Prolog

1 0 0
                                    

     Aku lahir di keluarga berada. Tidak pintar namun tidak juga bodoh. Tapi aku memiliki banyak sekali teman disekolah.
Dulu, hobiku adalah membuat berbagai macam bentuk dari kertas. Mulai dari tempat makan, bunga, tongkat, dan lain - lain. Suatu hari ibuku membelikan aku sebuah gunting besar berwarna merah yang entah kenapa membuatku sangat senang. Aku membawa gunting itu ke sekolah untuk ditunjukkan pada temanku. Mereka sangat kagum, tapi tanpa disengaja ujungnya yang sangat tajan menusuk lengan temanku.
     Ia menjerit kesakitan dan menangis. Tiba - tiba dia bilang bahwa aku sengaja melukai dirinya.
Sejak saat itu aku dijauhi teman - teman. Mereka masih menyimpan dendam pada diriku. Tapi ada sebuah kata - kata yang membuatku tertarik.
"Lihat saja, kau pasti akan merasakannya juga, pembunuh!"
Merasakan? Pembunuh? Terserah saja kalian mau menyebut aku apa.
Who cares?
Lagipula aku tidak perlu merasakannya. Hanya buang waktu saja.
     Tetapi lama kelamaan aku jadi malah sering sengaja melukai orang - orang tak bersalah di luar sana. Biar saja mereka menjadi kelinciku. Siapa peduli?
Sebulan kemudian, kondisiku makin parah. Aku jadi sering mengkorek korek tubuh orang yang terlalu indah. Tubuhnya terlalu indah untuk dibiarkan begitu saja. Aku juga sering menghabiskan suatu cairan kental merah yang terasa manis.
Manis?
Iya, memang manis. Sangat manis. Makanya sejak saat itu aku sangat menyukai warna merah.
Kenapa?
Karena merah adalah warna yang melambangkan kemanisan.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Apr 13, 2016 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

PsychopathDonde viven las historias. Descúbrelo ahora