PART 2

297 25 0
                                    

  Sudah 9 hari aku di rumah sakit. Itu berarti hari ini sudah hari ke 3 sejak aku bertemu Luhan. Entah mengapa sejak pertama kali aku bertemu dengannya, aku selalu ingin bersamanya, menceritakan segala keluh kesahku, mendengarkan Luhan bermain biola dan bermanja dengannya.
Hari ini, seperti biasa aku menunggu Luhan di taman. Entah mengapa ia datang lebih lambat dari sebelumnya. Dan setiap kali aku ingin mengunjungi ruang tempat temannya di rawat di rumah sakit, ia selalu segera mengalihkan pembicaraan. Tapi tak apalah, selama aku bisa bersama Luhan itu yang penting.

“ hyunnie!!!” Luhan memanggilku dari seberang taman sambil melambaikan tangannya. Aku yang saat itu sedang duduk di bangku taman sambil membaca novel karya J.K Rowling pun langsung membalas lambaiannya dan tersenyum.
Ken kemudian berlari menghampiriku.
“ hyunn..maaf ya. Aku telat lagi.” Kata Luhan.
“ Gak apa – apa, asal kamu datang, aku udah senang.” Jawabku.
Pada saat itu aku melihat wajah ken tersipu malu. Ia kemudian menarik tanganku.
“ Lu, kita mau kemana?” tanya ku heran.
“ Aku mau menunjukkan sesuatu pada kamu. Ayo ikut!” ajaknya sambil tersenyum kepadaku.
Luhan mengajakku ke pantai. Karena jarak  rumah sakit dari pantai tidak jauh, kami kesana dengan naik taxi. Untung saja kami mendapat izin dari petugas rumah sakit untuk keluar. Setelah menempuh perjalanan 20 menit, akhirnya kami dapat sampai di pantai jeju. Pantai yang paling indah di korea.
“ hyunnie, sekarang jam berapa?” ken tiba – tiba bertanya padaku. Aku kemudian melihat jam di hpku.
“ Jam 5 lewat 15 menit. Kenapa?” kata ku.
“ ani…” Luhan kemudian menggenggam tanganku. Ia kemudian mengajakku duduk di pinggir pantai.
Suasana hening. Kemudian aku melihat wajah Luhan. Ia memejamkan matanya dan menatap langit sambil tersenyum lembut.
“ Lu?” tanyaku.
“ hmm..” Luhan masih memejamkan matanya.
“ Kenapa kamu kelihatan selalu bahagia? Apa kamu gak punya masalah dalam hidup kamu sampai – sampai kamu selalu tersenyum?” tanyaku.
Luhan menghela nafas. Ia kemudian membuka matanya dan menatapku dengan matanya yang sendu.
“ hyunnie, apa… saat ini kamu bahagia?” tanya Luhan.
“ Menurut kamu?” tanyaku balik.
“ Hyunnie. Walaupun aku bilang kamu saat ini bahagia, tapi kalau kamu nggak merasa bahagia maka berarti kamu nggak bahagia. Sebaliknya, bila kamu berpikir orang di sekitarmu nggak bahagia, tapi orang itu sendiri berpikir ia bahagia, maka berarti ia bahagia. Yang menentukan kebahagiaan kita adalah kita sendiri. Dengan mengubah cara pandang dan cara berpikir, mungkin kamu bisa menjadi orang yang paling bahagia di banding siapapun. Sama seperti aku yang berpikir bahwa aku adalah orang yang paling bahagia di dunia ini karena saat ini sakura, kamu ada di sampingku.” Kata Luhan.
Saat itu aku baru menyadari bahwa aku adalah manusia paling bodoh didunia karena telah menyia – nyiakan kehidupanku yang berharga selama ini. Aku juga yakin, selama ini oppa pasti sangat sedih melihat adiknya menyiksa dirinya sendiri. Andaikan aku bertemu ken lebih cepat, mungkin aku tidak perlu merasakan mati suri.
Tuhan adil. Maha adil. Tuhan telah memberikanku karunia yang tak ternilai. Memberikanku hidup, memberikanku orangtua yang pengertian, memberikanku kakak yang baik, dan memberikanku ken. Melihat ken berada disampingku, rasanya aku ingin hidup 100 tahun lagi.
“ lu, saranghae…” bisikku padanya.
“ Apa?” Tanya ken nggak mengerti.
“ saranghae…”
Luhan memandangku dengan tatapan sendunya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dan kami pun saling bertatapan  penuh makna.
Ken kemudian menciumku dengan bibirnya yang tipis saat matahari terbenam dengan indahnya di  pantai jeju.
* * *

  Hidupku berubah 180 derajat semenjak aku bertemu Luhan. Baru pertama kalinya aku benar – benar mengerti artinya hidup, menghargai sebuah kehidupan dan merasakan cinta sejati. Hampir 2 minggu aku dirawat. Kata dokter besok aku sudah boleh pulang. Hanya sesekali datang kontrol ke rumah sakit dan istirahat yang cukup dapat membuatku pulih kembali pada keadaanku semula. Besok eomma dan appa juga akan datang untuk menjemputku. Aku sangat tidak sabar untuk menceritakan hal ini pada ken. Karena beberapa hari ini Luhan tidak menemuiku di taman seperti biasa. Padahal aku sudah rindu dengan tatapan matanya yang sendu. Aku juga rindu mendengarkan permainan biolanya yang indah. Aku ingin ken besok juga dapat mengantarku pulang.

