Aku pendiam.
Bukan ansos sih, tapi memang tidak suka banyak bicara. Aku bukan tipe orang yang suka dengan keributan. Menurutku, sendiri itu lebih asik, bisa melakukan apa aja yang menurutku seru. Contohnya, baca novel atau wattpad di kamar saat weekend.
Simple kan? Itu adalah salah satu surga buatku apalagi tidak ada yang mengganggu. Contohnya saja hari ini.
Aku sudah menghabiskan waktuku dari tadi siang hanya untuk baca novel. Sekarang pukul tujuh malam. Dan aku belum mandi.
Oke, katakan kalau aku ini jorok. Tapi memang itu salah satu kebiasaanku kalau sedang libur. Kadang aku hanya mandi sekali dalam sehari jika sedang libur.
Well, sepertinya aku akan kena omelan mama kalau belum mandi juga, karena itu aku memutuskan untuk mandi sekarang juga sebelum mama dateng ke kamar dan suaranya berkumandang dikamarku ini.
Aku hendak mengambil handuk ketika seseorang membuka pintu kamarku.
"Dek."
Oh itu, aku tau siapa pemilik suara itu. Suara kakakku. Penggangguku. Orang yang kuanggap bersekongkol dengan mama saat mereka mulai menceramahiku. Suara dari kakakku satu-satunya, Naomi. Ya, aku dan kakakku memang benar-benar berbeda.
Naomi lebih tua 2 tahun dariku. Dia sekarang sudah kelas 12. Selain umur, sifat kami bertolak belakang, kakakku itu supel, bawel dan berisik. Ya, berisik! Dia suka sekali berteriak heboh karena hal sepele. Contohnya, sisir kesayangannya yang tiba-tiba hilang tadi pagi. Setelah dicari, ternyata sisir itu ditemukan mama di tempat tidurnya sendiri, tepatnya di bawah bantal.
Hanya karena sisir, ia berteriak heboh seolah-olah rumah kami ini terbakar. Berisik bukan? Maksudku, untuk apa berteriak-teriak seperti itu padahal itu kesalahannya sendiri?
Sedangkan aku? aku ini pendiam. Lebih suka mendengarkan dibandingkan bicara. Ya hal itu sukses membuatku menjadi 'tempat sampah' berisikan curhatan dari teman-teman sekelasku.
"Hm?"
Aku malas sekali kalau dia sudah memanggilku.
"Disuruh ke bawah sama mama."
"Iya iya."
Sebenarnya, aku malas untuk turun kebawah tapi cacing diperutku ini sudah berteriak minta diberi makan."Dek, lo belom mandi ya?"
Ya, aku sepertinya lebih baik diam.
"Dek, gue bilangin mama ya."
"MAMAAA."
Sedetik kemudian aku sadar, aku sudah ada di kamar mandi dalam upaya melarikan diri dan saat itu juga aku mendengar suara tawanya yang terdengar sangat puas ketika melihat reaksiku. Aku harus segera mandi dan turun ke bawah untuk makan malam. Ya, kini kalian tau kan bagaimana menyebalkannya dia?
---------------
Aku baru saja selesai mandi suara mama terdengar dari lantai bawah. Aku tau sifat kakakku itu berasal dari siapa. Yup, dari mama yang juga berisik dan sedikit heboh. Hm, sebenarnya kadang sangat heboh.
"Mikhaaaaaaa, ayo turun!"
"Iya, ma.
Aku baru saja turun dari lantai dua, dan ingin makan. Tiba-tiba mama melontarkan sebuah pertanyaan, eh juga sebuah pernyataan padaku.
"Dek, kamu baru mandi ya? Kenapa sih dek, jadi perempuan itu jangan jorok dong. Pantesan aja mama gak pernah liat kamu jalan sama cowok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear The Silence?
Teen FictionSejak saat itu, Mikha si cewek pendiam itu berubah. Ketidakpeduliannya terhadap lingkungannya justru hilang. Mikha kini justru senang memperhatikan lingkungan dan teman-teman barunya. Termasuk Bastian.