Source: https://www.facebook.com/pages/The-Amazing-Book-about-One-Direction/496431533760496
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Pergi kalian dari sini!” perintahku dengan suara lantang. “Pergi, kalau tidak mau, aku akan memanggilkan security.” ancamku.
Tiba-tiba seorang cowok menyentuh bahuku. Aku langsung saja kaget-setengah-mati-tapi-untung-aja-enggak-jadi-mati. Aku menoleh ke arah cowok itu. Hei, siapa dia?
“Kau tidak punya hak untuk mengusir kedua temanku itu.” bela cowok di belakangku. “Aku Louis Tomlinson, anak pemilik cafe ini.” Louis mengulurkan tangan ke arahku. Aku membalikkan badan dan mengamati Louis secara detail. Sekilas wajahnya mirip Om Joe, hanya sekilas. Sekarang aku ingin menatap Niall dan Liam, dia pasti sedang menertawakanku. Benarkah? Tentu.
“Rasain, Nona!” ucap Niall sambil tertawa. “Jadi cewek itu enggak usah galak-galak.” Niall mendekatiku sambil menjitak jidatku yg kata Papa kayak pendaratan-pesawat-terbang. Oke, sekarang siapa yg berani menyentuhku? Niall, cowok tolol sekali.
“Kau berani menyentuhku?” Aku menepis tangan Niall. “Jauhkan tanganmu itu!”
Niall langsung mengangkat tangannya. Lalu tersenyum. Ah, senyumnya mampu meluluhkanku. Bahkan melelehkan tubuhku dalam hitungan detik. Aku harus jaga imej!
“Nona, sebaiknya kau yg harus pergi!” Niall mendorong tubuhku. “Kau dengar kan ucapan Louis barusan.”
“Iya kau pergi cepat dari sini!” nada Louis sangat mencemoohku dan membuatku merasa tidak terpuji. “Atau aku akan memanggilkanmu security!” eh, sialan tuh cowok. Berani sekali menjiplak kata-kataku. Oke, saat ini aku memang kalah. Kalah dalam semuanya. Dengan wajah menahan malu, kuberanikan diri untuk keluar dari cafe ini. Tapi tiba-tiba sebuah tangan menahan kepergianku, hei siapa dia? Tidak mungkin Louis dan Niall.
Aku langsung menatap tangan yg meremas lenganku. Dan, yah dia Liam. cowok berhati lembut-selembut-kapas-yg-kugunain-setiap-hari-untuk-membersihkan-wajahku. Sentuhannya membuatku meleleh juga. Kenapa Niall dan Liam sangat mudah sekali meluluhkanku. Baru kali ini aku merasakan seperti ini. Biasanya beberapa cowok harus melalui proses untuk meluluhkan hatiku.
“Kau harus naik ke atas panggung.” Liam mambalikkan badanku. “Kau harus menunjukkan bakatmu.” Liam menuntunku ke atas panggung. Dan aku hanya terganga dengan tuntunan Liam. tidak, ku mohon Tuhan, jangan lelehkan tubuhku. Ku mohon!
“Hei, kalau memang kau ke sini untuk mencari nama, pulang saja ke pelukan ibumu itu.” teriak Niall dengan nada mengejek. “Kalau kau mempunyai bakat terpendam, tunjukkan sekarang!”
Niall, aku geram sekali dengan kamu! Kau merendahkan kemampuanku. Kenapa dia tidak menghargaiku? Oke, aku harus sabar. Sebenarnya aku tidak mampu bergerak karena baru saja mendapat setruman dari tubuh Liam, Hehhe. Tapi karena hinaan Niall, aku harus bangkit. Aku harus bisa membuktikan ke cowok jelek itu kalau aku juga bisa bermain gitar.
“Abaikan Niall!” ucap Liam sebelum turun dari panggung. “ Kamu pasti bisa, Nona!” Liam menoleh ke arahku saat menuruni tangga. Ah, dia memberiku semangat. Oke, thank for your support! Kuambil sebuah gitar yg selalu menemaniku di atas sini. Dan kudengar tepukan liam, selanjutnya semua penonton mengikuti Liam. Ah, Liam. dia berhati baik. Kenapa dia mau berteman dengan Niall dan Louis? Seharusnya dia berteman dengan Zayn, sahabat baik-hati-yang-selalu-ada-untukku.
Setelah selesai, aku menuruni panggung dan Liam menyambutku di bawah tangga. Tangannya juga menyambutku. Aku harus menerima sambutan Liam atau tidak? Aku bingung! Oke, karena kemurahan hatinya, aku akan menghargai Liam.
“Terima kasih.” Aku meremas telapak tangan Liam. “Sama-sama, Nona.” Liam menuntunku ke kursi pengunjung dan mengajakku. “Duduklah sebentar denganku.”
“Oke, terima kasih.” Aku melempar senyuman mautku untuknya. Dan Liam membalasnya dengan wajah merona. Aku tau setiap cowok yg kulempar senyuman pasti akan merona pipinya. “Ada apa kau mengajakku duduk kesini?” tanyaku polos. “Aku ingin berkenalan denganmu!” Liam mengulurkan tangan. “Liam Payne!”
“Jenia.” Aku membalasnya. “Sekarang aku harus kembali kerumah, sampai bertemu lagi.” Aku bangkit tapi suara Niall mengurungkan niatku ini.
“Oh, namamu Jenia. Cantik tapi orangnya so bad!” ucap Niall yg tiba-tiba duduk di hadapanku. Dia masih berani menghinaku? Malam ini aku masih mempunyai selusin kesabaran, jadi aku tidak usah capek-capek mengeluarkan tenagaku untuk Niall, cowok tolol itu!
“Daripada kamu, Niall. Nama apaan itu?” Aku menjawabnya dengan emosi. “Ha? Kau tau namaku?” Niall kaget. “Kau pasti menyukaiku, kan?” selain tolol dia punya tingkat ke-PD-an tinggi, setinggi langit. Aku tau namanya karena mendengar Liam menyebut merkmu, tolol! Ah, aku malas berdebat dengannya.
“Jen, abaikan Niall.” Liam menyentuh tanganku. Tapi dengan cekatan aku menjauhi tangannya. Bukannya aku nolak dipegang, Cuma kita kan baru kenal. Aku enggak mau di bilang murahan.
“Oke, aku akan pulang, liam!” Aku bangkit tapi niall langsung saja mendudukkanku. “Aku belum mengomentari aksimu tadi.” Niall menatapku tajam. “Ternyata bakatmu oke juga. Kukira kau hanya gaya doang!”
Niall, sudah berapa kali dia menghinaku? Jujur, baru kali ini ada cowok yg terang-terangan menghinaku. Apa dia MAHO? Jadi tidak tertarik denganku sampai-sampai menghinaku habis-habisan? Tentu saja, aku yakin dia MAHO.
“Tentu, penampilanmu membius kami.” Ucap Louis di belakangku. Cowok itu datang secara tiba-tiba. “Aku bangga punya pekerja sepertimu.”
Louis, aku melakukan ini untuk kegiatan amalku. Dia menyebutku sebagai pekerjanya? Tentu saja bukan! Aku pekerjanya Om Joe, bukan anaknya. Dia gampang banget bilang seperti itu.
“Hei, aku ini bukan pekerjamu!” bentakku sambil membalikkan badan. “Aku pekerja Papamu, tolol!”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Vote, follow, dan komennya plis :) jgn jd silent reader, yaa~
Kritik dan saran diterima, meskipun bukan buatanku @.@ (leh? ._.)
NB: foto di samping jelas editan buatanku. Kelihatan, kan? XD