  Seperti biasanya aku menunggu Luhan di taman. Tetapi hari ini ia juga tak kunjung datang menemuiku. Aku heran ada apa sebenarnya dengan ken sampai – sampai ia tidak menemuiku. Apakah ia marah padaku? Ah, tidak mungkin. Baru beberapa hari yang lalu ken menciumku di pantai jeju. Kalau begitu apa alasan Luhan tidak menemuiku? padahal aku sudah mencarinya di seluruh lorong – lorong rumah sakit ini, tetapi aku tidak juga menemukannya. Sayang sekali aku tidak sempat menanyakan alamat rumahnya atau ruangan tempat temannya dirawat. Sebab setiap kali aku menanyakannya, ia pasti langsung mengalihkan pembicaraan.
Aku menunggu Luhan sampai tertidur di bangku taman. Untung saja suster membangunkanku sebelum larut malam. Aku kemudian kembalike kamarku dengan rasa kecewa.

Hari ini adalah hari kepulanganku ke rumah. Saat ini aku merasa keadaanku sudah seperti biasa. eomma dan appa juga sudah datang. Tetapi mereka sekarang sedang tertidur, mungkin karena lelah telah menempuh perjalanan jauh. Aku kemudian pergi ke taman. Berharap ken datang menemuiku hari ini.
Setelah menunggu 2 jam, ken belum juga menampakkan batang hidungnya. Dengan perasaan hampa dan kecewa aku kembali ke kamar. Eomma dan appa terlihat sudah siap untuk pulang.
“ hyunnie, kemari sayang!” panggil mamah.
Aku mendekati mamah.
“ hyunnie-ah, setelah eomma berunding dengan appa, kami sepakat untuk pindah ke jepang. Begitu juga kamu. Segala persyaratan sudah kami urus kemarin. Kamu juga sudah terdaftar di universitas tokyo. Kamu akan menamatkan kuliahmu disana. Masalah perjanjian – perjanjian kontrak pemotretan sudah eomma batalkan. Jadi hari ini kita tinggal pergi ke jepang.” Kata eomma.
Mendengar keputusan eomma dan appa, aku sangat terkejut. Lalu bagaimana hubunganku dengan luhan? Apakah hanya berakhir seperti ini? Kalau memang iya, aku ingin sekali melihatnya untuk terakhir kali.
“ eomma… tapi…”
“ hyunnie, itu adalah satu – satunya cara supaya kamu tidak selalu menyalahan dirimu atas kematian chanyeol. Please.. hyun. eomma gak mau ngeliat kamu terus – terusan sedih.”
Aku tidak bisa membantah kata – kata eomma. Sudah cukup aku menyakiti hati kedua orang tuaku. Aku pun menyetujui saran eomma untuk pindah ke Jepang.
Setelah berganti pakaian, aku meninggalkan kamar bekas tempatku dirawat menuju pintu keluar. Saat melewati taman, aku berhenti sejenak. Ingin rasanya aku berteriak memanggil luhan, tetapi itu nggak mungkin. eomma kemudian melambaikan tangannya, memberi isyarat padaku agar segera mengikutinya.
“ chakaman eomma, nanti aku menyusul!” Jawabku.
Aku memandangi bangku taman. Sekilas aku melihat luhan melambaikan tangannya kepadaku. Aku kemudian berlari menghampiri bangku itu, bangku yang selalu ku duduki sewaktu menunggu luhan. Tetapi, itu hanya khayalan ku belaka. Dengan perasaan hampa, aku pun berbalik dan hendak menyusul eomma appa.
( hyunnie!!!!) suara seorang laki – laki memanggilku, ya, itu suara ken. Suara orang yang sangat aku cintai.
“ lu?”. Aku berbalik, mencari – cari sumber suara yang memanggilku.
“ hyunniee.. aku disini!” kata ken.
“ luuu!!!!” aku berlari menghampiri ken dan langsung memeluknya. Entah mengapa wajahnya sangat pucat, seperti orang yang kekurangan darah.
“ hyunnie, mianhae. Aku udah membuat kamu khawatir. mianhae..” kata luhan yang lalu mencium keningku.
“ Gwenchana lu. Asal kamu udah ada disini, semua penderitaanku hilang. Lu, muka kamu pucat. Kamu sakit ya?” tanyaku padanya.
“ Ah…ani. Perasaan kamu saja. Hyun,kamu udah mau pulang ya?”
“ Lu, mulai hari ini, aku terpaksa pindah ke jepang. Aku gak mau, aku ingin disini sama kamu. Tapi aku gak bisa.” Kataku sedih.
“ hyunnie, Aku ngerti. Kamu melakukan hal yang benar. Aku akan selalu nunggu kamu disini. Oh iya, ini buat kamu.” Kata ken. Ia kemudian menyerahkan biola yang biasa ia mainkan. Aku menunduk. Aku tidak bisa melihat mata Luhan, aku tidak tega meninggalkannya. Aku sangat menyayangi Luhan.
Luhan lau memegang erat tanganku.
“ Hyunnie, jangan lupain aku ya. saranghaeyo.” Bisik Luhan ditelingaku.
Tidak terasa air mataku mulai meleleh. Luhan kemudian memelukku lagi dan melepaskannya.
“ hyunnie-ah, aku gak bisa antar kamu ke bandara. Maaf ya… hyun. Jangan lupa kirim surat. saranghaeyo, hyunnie! saranghaeyo!!!” kata Luhan yang kemudian berlari meninggalkanku dan menghilang di tengah kerumunan orang yang sedang mengantri di rumah sakit.
(saranghae…hyuniie! Seo joohyun…saranghae!!!)
***

 

ORIGINAL STORY FATHURIZKIGHEA

LU SARANGHAE Ai Shiteru Yo(√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang