"BERKUMPUL!" bunyi itu menggema ke seluruh penjuru sekolah. Dengan volume yang luar biasa kerasnya memekakkan telinga bahkan jika kau berada di halaman atau kebun yang cukup jauh. Nadanya tegas, tidak dapat ditawar-tawar.
Rutinitas minggu pagi, kami disuruh berkumpul untuk mendengarkan beberapa pengarahan mingguan.
'Kami' itu kata persatuan.
Bukan hanya aku, melainkan semua anak lain disini sama.
Kami tidak spesial untuk satu dan lain hal, tapi sejak kecil bagi kami-yang dibuang-kemudian dikirim kesini untuk mengikuti pelatihan, kami dibesarkan untuk satu tujuan.
Beberapa orang menyebut kami pasukan. Meski tanpa nama-atau sepertinya belum ada, karena kami pasukan yang belum matang. Kisaran usia 15 sampai 18 tahun-pelatihan yang memakan waktu bertahun-tahun dan memaksa kami tinggal bersama di asrama ini proyek besar.
Pikirkan, bagaimana aku yang baru enam belas tahun dengan tinggi 158cm bisa membanting tubuh pria dewasa setinggi 2 meter, atau bagaimana aku bisa mengenai satu titik sebanyak 9 kali dari sepuluh peluru dalam satu target. Semuanya kedengaran mustahil, tapi aku bisa melakukan semua itu.
Aku bisa melakukan, hampir semua hal yang membutuhkan keahlian dengan baik.
Bagaimana cara mengoperasikan komputer-bukan hanya membuatnya menjadi sebuah bidang kerja, melainkan cara meretas sistem-sistem terlarang atau memecahkan kode-kode rahasia. Bahkan aku bisa masuk jaringan Pentagon seenaknya.
Keahlian lainnya seperti pekerjaan rumah tangga bisa dibilang sangat mudah, aku bisa memasak dengan cepat dan enak, atau membersihkan, dan lainnya.
Untuk hal lain yang lebih membutuhkan ketepatan dan kordinasi, aku bisa melakukan semuanya. Menembak, memanah, berkelahi-dengan banyak jurus-jurus atau bidang. Sebut saja ilmu ninja atau apalah nama yang lainnya.
Kami latihan berkendara tidak dalam skala kecil. Aku bisa membawa super jet melesat bagai angin di udara dan membuka gas warna untuk menuliskan namaku di awan-awan-dan beberapa hal lain yang sepertinya mustahil dapat dikuasai secara bersama-sama.
Sebelum aku berpikir lebih jauh dan mengingat-ingat, sebuah sentuhan kecil di pundakku menyadarkanku atas perintah berkumpul tadi.
Itu si Singa Gunung. Seorang anak cowok seumuran denganku, termasuk dalam salah satu dari 10 anggota emas dalam divisi ini. Ia tersenyum ke arahku sambil melambai-lambaikan tangannya, "Hei, Landak, kenapa melamun. Jangan datang terlambat, sampai mereka menghitungmu." Lalu ia pergi berlalu.
Landak.
Nama panggilan kami.
Itu menusuk-nusuk kepalaku seperti sifatnya. Padahal kalau aku pikirkan, aku tidak terlihat seperti landak-tidak, aku manusia, tenang saja. Ada 89 anak, perempuan dan laki-laki yang dilatih dalam pasukan ini memiliki nama tersendiri. Seorang dari ruangan pengkoordinasian, mendapat nama Jerapah karena badannya yang super jangkung diantara kami semua. 192cm.
Aula kelihatan besar dan putih. Seperti fasilitas-fasilitas pada umumnya, ada pendingin ruangan dan lampu terang benderang dimana-mana. Bahkan dindingnya kelihatan dibuat dari baja anti ledakan.
Para pelatih dari berbagai divisi berdiri berbaris, seperti takut mengotori ruangan yang putih ini, mereka memakai baju putih, jas putih, celana putih dan sepatu putih. Kalau perlu mereka bisa mengecat wajah dan rambut mereka menjadi putih juga.
Ini berbeda dari biasanya, raut wajah mereka kelihatan kaku dan serius seperti patung. Padahal hari ini mereka hanya ingin menyampaikan bahwa akan diadakan tes akhir sepekan penuh ini. Tes terhadap berbagai bidang. Dan kemudian kami dinyatakan masuk sebagai pasukan murni dan boleh memilih nama masing-masing.
YOU ARE READING
LEXA Earth Battle
FantasySejak kecil, mereka terlatih sebagai sebuah pasukan yang solid dan profesional. Tanpa mengetahui nama masing-masing, hidup dalam sebuah tempat yang terisolasi dari dunia luar dan hanya mengenal pertarungan--waktu telah mengantarkan mereka kepada seb...