| Katyusha |
Desa Leshukon, Arkhangelks Oblast, Rusia, 1941
"Turunlah, Mila. Kau akan membuat Ibumu cemas," pinta Vadya kepada seorang perempuan yang sedang duduk di atas sebuah dahan pohon besar. Dia memintanya dengan nada yang lembut juga hati-hati.
Lyudmila -- biasa dipanggil Mila hanya menatap lurus ke arah Matahari yang sedang terbenam dengan kedua tangan disilangkan di depan dadanya. Bisa dilihat ia tidak begitu menikmati pemandangan itu. Wajah cantiknya terlihat cemberut, pipi kirinya ia gembungkan, kedua alisnya bertautan menghasilkan kerutan, dan bibir tipisnya mengerucut. "Sudah kubilang, aku tidak mau pulang!" Serunya tanpa menatap Vadya yang berada di bawah pohon itu.
"Astaga," guman Vadya tidak percaya. "Kau sudah delapan belas tahun, Mila. Bersikaplah dewasa,"
"Oh!" Seru Mila dengan nada sarkastik dicampur rasa kesal. Dengan cepat, ia menundukkan kepalanya ke arah Vadya yang berada di bawah, "Kau tidak memerintahku untuk bersikap dewasa, Vadya!" Desisnya. "Kau pikir gara-gara siapa aku jadi begini?"
"Lalu kau ingin aku melakukan apa lagi?" Vadya mengangkat kedua bahunya sambil mengeluh. Dia diam sebentar, kemudian menghembuskan nafas berat dan mengusap wajah dengan satu tangan, "Dengar, Mila," katanya -- masih dengan hati-hati dan nada yang lembut -- tidak mau membuat perempuan itu semakin marah. "Aku minta maaf karena semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencanamu. Tapi, aku bisa melakukan apa lagi? Aku harus pergi berperang, Mila. Aku tidak bisa diam saja."
Mila terdiam sejenak begitu mendengar perkataan Vadya. Ia menjadi sedikit sedih begitu mengingat Vadya yang akan kembali pergi berperang. Padahal, mereka sudah membuat rencana untuk merayakan ulang tahun Mila dalam sebuah acara makan bersama yang sederhana di rumahnya dengan Ibunya Mila. Beberapa hari kemudian, Vadya pun akan langsung berencana untuk melamar Mila dan menikahinya.
"Kau kejam...," katanya lirih. "Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganmu?"
Vadya terdiam sebentar, ia berpikir. "Aku juga tidak tahu," jawabnya sambil mengangkat kedua bahunya lagi dengan santai.
"Tidak bisa kupercaya!" Teriak Mila, kesal. Bagaimana mungkin laki-laki ini bisa menjawabnya dengan begitu santai? Dia sama sekali tidak memikirkan perasaan Mila yang sedih! "Pergilah! Katakan pada Ibuku, aku tidak akan pulang!"
"Hei! Jangan membuat kekesalanmu padaku berimbas pada Ibumu!"
"Kalau begitu, jangan ikut berperang!"
"Aku tidak bisa."
"Kalau begitu, aku akan tetap berada di sini!"
"Jadi kau akan berada di atas sana?"
"Ya!"
"Berapa lama?"
"Selamanya!"
"Kau bisa terkena bom udara Jerman kalau berada di sana."
"Aku tak peduli!"
Vadya mendecak, "Dasar," gumamnya. Ia melompat dan memanjat pohon itu. Dengan tubuhnya yang tinggi, ia bisa dengan cepat mencapai sisi tinggi pohon tersebut untuk menyusul Mila yang sedang duduk di atas salah satu dahannya. Begitu sampai, ia menggenggam lengannya, membuat perempuan itu terlonjak.
"Biarkan aku sendiri!"
"Jika Ibumu menyuruhku untuk membawamu pulang, maka aku akan membawamu pulang. Jika tidak bisa dengan cara lembut, maka, terpaksa, harus dengan cara kasar."
"Kau laki-laki menyebalkan!" Seru Mila sambil memberontak.
"Kau perempuan keras kepala. Jangan banyak bergerak atau kau akan ja ̶ ,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KATYUSHA
Short StoryDalam mempertahankan negara, Vadya harus pergi ke Stalingrad untuk bersiap-siap melawan tentara Jerman. Hanya saja, itu berarti dia harus menghadapi masalah antaranya dan Mila, kekasihnya yang tidak ingin dia pergi berperang. -Ditulis pada April...