Matahari bersembunyi, merasa sungkan. Bukan tak mampu, manusia hanya terlalu angkuh.
Di sudut hiruk-pikuk keramaian kota, tempat itu seperti diabaikan. Mungkin hanya dijadikan tempat sampah, sebagai pangkat tertingginya. Tapi tak ada yang tau, seorang gadis kecil tak bertuan meringkuk di sana.
Kota terlalu angkuh untuk meliriknya. Angin saja hanya mampu menertawakan. Gadis itu tak memiliki harga, katanya.
Beberapa tikus mencicit, menyombongkan diri. Berseliweran di depannya tanpa ada niatan membantu. Ia hanya butuh makan, sungguh. Tak ada yang lain.
Jika untuk mempertahankan hidup, ia berarti harus makan. Meski ia tak ingin lagi hidup. Ia hanya menunggu kematian.
"Hei.."
Jika untuk menyapa, jangan memanggil! Kata gadis itu dalam hati.
Tapi yang menyapa, hanya melempar sepotong roti agak basi lalu kembali berlalu.
Si gadis tertawa. "Aku memang sedang butuh makan! Terimakasih!" Ucapnya, sarkastik. Lalu memakan roti itu tergesa, tanpa tau jika potongan terakhir yang ia makan, tidak masuk menuju ke kerongkongannya, melainkan tenggorokannya. Dan menyumbat, membusuk di sana.
Gang kecil nan pengap berbau busuk. Bukan lagi berbau sampah. Tikus-tikus bersorak. Mereka makan sangat banyak hari ini.
Selesai.
Bandung, 2018-03-29
With Peaceful Regard's
Penggemar manusia