Part 1

472 26 3
                                    

Seohyun pov
  Baru sekitar 5 hari aku dirawat, tetapi sudah banyak sekali orang yang menjenguk ku di rumah sakit jeju. Dari mulai teman kuliah, tetangga, saudara, dosen sampai rekan – rekan kerja appaku. Kiriman rangkaian bunga dari beberapa perusahaan jepang ternama di korea pun turut menghias ruang perawatan VVIP ku. Tidak heran karena selain aku adalah murid yang berprestasi aku juga adalah anak dari seorang duta besar kedutaan jepang yang berada di korea.  Selain itu, beberapa teman – teman modeling ku juga datang menjengukku, karena selain kuliah, aku juga menjadi model untuk beberapa majalah. Beruntunglah aku karena memiliki ibu berdarah jepang dan ayah berdarah jerman menjadikan ku mempunyai wajah yang rupawan.
Tetapi kedatangan mereka semua tidak dapat mengembalikan semangat hidupku yang sudah pudar. Sejak oppaku meninggal, aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Karena semua itu adalah salahku. Bila saja aku tidak meminta oppaku menjemputku setelah pemotretan, ia mungkin masih dapat berkumpul bersama appa, eomma dan juga aku di rumah. Dari alasan itulah, aku mencoba mengakhiri hidupku dengan memotong nadiku. Beruntung sahabatku datang kerumahku dan segera membawaku ke rumah sakit saat menemukanku tergeletak tak berdaya dan bersimbah darah di kamar mandi apartemenku.
Waktu appa dan eommaku mendengar kabar ku yang mencoba bunuh diri, mereka segera datang ke korea. Mereka sangat sedih dan khawatir mendengar anak mereka mencoba mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tetapi aku merasa tidak pantas mendapatkan perhatian itu. Aku adalah orang yang telah membuat mereka kehilangan anak pertama yang sangat mereka cintai. oppaku adalah orang yang sangat baik, tampan, dan sangat mudah bergaul. Ia adalah anak yang sangat pintar, bisa dibilang oppaku adalah seorang yang jenius. oppaku pernah menjuarai olimpiade matematika internasional. Saat meninggal dalam kecelakaan motor oppaku masih berumur 22 tahun dan sudah hampir tamat kuliah di amerika. ia mengambil jurusan kedokteran, Karena sejak kecil ia sangat ingin menyembuhkan orang yang menderita penyakit kanker.
Walaupun appa dan eomma sudah meyakinkanku bahwa bukan salahkulah oppaku meninggal, tetapi tetap saja, aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku atas apa yang telah terjadi.
***

(Tok…tok…tok…)
Suara ketukan pintu menyadarkan diriku dari lamunan. Selama 5 hari di rumah sakit aku memang sering melamun. Meratapi nasibku dan menyesali takdir yang telah terjadi walaupun ku tahu hal itu tiada berguna.
“ Masuk.” Jawabku datar.
Seorang wanita tengah baya dengan rambut hitam lurusnya memasuki kamar tempatku dirawat dengan gaya berjalannya yang elegan.
Aku memandangi wanita itu lekat – lekat. Penglihatanku kabur setelah aku melakukan percobaan bunuh diri. Kata dokter, itu mungkin efek dari pendarahan yang ku alami dan akan pulih dalam 1 minggu.
“ eomma?” kataku menerka.
“ Sayang, penglihatanmu belum pulih juga?” tanya mamahku.
“ hmm..” jawabku sambil melihat taman dibalik jendela.
“ hyunnie, kamu melamun lagi? eomma dan appa sedih kalau kamu terus – terusan begini. Itu takdir hyunnie, eomma dan appa sama sekali tidak menyalahkan kamu. Itu sudah kehendak Tuhan. Walaupun kamu menyesal terus menerus, kejadian lampau tidak akan kembali lagi. Eomma yakin chanyeol juga akan sedih kalau kamu seperti ini.” Kata mamah.
Aku masih terus melihat ke balik jendela.
“ hyunnie-ah..” mamah memalingkan wajahku ke arahnya. Aku menunduk.
“ eomma dan appa akan kembali ke jepang selama 1 minggu. Masih ada urusan penting yang memaksa kami harus kembali kesana secepatnya. Kamu tidak keberatan?” tanya mamahku.
“ hm..” jawabku sambil mengangguk.
“ Kami akan pulang secepatnya. eomma akan menyewa 2 suster untuk menemani kamu di sini.”
“ ani, begini udah cukup kok.” Kata ku.
“ Tapi hyunnie…”
“ eomma..aku akan baik – baik saja. Take care ya!” kata ku sambil mencium kening eommaku.
Eomma memelukku erat – erat sebelum ia meninggalkan kamar.

  Aku pergi berjalan – jalan keluar kamar, menghilangkan jenuh ku setelah seharian membaca novel yang eomma bawakan kemarin. Aku berjalan menyusuri lorong – lorong rumah sakit dan menuju taman.
Aku melihat selembar kertas terjatuh di depanku saat aku akan memasuki taman. Ku ambil kertas itu dan melihatnya. Rupanya kertas itu  sebuah partitur.
Tidak lama kemudian seorang laki – laki berambut hitam dan berkulit putih  dengan biola di tangannya datang menghampiriku. Ia kemudian tersenyum dan menatapku dengan mata coklatnya yang indah. Entah mengapa setelah melihat matanya perasaanku menjadi tenang. Aku seperti melihat hamparan kesenduan dari mata itu. Aku seakan dapat mengerti segala penderitaannya.
“ Mian..  itu partiturku…” katanya sambil tersenyum padaku.
Aku masih memandangi matanya yang lembut. Mata itu seakan – akan mempunyai magnet yang membuatku tidak dapat berhenti memandanginya.
“ Mian….” katanya lagi.
“ ne?” tanyaku polos.
“ Partiturku.. itu ditanganmu…boleh ku ambil?” katanya.
Aku tersadar dari lamunanku, mukaku pun memerah karena malu. Aku lalu memberikan kertas yang tadi ku ambil kepadanya. Ia memperhatikanku sejenak dan kemudian tertawa.
“ ah, cheoseong hamnida…” kataku. Aku mengurungkan niatku untuk ke taman dan hendak berjalan ke kamarku sambil menyesali kebodohanku yang tadi.Tetapi lelaki bermata coklat itu memegang tanganku.
“ Tunggu…, boleh minta waktunya sebentar..?” tanyanya kepadaku.
Saat itu hatiku yang sedang gugup tidak dapat berkata apa – apa selain mengangguk.
Ia lalu menuntunku ke sebuah bangku yang ada di taman itu.
“ Namaku Luhan. Kalau boleh tahu nama kamu siapa?” tanya laki – laki itu.
“ joohyun, seo joohyun. Mmm…Kamu orang china?” tanyaku.
“ ya, Aku china inggris. Ayahku inggris korea ibuku china . Udah lama di rawat disini?” tanyanya lagi.
“ Baru 5 hari. Kamu sendiri?”
“ Mmmm…menjenguk teman. Sakit apa?”
Aku diam. Aku malu bila aku menjawab hal yang sebenarnya. Bisa – bisa ia tertawa seperti tadi.
“ Ng……gagal bunuh diri..”
“ Oh…”.
Hanya itu yang ia ucapkan saat mendengar penyebabku masuk rumah sakit.
“ Oh?” tanyaku.
“ Aku kira kamu akan tertawa seperti tadi.” Kataku lagi.
“ Aku ngerti. Pasti masalahmu sangat berat, sampai – sampai kamu nekat melakukan tindakan sekonyol itu.”
“ …”.
Aku terdiam. Pada saat itu tiba – tiba bayangan wajah chanyeol muncul dan membuatku terpukul.
“ Jangan sedih ya, aku gak bermaksud…” katanya
“ Nggak. Nggak apa – apa.” timpalku.
Ia kemudian duduk disampingku dan memainkan biolanya. Entah mengapa, saat ia mulai memainkan biolanya, hatiku seperti ingin menangis. Lagu yang ia mainkan seakan – akan menceritakan kepedihannya. Raut wajahnya yang tenang dan tampan membuatku ingin menumpahkan semua kegelisahanku kepadanya. Tidak terasa air mataku meleleh dipipi. Ia kemudian tersadar dan menghentikan permainan biolanya. Ia kemudian mengusap air mataku dan menongakkan kepalaku. Aku menatap matanya yang coklat itu lekat – lekat. Dengan refleks aku memeluknya. Ia tersenyum dan mengelus – elus pundakku.
“ Kalau memendam kesedihan sendiri, kamu gak bakal kuat. Itu Cuma akan membuat kamu menjadi semakin putus asa. aku siap mendengarkan kegelisahan di hatimu.” Katanya.
Aku melepaskan pelukanku.
“ Mianhae…” kataku malu.
“ gwenchana.”Ia kemudian tersenyum. Kata – katanya yang tadi masih membekas dihatiku. Perasaanku menjadi tenang.
( Lu..!)
Seseorang memanggil.
“ Ya, sebentar! Maaf aku harus pergi. Kalau kamu mau aku besok bisa menemanimu disini.” Kata Luhan.
“ Ya… aku besok akan kesini lagi. Makasih ya, Lu.” kataku yang kemudian meninggalkan taman dan berjalan menuju kamarku.

         21/03/2018

ORIGINAL STORY: fathurizkighea
Ps: vote and komentarnya

LU SARANGHAE Ai Shiteru Yo(√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang