A story for you!

738 63 19
                                    


Aku menatap heran pada pemandangan di depanku. Disana adikku sedang tengkurap dan memainkan game online di server publik dengan laptopnya. Aku menggelengkan kepala, sedikit menyesal telah membelikan laptop padanya setahun yang lalu.


Aku berdehem. Namun bocah itu tetap tak bergeming. Dan di detik berikutnya suara jam rumah berdentang tujuh kali.


"Baiklah! Aku harus berbicara denganmu sekarang!"


Ia menghentikan tatapannya pada layar laptop dan beralih menatapku. Mata jernihnya benar-benar membuatku tersenyum. Di usianya kali ini, dia harus tumbuh menjadi anak dengan mainan yang tak seharusnya dengan anak sebayanya. Aku merasa menjadi kakak yang buruk.


"Mulai mendongeng lagi? Aku butuh cerita yang benar-benar menarik dan menyeramkan!"


"Jadi selama ini cerita-ceritaku tak menarik dan menyeramkan?"


Aku melipat tanganku di depan dada. Adikku telah keluar dari dunia permainan dan duduk di tengah ranjang sedangnya.


"Itu sangat menarik ketika usiaku masih enam tahun. Tapi ayolah, usiaku bahkan segera menginjak sebelas tahun!"


Aku tersenyum lembut padanya. Sebagai seorang kakak yang merangkap sebagai orang tua, aku harus mengupayakan segala cara agar adik kecilku ini tetap selalu waspada. Salah satunya memberikan cerita-cerita seram dengan menyisipkan moral dan mengajarkan betapa pentingnya untuk selalu waspada.


"Aku tak mau mendengar cerita-cerita konyol lagi. Ceritakan padaku cerita yang paling menyeramkan!" Ia melipat tangannya di dada. Menantangku.


"Baiklah. Akan kucoba. Turunlah, sebentar lagi makan malam."


"Lalu ceritanya?" Aku tersenyum, terlihat sekali ia penasaran dengan ceritaku.


"Nanti setelah kau turun." Ucapku santai. Kulihat dari ekor mataku, ia bergegas turun dari ranjangnya dan mengikutiku untuk turun menuju ruang makan.


Sesampainya di ruang makan ia duduk dengan teratur dan melipat tangannya di meja. Aku turut melakukan hal yang sama dan menatapnya penuh minat. Aku menghela napas sebelum memulai ceritaku.


"Pada suatu masa, ada seorang bocah bernama Jack..."


Terlihat ekspresi adikku tak terkesan dengan pembuka cerita. Dia mendesah panjang dan menyiapkan diri untuk mendengar satu lagi cerita konyol dariku. Aku melanjutkan cerita kemudian...


"Jack suka online dan kerap mengunjungi website untuk anak-anak. Tak lama kemudian, ia mulai berbincang dengan anak-anak lain di game online serta di kolom pesan dan obrolan. Dia berteman dengan anak berumur sepuluh tahun lainnya bernama SeekerAN. Nampaknya mereka punya kesamaan untuk menyukai game dan hal-hal lainnya. Mereka tertawa atas lelucon yang saling mereka lontarkan. Kemudian, mereka menjajal game baru bersama-sama."


Aku menarik napas sebelum melanjutkan cerita.


"Setelah berteman selama beberapa bulan, Jack memberi SeekerAN enam buah berlian di game yang mereka mainkan. Ini merupakan hadiah yang sungguh murah hati. Ulang tahun Jack akan segera datang, dan sebagai balasannya, SeekerAN ingin memberikan hadiah yang keren di kehidupan nyata. Jack berpikir bahwa bukan masalah besar untuk memberikan alamat rumahnya pada SeekerAN, asalkan SeekerAN berjanji tidak memberitahukannya pada orang asing atau orang dewasa. SeekerAN berjanji tidak akan mengatakannya pada siapapun, bahkan kepada orang tuanya sekalipun. SeekerAN berkata akan mengirimkan hadiahnya lewat paket."

A Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang