Sebuah pantai yang tenang, sunyi dari keramaian, bersih tanpa sampah, sejuk dengan hempasan ombak yang besar yang sedikit mengerikan hingga tak ada yang memberanikan diri untuk berenang. Pantai yeng bersampingan dekat dengan sebuah tempat penelitian dan pembudidayaan penyu, Ujung Genteng memiliki pesona keindahan yang patut dikunjungi. Perjalanan yang cukup jauh di wilayah Sukabumi Jawa Barat, masih dalam deretan pantai selatannya Indonesia. Karena masih segaris dengan pantai Pelabuhan Ratu yang juga pantai selatan. Area yang cukup jauh dari kota sukabumi, lebih dekat dengan Jampang, di mana komoditi kelapa dan singkong yang terkenal dari tempat ini. Jauhnya perjalanan tidak jadi masalah untuk sebuah keindahan, buta jalan tidak jadi alasan untuk kami jalan-jalan. Pesona pantai selatan yang konon selalu indah untuk di kunjungi menjadi alasan yang kuat untuk saya dan tujuh orang teman saya untuk plesir kesana. Ditambah dengan iming-iming sunset yang indah yang juga ada di sana.
Satu lagi tujuan kami yaitu sebuah air terjun atau curug, yang merupakan salah satu air terjun yang masih satu jalaur di jalur Ujung Genteng. Curug yang terbentuk dari tiga titik air terjun yang berdampingan dalam satu lokasi di mana di bagian bawah air terjun ini terdapat kolam dengan warna air hijau kebiru-biruan. Kedua titik air terjun dapat terlihat dengan jelas dan aliran air di kolam ini berlanjut ke Muara Tegal Buleud, Kab. Sukabumi. Kolam jatuhnya air tersebut dapat digunakan untuk berenang, namun adanya pengawasan penjaga, dikarenakan kedalaman kolam ini mencapai 15 m. Itulah Curug Cikaso, sebuh curug nan indah di kecamatan Cibitung, Sukabumi Jawa Barat.
Hari itu kami mendapatkan jadwal libur yang sama, kami berniat liburan dengan kocek seadanya. Berangkat mulai pukul 5:30 dari Pondok Gede Bekasi tempat di mana kami semua tinggal, di satu rumah yang kami jadikan tempat berkumpul sebelum berangkat kami memulai perjalanan trip seadanya main air di curug Cikaso dan berburu sunset di pantai Ujung Genteng, Sukabumi Jawa Barat. Dengan bermodalkan aplikasi google maps dan profesional pengemudi kami berangkat. Dengan mobil suzuki apv yang cukup lega kami tumpangi, kami menyewanya dari rental dengan harga Rp.250.000 perhari tanpa bensin. Perjalanan pun dimulai....
Bertepatan dengan liburan yang pajang sejak hari jumat, kami memutuskan untuk berangkat di sabtu pagi. Perjalanan cukup lancar sampai masuk tol, hingga tiba di beberapa wilayah tol kami sedikit tersendat. Memasuki wilayah Cibadak macet kecil pun kami rasakan kembali, hingga sampai pada pertigaan antara kanan ke Situ Gunung dan kiri ke Ujung Genteng. Kami ambil kiri ke arah ujung genteng. Navigasi di peta pada aplikasi google maps menunjukan bahwa di depan ada belokan ke arah kanan untuk sampai ke curug Cikaso, kami pun manut mengikutinya. Kami melihat di depan ada sebuah warung kecil pinggir jalan. Kami memutuskan untuk melepir sekedar bertanya, beristirahat sejenak sambil kita makan siang dengan menu bawaan bekal dari rumah. Sambil makan siang dengan menyambi minum yang kita beli dari warung tersebut. Tiba-tiba ada bapak-bapak datang membeli sesuatu juga di warung yang sama. "Pak kalau mau ke curug Cikaso bener lewat sini?" tanya teman saya Budi sang pengemudi profesional. Si bapak menjawab "bisa si lewat sini, tapi jalanannya gak bagus terus di depan juga ada perbaikan jembatan yang rusak, mending kalian puter balik ke jalan utama ikuti jalan sampai lampu merah ada gang ke dua". "Oh.. jadi gang yang satunya ya pak" si budi melanjutkan.
Informasi terkini kita dapatkan, setelah dirasa cukup kami pun melanjutkan perjalanan. Jalanan yang kami lewati cukup membuat jiwa raga segar, pasalnya di sekeliling jalan kami melihat langsung dengan mata telanjang pohon besar nan rindang, jarang sekali kami temukan dekat dengan tempat tinggal kami. Begitu sangat segar udaranya, jalanan yang berkelok-kelok has sekali ala-ala jalan di pengunungan, cukup lancar dan sepi kendaraan.Setelah cukup jauh perjalanam tepat pukul 16:00 kami sampai, tidak ada tanda istimewa di tempt ini, hanya ada pamplet kecil bertuliskan curug Cikaso yang terlihat samar seperti tidak terurus. Kami memarkirkan mobil dan bergegas dengan rasa tidak sabar sekali ingin ke TKP. Kita kesorean, ternyata hanya sampai jam 17:00 saja, alhasil kami segera buru-buru. Masih cukup ramai saat itu banyak anak motor, sepertinya mereka ke sini konfoi dengan motor bersama-sama. Ada dua alternatif, jalan kaki atau naik perahu dengan kocek Rp.80.000 satu perahu. Karena kita semua sudah cukup lelah kami pun memilih naik perahu, ternyata setelah kita naik perahu tersbut, kita hanya sekedar sedikit memutar sungai saja yang tidak sampai 10 menit. Sedikit menyesal "kenapa kita tidak memilih jalan kaki saja, sayang sekali uang Rp.80.000 tersebut" kami berdelapan bergumam. Wajar saja, karena kita semua tidak tahu ternyata sedekat ini. Apapun yang terjadi air terjun sudah di depan mata. Kami segara berlarian bahagia melihat keindahannya. Subhanallah sepertinya rasa lelah dalam perjalanan berguguran. Kami semua menikmati keindahannya, berfoto-foto dan melakukan apapun sampai akhirnya sejam berlalu kami melanjutkan perjalanan.
Sang mentari mulai pergi meninggalkan kami, hanya sunset kecil terlihat di kejauhan sepanjang perjalanan setelah dari curug cokaso. Dan ternyata kita memang benar-benar kesorean, kita sperti mengejar sunset dan ia pun bak berlari jauh meninggalkan kita. Hari begitu cepat gelap padahal baru saja kami sampai di pintu gerbang tepian pantai yang cukup ramai. Kami melepir menyaksikan sisa-sisa senja, ini bukan pantai tujuan kita bukan seperti ini keadaannya dan kami tak tau apa namanya, di sini ramai banyak orang, ada pasar malam pula. Kami memutuskan bermalam di sini, tapa penginapan karen kocek yang seadanya kita merebahkan badan bergantian di dalam mobil. Azan subuh membangunkan kami, kami subuhan begantian kemudian merapikan barang-barang dan bergegas melanjutkan perjalananan. Sampai pukul 6:30 kami tiba di sebuah wilayah penangkaran dan penelitian penyu, ada tulisan jelas di pintu gerbang dengan penampakan sebubah gedung yang cukup luas. Ada bebrapa petugas yang berjaga di dekat gerbang, kami pun bertanya "pak di sana di dalam itu yg ada tukiknya ya?" tanya saya kepada petugas. "Iya benar" jawab si bapak petugas." Jam berapa ya kalo mau ikut melepas tukik ke pantai atau lihat tukik bertelur?" lanjut saya bertanya kepada si bapak. "Kalau mau ikut melepas tukik jam 18:00, dan kalau mau lihat penyu bertelur pukul 00:00" jawab si bapak kembali. Wah, ternyata dua momen tersebut kita tidak bisa dapatkan, apa boleh buat kami ke pantainya saja. Dari pintu gerbang kami menuju pantai, melewati samping jalur bebas di luar wilayah penangkaran dan penelitian penyu tersebut. Kami melaui jalan berbatu kurang lebh 1 km perjalanan dan akhirnya kami sampai. Bau pantai sudah tercium, gemuruh hempasan ombak sudah terdengar namun pantai masih belum terlihat. Yang ada hanya Pohon-pohon pantai yang cukup rindang, kami jalan kaki 15 menit dengan menysuri jalan setapak yang di kelilingi pepohonan yang bertanahkan campuran pasir putih.Dan akhirnya waw.... pantai Ujung Genteng nan indah sudah di depan mata, hamparan pasir putih yang cukup luas dangan hanya ada beberapa orang saja, bersih tanpa pedagang, kesunyiannya sangat terasa, sepi karena tidak banyak yang berkunjung ke sini. Kami semua tak ingin lupa mengabadikan, sambil sedikit merasakan ujung ombak yang sedikit menghampiri. Subhanallah.. inilah titik terakhir perjalanan kita, ini keren dan kalian harus ke sini.
kalau suka mampir ke http://goo.gl/NSHkiW cerita ini juga di publish disana minta jempolnya yaaa... samapai berjumpa dicerita abangudin selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trip seadanya main air di curug Cikaso dan berburu sunset Di Ujung Genteng
AdventureSebuah pantai yang tenang, sunyi dari keramaian, bersih tanpa sampah, sejuk dengan hempasan ombak yang besar yang sedikit mengerikan hingga tak ada yang memberanikan diri untuk berenang. Pantai yeng bersampingan dekat dengan sebuah tempat penelitian...