Another Cinderella

156 17 7
                                    


Dengan balutan Red Riding Hood, ku masuki halaman sekolah dengan mantap. Malam ini sekolahku mengadakan pesta halloween yang biasa diselenggarakan setahun sekali. Sejujurnya, hati ini enggan untuk menghadiri acara itu. Tapi, aku putuskan untuk menghadirinya dan memberi kejutan kepada semua penghuni sekolah.

Ku edarkan pandangan ke sekelilingku berharap ada seseorang yang kukenal. Namun, rata-rata mereka pada berpakaian aneh dan itu membuatku sulit untuk mengenal mereka.

"Hei kau, Hoody! Bukankah sebaiknya kau menjaga nenekmu agar tidak dimakan serigala? Hahaha!" Ledek sekumpulan geng paling trouble maker di sekolah. Pekerjaan mereka hanya keluar masuk ruang kepala sekolah tanpa merasa bersalah sama sekali. Sudah lebih dari satu kali orang tua mereka dipanggil dan itu sama sekali tidak membuat mereka jera. Perkataan mereka tadi, bukan apa-apa jika dibanding perlakuan yang mereka lakukan dengan murid lain.

Ku langkahi kakiku menuju koridor sekolah. Disini, aku memiliki banyak sekali kenangan yang kulalui bersamanya. Saat pertama kali aku bersekolah disini, aku terlambat. Tapi, aku bersyukur karena saat itu juga pertama kalinya diriku bertemu dengannya. Dia Kim Seok Jin, seseorang dengan penampilan yang bahkan lebih kacau dariku masih sempatnya mengunyah roti sarapannya dan bersikap seolah tidak ada apa-apa.

Dia sikapnya bisa tergolong rajin, santai, dan ramah kepada semua orang. Semua siswa di sekolah ini pasti mengenalnya. Dia juga sangat... Ehem, tampan. Tidak heran, jika siswa perempuan ramai-ramai mengelilingi mejanya saat istirahat.

Kulihat ruang kelasku yang dipenuhi beberapa orang yang sedang bercumbu dengan pasangannya. Mengingat ini malam hari dan ruangan kelasku agak sedikit gelap sehingga mereka bisa leluasa tanpa diganggu apapun. Tapi menurutku, ini adalah ide terburuk dan menjijikan yang pernah aku lihat. Jika aku memiliki pasangan, aku pasti akan memilih tempat yang lebih berkelas seperti berkencan di pinggir pantai, Dll.

Kulihat meja yang biasa didudukinya dulu --sekarang sudah diduduki oleh anak baru-- yang berada di pinggir kelas. Saat dikelas, dia tergolong anak yang pintar dan selalu menjadi juara kelas. Aku terkadang iri dengan kecerdasannya. Seandainya aku memiliki kecerdasan yang setara dengannya, aku tidak perlu bersusah payah untuk begadang setiap malam. Aku benar-benar merindukannya.

Kulewati ruang UKS yang gelap dan terkunci. Disanalah kejadian memalukan terjadi. Saat itu, temanku meminta tolong untuk mengambil bulu tangkis yang tersangkut di ranting pohon. Dia meminta tolong kepadaku, karena aku lebih tinggi darinya --bahkan aku dijuluki jerapah karena aku adalah perempuan tertinggi di kelasku-- sehingga aku hanya mengiyakannya.

Saat aku berusaha memanjat pohon itu, aku terjatuh dan kakiku terkilir. Sontak pandangan semua orang tertuju padaku seolah ada sesuatu yang mengganggunya. Dia yang saat itu sedang latihan, buru-buru menghampiriku dan membantuku berjalan ke UKS. Sesungguhnya, itu tidak sepenuhnya memalukan. Justru, aku melihatnya mengobati lukaku dengan tangan kekarnya. Dia juga menegurku karena aku terlalu ceroboh. Dia sangat perhatian kepadaku saat itu. Aku hanya bisa tersenyum mengingat kejadian itu.

Kulewati juga perpustakaan sekolah yang sudah tertutup rapat, karena tidak mungkin di pesta halloween orang mendatangi perpustakaan. Kecuali, pasangan yang ingin bercumbu ditempat gelap itu tadi.

Mengingat perpustakaan, saat menjelang ulangan sekolah, aku sering mengunjungi perpustakaan dan merangkum buku-buku tebal yang mampu membuat kepalaku berasap. Tapi, untungnya jin selalu menemaniku mempelajari materi yang tidak ku mengerti dan menjelaskannya dengan rinci. Aku pernah berpikir kalau dia adalah robot yang mampu menampung segala hal dengan baik. Dia bahkan sama sekali tidak merasa tertekan saat menjelaskan materi itu padaku.

Saat itu, aku berpikir kalau jin sangat cocok sebagai guru atau dosen. Tapi, dia menggeleng. Dia ingin menjadi suami yang bisa membahagiakan istri dan anak-anaknya. Menurutnya, itu adalah hal yang perlu diutamakan ketimbang pekerjaan. Seketika tawa ku meledak saat dia menuturkan kata itu didepanku. Lalu, penjaga perpustakaan datang dan menyuruhku untuk tidak berisik. Dia hanya menggelengkan kepala dan menyuruhku fokus terhadap materi pelajaran lagi. Ckckck, itu memalukan.

[ONESHOOT] Another CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang