Satu

93 8 3
                                    

Nisa bukan murid bodoh kok di kelasnya, tapi ya maklum saja saat dia mendapat nilai empat di mata pelajaran Matematika. Bukannya tidak ahli juga, Nisa cuma butuh kalkulator, selebihnya dia sangat ingat rumus-rumus dan cara pengerjaannya.

Di kertas ulangannya kini ada catatan tolong perbaiki lagi dari bu iis-- guru matematikanya. Asal tau sih, yang dapat nilai jelek bukan cuma Nisa saja tapi juga sohibnya Nisa, si Anis. Tapi anehnya kali ini Anis malah dapat nilai lebih bagus meski malu-maluin juga.

"Si Anis sama Nanda diem-diem aja nih, dapet bagus ya?" bukan, itu bukan pertanyaan. Teman yang duduknya di depan Nisa sama Anis sengaja nyindir, dia pasti tau kalau Nisa sama Anis yang selalu berdua ini dapat nilai jelek.

"Kepo lo," cerocos Anis. Dibandingkan dengan Nisa yang pendiam nyatanya Anis memang lebih berani, lebih suka berekspresi gila. Bukan kayak Nisa yang bisanya cuma senyum mesem sambil nundukin kepala.

"Yaelah cuma nanya kali." Putri menghadap ke depan, terlihat jengkel dengan Anis yang seakan menunjukan wajah 'Gue tabok lo nanya lagi'

"Keluar, Nis. Bete gue." Anis menyeret tangan lemah Nisa, tapi Nisa diam.

"Bentar lagi ganti pelajaran, nanggung."

Anis mendesah pasrah, "Duduk mulu, tepos nanti pantat lo. Lagian paling entar diselang OSIS minta amal Jum'at."

Ya memang dasar si Nisa tidak mau keluar, pasti punya seribu satu jawaban menangkal ajakan Anis. "Ya nggak apa-apa, gue juga mau ngasih amal Jum'at." Gadis ini nyengir, dibalas dengan wajah cemberut Anis.

"Wuih ganteng-ganteng nih anak OSIS nya." Celetukan keluar dari mulut Adel saat anak-anak OSIS mulai masuk ke kelas, "Ada mantannya Wati noh. Cieee." Anak-anak di dalam kelas ribut, kelas tanpa Guru memang saat yang paling Nisa benci.

Anak cowok yang dimaksud Adel berusaha senyum cool tapi mukanya masih kelihatan merah karena malu.

"Cie Wati, celebek dong." Yang lain ikut bersuara.

"Yee apaan si, gue maunya sama yang tinggi aja tuh, yang putih, yang kayak Stuart Collin." Wati dengan gaya khasnya nunjuk anak OSIS paling pinggir kanan, ya memang paling ganteng juga di antara tiga anak OSIS yang masuk ke dalam kelas. "Ah tapi jangan deng, takut dikira nikung."

Gosipnya memang sudah menyebar. Cowok yang sudah keluar setelah minta amal Jum'at tadi namanya Dika, rumornya sih lagi PDKT gitu sama Melinda teman sekelasnya Nisa. Dan yang paling bikin Nisa heran adalah kenapa yang ganteng harus selalu sama yang cantik? Omong-omong Melinda itu punya banyak fans, bisa dibilang cewek paling cantik di kelas dan sekolah. Bukan kayak Nisa. Hahaha. Udah ah jangan dibahas.

"Kita mah apa atuh, dilirik juga nggak." Anis mulai drama saat Bu Mimin masuk kelas. Sambil mengeluarkan bukunya ia natap Nisa. "Enak ya jadi Melinda, jadi cewek cantik."

"Biasa aja kali, tapi ya iri dikit mah pasti ada." Jawaban Nisa tadi rasanya bener-bener bikin Anis mau jumpalitan.

"Tapi emang gebetannya Melinda ganteng banget si, eh bukannya Melinda itu mantannya temennya si Dika ya?"

Nisa cuma ikut nyimak, "Nggak tau tuh." Mulai memperhatikan Anis yang mulai cerita, "Yang mana deh orangnya?"

"Yang nggak kalah ganteng juga, tapi bukan OSIS sih. Aris namanya."

NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang