Secangkir teh hangat yang manis telah kuhisap sedikit demi sedikit, sebelum aku berangkat kerja. Semua pekerjaan rumah, sudah kukerjakan semua, kini aku tinggal bersiap-siap untuk kembali bekerja paruh waktu, agar dapat meneruskan kuliah, dan menyekolahkan adik-adik ku.
Mereka belum pulang, jadi kutitipkan saja kunci di ibu pemilik kos an ini. Pikirku dalam hati.
Dan aku segera pergi ke tempat kerjaku.
"Miki, tolong bersihkan meja nomor 3 ya..." kata atasan ku sambil mengelap meja yang lain.
"Siap Bi" aku membalasnya.
"Miki, tolong sekalian, siapkan Bir dan dekorasi yang bagus, karena nanti rencananya akan ada pesta perayaan ulang tahunnya cafe ini."
"Iya Bi, segera aku siapkan, yang terbaik deh pokoknya." Kataku dengan semangat.
Atasanku adalah seorang ibu yang sangat baik,dan dia sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri. Bagaimana tidak, segala keperluan kuliahku, dia mau membantunya, dan setiap pulang kerja, dia selalu membekali makanan, untukku dan adik-adikku. Dan dia pula yang membantu biaya kuliahku dan sekolah adik-adikku. Sudah 5 tahun aku bekerja dengan ibu ini. Bahkan, tak jarang, dia memberi saran kepadaku atas masalah yang tengah aku hadapi.
Pesta berlangsung meriah. Banyak tamu yang datang untuk memberikan selamat, dan memberikan hadiah ulang tahun.
"Bibi, saya pulang dulu ya, kasihan adik-adik saya menunggu terlalu lama."
"Kenapa tadi kamu ngga ajak aja adik-adik mu kemari? Padahal kamu sudah tau kan, kalau hari ini cafe ini ada perayaan?"
"Tadi, selagi saya berangkat, mereka belum datang, katanya sih ada kerja kelompok dengan teman-temannya."
"Ya sudah, ini ada sedikit sisa makanan dari pesta tadi, lumayan untuk makan adik-adikmu, dan bekal untuk besok kamu dan adik-adik mu sekolah ya."
"Wah... Terima kasih banyak bi, ni sudah lebih dari cukup, paling sekaran, adik-adik sudah tertidur pulas, karena lelah kerja kelompok, dan sudah jajan di luar."
"Iya sama-sama, sudah bawa ini. Terima kasih ya sudah membantu kami hari ini."
"Itu memang sudah menjadi tugas saya bu."
Lampu-lampu jalan menyala seakan terang banget, dan toko-toko masih ramai, karena banyaknya turis yang berkunjung, bagaimana tidak? Hampir setiap hari kota ini diburu oleh ribuan turis dari manca negara. Ya ini adalah Bali, salah satu tempai wisata terkenal di Indonesia. Tempat pelarian ku untuk menenangkan hidup dari masa lalu.
Aku berniat untuk membeli sedikit cemilan, untuk penyegar, agar aku dapat belajar hingga larut, dan tetap segar. Namun aku merasakan seperti ada seseorang yang membuntutiku di Super Market. Segera kuambil cemilan yang kupilih, dan aku segera pergi ke kasir hendak membayar. Namun, tak ku sangka, ternyata orang itu mengikutiku ke kasir. Orang itu bertubuh besar, dengan Jas Hitam, dan dengan kacamata hitam. Kulitnya kuning kecoklatan, sepertinya dia bukan orang biasa, dan sepertinya, dia adalah orang yang kaya raya.
Dia terus mengikutiku, hingga akhirnya aku masuk ke sebuah gang, sebagai jalan pintas menuju rumah ku, dia kini sudah tidak terlihat lagi. Aku meneruskan perjalanan dengan perasaan lega. Namun ternyata, orang itu sudah sampai di depan rumahku, dan dia membuka kacamata hitamnya.
"Miki, kau sepertinya lupa dengan ku ya? Aku Dany, teman SMA mu dulu, dulu kita sering bareng, dan kau yang biasanya selalu mengangguku."
"Haaah??? Menganggu mu? Aku rasa aku tak pernah mengangu mu."
"Kamu masih tidak ingat ya? Iya, dulu kau yang selalu meledekku profesor tomat, karena kacamata ku yang besar dan bulat, dan kulitku yang selalu merah karena kepanasan. Iya ngga heran sih kamu lupa sama aku, soalnya, pas kelas 2 aku pindah ke Amerika."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Hidup
Teen FictionProlog... Aku termenung melihat butiran-butiran salju itu turun dengan lembut dari langit, mula-mula sebutir dua butir, hingga akhirnya salju-salju menutupi jalan. Aku teringat saat saat dimana kecelakaan itu terjadi pada keluarga kami. Saat dimana...