aku akan menghampiri mereka berdua cowok-gila-enggak-tau-sopan-santun itu yg sedang menyanyi sambil memainkan gitar.

“Heh, kalian siapa?” bentakku. “Kalian tau kan, setiap malam aku selalu mengisi cafe ini dan kalian! Kalian merebut semuanya.” teriakku. Kedua cowok itu menghentikan aksinya lalu turun mendekatiku. Kutatapi mereka satu persatu. Aku yakin mereka manggung di sini hanya untuk mencari nama. Tidak seperti aku. Aku melakukan ini untuk kegiatan amal.

Salah satu dari mereka membuka kacamata yang menutupi matanya.

“Heh, kau pikir cuma kamu aja yg bisa ngisi cafe ini. Setiap malam Minggu kami berdua juga nongkrong di sini. Pada jam ini juga!” bentak cowok itu, matanya berwarna biru. Wow, matanya sangat indah. Eh kutarik ucapanku barusan. Matanya sangat jelek. Ahh, oke aku mengakui keindahan matanya. Bukan pemiliknya yg berani sekali membentakku.

“Apa?” jawabku tersentak. Aku langsung melirik jam tanganku. Oh tidak, aku berangkat ke cafe lebih awal dari biasanya. Oke, mungkin mereka datang pada jam ini, sedangkan aku selalu datang pada jam sembilan. Malu sekali aku. Untuk mempertahankan harga diri kuberanikan untuk menjawab, “Heh, bilang aja kalian ke sini untuk cari nama!”

“Kau salah! Kami kesini untuk kegiatan amal.” Jawab cowok satunya. Suaranya sangat lembut dari si angel blue. Ops, maksudku temannya itu.

“Kalian harus ijin denganku.” Ucapku sambil berkacak pinggang. “Aku senior kalian!”

“Hei, memangnya cafe ini milikmu?” bentak si cowok bermata biru. Untung saja bukan berdarah biru. “Jangan sok gaya deh, kamu ke sini mau cari nama kan? Pakaian yg sangat tidak sopan, jangan-jangan kau ke sini mau.....”

Plakkkk. Tanganku yg mulus mendarat ke pipinya. Berani sekali dia menghinaku. Apa dia tidak tau? kalau ke atas panggung kitaharus berpenampilan semenarik mungkin. Dia tolol.

“Kau berani menyentuhku?” tukasnya. “Ingat aku akan membalas semuanya!”

“Niall, sabar. Udah kamu diam aja.” Oke, namanya Niall. Nama yg sangat jelek! Aku benci dia. Lihat saja kalau bertemu lagi. aku akan menghajarnya dengan tanganku sendiri.

“Liam, dia itu sangat .. sangat songong!” ucap Niall. 

“Hei, ulangi perkataanmu sekali lagi!” aku meremas lengannya, tapi Niall langsung menepis tanganku. Wow, sakit sekali. Tapi aku langsung meninju perutnya. Aku songong? Tidak, menurutku. Dia hanya belum mengenalku saja.

“Cewek songong!” Niall menjulurkan lidah. “Dasar cewek songong!” 

Ah sial, berani sekali dia menghinaku habis-habisan. Bukan Jeni kalau gampang menyerah. Aku mengambil gelas berisi air putih yg ada di belakangku. Sebentar lagi Niall pasti akan bilang,

“Heh, songong, kau berani sekali.” Geramnya. “Membasahi kausku!”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Anggap aja foto di samping itu Niall dan Liam lagi main gitar di cafe pada malam hari ^^

Jangan jd silent reader, kritik dan saran diterima :)

ANGEL BLUE (One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang