16 Februari 1990 di malam jum'at seorang bayi telah lahir ke dunia namun sang bayi memiliki ke anehan fisik yang langka sekaligus ajaib yakni berkepala dua, sang ayah yang tak terima akan bayi itu berusaha untuk membunuh nya namun sang ibu selalu menghalagi nya sampai pada suatu saat kesabaran sang ayah memuncak dan di malam hari sang ayah membawa bayi nya itu menuju hutan yang kabar nya di sana tempat berkeliaran nya hewan-hewan buas seperti Harimau, Beruang, Ular Cobra dan juga puluhan buaya yang bersembunyi di rawa-rawa hutan tersebut. Sang ayah bermaksud untuk meninggalkan bayi nya itu di hutan tersebut namun nasib malang menimpa sang ayah saat berada di hutan tersebut, ia tewas di patuk ular Cobra sedangkan bayi itu terjatuh ke jurang entah bagaimana nasib nya sang bayi setelah jatuh dan jasad sang ayah habis tercabik-cabik oleh binatang buas yang kelaparan.
25 Februari 2016, setelah kejadian 26 tahun lalu masyarakat desa setempat sering di hantui oleh bayang-bayang si ayah bayi yang tewas di patuk ular itu dan sering melihat sosok mengerikan seperti manusia namun penuh dengan bulu dan cakar tajam di kedua tangan nya dan makhluk itu sering sekali mencuri ternak milik warga untuk di jadikan santapan nya. Mengenai ibu sang bayi kini dia telah di pasung oleh warga karena mengalami gangguan jiwa dan sering mengamuk serta membahayakan warga terutama anak-anak.
Cerita akan di mulai saat beberapa mahasiswa dan mahasiswi datang ke daerah itu untuk melakukan sosialisasi, mereka adalah Tora, Dewi, Herdy dan juga Shinta (hmm..cukup tak asing dengan mereka).
"Baiklah dengarkan aku, di sini kita akan melakukan Kuliah Kerja Nyata alias KKN jadi jangan ada yang main-main terutama kau Tora, lupakan kebiasaan kenak-kanakan mu itu" ujar Shinta berlaga seperti bos besar.
"Ya ya baik lah tapi kenapa dosen mengirim kita ke sini ?, terlebih...aura desa ini seperti hiiihh menakutkan" sahut Tora merinding.
"Sudah lah ayo kita cari tempat menginap" sela Herdy yang dengan santai nya menuju ke suatu rumah.
"Hmm Herdy ?, kau mau kemana, apa sebaik nya kita bertanya dulu pada penduduk di sini ?" Tanya Dewi bergegas.
"Hei Herdy apa jangan-jangan kau sudah survei tempat ini tanpa sepengetahuan kami ?" teriak Tora dari belakang.
"Begitulah" jawab Herdy sambil terus berjalan.
"Haahh sial lagi-lagi seperti itu" gerutu Tora.
"Sudah lah ayo ikuti dia" Dewi mencoba menengkan Tora.
Sesampai nya di suatu rumah yang tak lain adalah rumah kepala desa setempat mereka pun di sambut oleh Pak Sugeng sang kepala desa.
"Terimakasih telah mau bersosialisasi di sini tapi ko cuma ber empat ?" tanya Pak Sugeng heran.
"Oh iya sisa nya akan tiba besok lusa nya mereka akan tiba di sini, kami di sini juga ingin melihat-lihat dulu desa ini sebentar sebelum mereka datang dan memulai sosialisasi nya" ucap Dewi menjelaskan.
"Oh gitu rupanya, baik lah kalian bisa tinggal di rumah sebelah itu karena itu adalah rumah khusus tamu-tamu seperti kalian" kata Pak Sugeng sambil menunjuk rumah yang ada di sebelah rumah nya.
"Oh iya terimakasih pak atas sambutan nya" sahut Shinta membungkuk.
"Yah sama-sama, kalian bisa jalan-jalan dulu di sini. Nikmatilah" ucap Pak Sugeng lagi sembari meninggalkan mereka dan pergi.
"Yah rumah ini lumayan nyaman..huuuaammzzz.." ucap Tora menggeliatkan tubuh nya di kursi.
"Ya lumayan bersih juga" tambah Dewi sementara Herdy sibuk membaca buku.
"Tapi seperti yang kau katakan Tora, desa ini punya aura menyeramkan" Shinta mendadak merinding di tambah terdengar suara tangisan perempuan yang melengking padahal waktu masih menunjukan pukul 17:00 sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA SEBUAH DESA
FantasyCerita ini adalah tentang anak-anak dalam tokoh cerita Paradetect yang di kemas dalam versi berbeda