One of Repetition

1.4K 108 14
                                    


Hayalan kehidupan baru yang tak Yoongi tahu, penuh dengan kemanisan dan kebohongan mencoba menarik dirinya perlahan memasukinya, tanpa mengetahui taring dari kehidupan itu akan membuat Yoongi menyesal selamanya. Yoongi memang begitu polos,selama ini ia hanya ingin melihat hal yang ingin ia lihat, kata-kata teguran maupun kesadaran dirinya sendiri hilang dari dirinya, tak berarti apa apa baginya. Tanpa menyadari ia jatuh kedua kalinya dilubang besar yang pernah menjeratnya pertama kali, menjalarkan rasa sakit karna luka luka yang tertutup terbuka kembali tanpa tahu keinginannya.

Yoongi mengulangi hal itu dan itu lagi. Lagi lagi dia menangis sendirian tanpa diketahui siapapun. Jam hampir menunjukkan pukul tiga pagi, dan disini Yoongi mencoba menemukan arahnya kembali dijalanan yang sepertinya tak berujung. Menyadarkan betapa menyedihkan sosoknya yang seperti ini.

Udara dingin pagi hari membuat Yoongi mengigil, salahnya sendiri karna tak membawa jaket, dan berlari seperti orang bodoh saat menyadari bahwa semua hal yang selama ini ia lakukan sia sia. Yoongi Menaikkan kedua tangannya sampai bertemu dengan bibirnya, menghembuskan nafas agar menghantarkan panas kepada buku buku jari yang terlihat semakin pucat dari waktu ke waktu. Matanya terpejam, rasa sesak didadanya belum kunjung hilang, mengingatkan dirinya bahwa ia tak dibutuhkan lagi, dan tidak boleh bertahan lagi.

Sudah terlambat baginya, halaman-halaman buku rusak itu tidak bisa digantikan lagi, ceritanya dalam buku itu telah usai, lagipula baik depan maupun belakang tertutupi oleh duri-duri indah. Hanya satu orang keras kepala yang masih membuka buku itu, dengan kedua tangan bergemetaran karna masih mencoba membuka buku itu, hanya Min Yoongi yang tak peduli lagi dengan duri menusuk.

Yoongi berharap apa yang ia percaya bisa berlangsung selamanya, tapi itu kebohongan besar seperti khayalan manis, ia melihat cahaya redup melewati permukaan kaca, mencerminkan jalinannya dengan Jungkook sekarang. Berkali-kali helaan nafas terhempas di udara. Sebelum pada akhirnya ia menyerah, membanting dirinya untuk menyandar pada dinginnya tembok jalanan, Yoongi menyembunyikan kedua bola mata itu, menemukan kini dirinya melamun.

"Hyung!"

Degupan jantung Yoongi bertambah cepat ketika mendengar suara namja yang ia rindukan, Yoongi melihat namja itu berlari ke arahnya, dan memeluknya erat, Yoongi membalas memeluk kekasihnya itu, senyum terpampang jelas diwajahnya, tanda ia bahagia dengan keberadaan Jungkook. Selama mereka terpisahkan momen momen seperti ini benar benar seperti mimpi belaka.

"Kook kangen hyung~"

Ia sangat menyukai posisi ini, posisi dimana Jungkook benar benar membuat Yoongi terasa bagi seseorang selama ini, walaupun itu hanya Jungkook tapi bagi Yoongi sudah cukup.

"Hyung kangen kook, kemana saja kamu?"

Tawa Yoongi terlihat ceria, membuat dirinya yang sekarang merindukan tawa itu.

-

Mata Yoongi terbuka, ia terbangun dari lamunannya.

Yoongi benar benar mempercayai Jungkook, ia sama sekali tidak meragukannya. Namun dia merasa dari hari ke hari bahwa Jungkook semakin menjauh darinya, jika dari awal semua itu adalah kebohongan, dan mereka tak pernah dekat satu sama lain, mengapa kini Yoongi tetap saja melanjutkannya sendiri? Merasakan bodohnya dirinya karna melakukan itu.

Dirinya tak berhenti henti bertanya kepada dirinya sendiri,

Saat Jungkook mengatakan ia mencintainya, apakah itu hanya umpan untuk memancing reaksinya?

Ia mengingat jelas, betapa namja itu terkenal dikalangan perempuan dan lelaki, membuatnya kadang merasa tidak pantas berada disebelahnya. Bisa jadi ia hanyalah salah satu mainan Jungkook, seringkali Yoongi merasakan Jungkook memasukannya dalam boks mainannya, membiarkannya dengan sengaja menunggu.


Apakah Jungkook membuangnya saat dimana Jungkook tidak membutuhkannya lagi?

-

"Hyung jangan lupa makan, istirahat juga."
Itulah yang dikatakan Jungkook, Yoongi saat itu membalasnya dengan tersenyum kecil dan mengangguk karna mendapat perhatian yang diberikan kepadanya. Setelah itu Jungkook meninggalkannya, membuatnya menghela nafas frustasi.

Mata Yoongi mengekor ke arah namja yang tertawa bersama Jungkook setelah keluar dari café,

Jungkook benar benar menghilang ketika ia membutuhkannya, selalu seperti itu, selalu.

membuatnya beranggapan bahwa ia bisa digantikan oleh siapa saja, dan seakan menandakannya bahwa Jungkook ingin mengakhiri hubungan mereka secepatnya, tak jarang tawa sinis Yoongi terdengar—ia mengejek dirinya masih saja bertahan, padahal jelas jelas Jungkook memberinya sinyal yang sangat jelas.

-

Beberapa jam lalu,

Kekhawatirannya seakan terjawab, tangannya mendingin, dan tawanya hambar, selama ini ia yakin bahwa hanya ada dirinya di hati Jungkook, namun kini ia melihat cinta Jungkook seperti tak berarti, tak pernah ia rasakan namja itu menyayanginya lagi,

Digenggamannya ia memegang kalender dengan tulisan dua berwarna merah besar, tanggal penting bagi Yoongi dan Jungkook. Tersenyum tipis, ia masih saja merindukan kehangatan namja itu hingga saat ini, padahal ia sudah tahu.


Yoongi tahu Jungkook sudah bosan dengannya, dan mencoba mencari hal baru ketika semuanya berubah. Mungkin ia sudah tidak sesuai keinginan Jungkook, jadi Jungkook menganggapnya beban semata, sambil membandingkannya dengan seseorang tanpa mengucapkan selamat tinggal secara halus membiarkan Yoongi tetap menunggu ditempat yang sama, sangat lama, membuatnya kelelahan dengan kata selamat tinggal tak terucap oleh Jungkook.

Bukan, lebih tepatnya perpisahan untuk mereka berdua.

"Selamat mensiv kedua Jungkook, aku mencintaimu, terimakasih—" ucap Yoongi pelan, sambil menunduk, matanya memanas, bahunya bergetar, pandangannya mulai mengabur. "—atas semua apa yang kau lakukan selama ini aku sangat menghargainya, semua perhatianmu, tingkah lakumu, dan juga tawa hangatmu yang membuatku tertawa dan tersenyum. Selamat tinggal..."


As OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang