Hurts

3.8K 225 105
                                    

Menyayangi seseorang secara diam - diam itu sangat menyakitkan untuk aku.

Apalagi orang yang aku sayangi secara diam - diam itu sama sekali tak dekat denganku , yang artinya aku hanya bisa mengaguminya hingga selalu memperhatikannya dari kejauhan.

Bermimpi untuk bisa dekat dengannya dalam artian yang lebih dari kata teman aku tak mampu . Bahkan jika aku harus jadi sekedar temannya , aku sudah cukup senang karena aku masih bisa berbicara dengannya.

Tapi sayangnya itu hanya sekedar imajinasiku. Seperti yang aku katakan tadi, aku hanya bisa mengagumi atau bahkan menyayanginya dari kejauhan.

Lexa Falerta Putri, aku biasa dipanggil dengan sebutan Lexa. Aku hanyalah gadis biasa yang memendam perasaan dengan seseorang yang aku sukai sejak dulu, Devo .

Devo Jonathan Kelvin atau sering dipanggil dengan sebutan Devo . Dia adalah seseorang yang aku kagumi sejak dulu, namun aku tak pernah berani untuk mencoba dekat dengannya meskipun itu sekedar teman.

Dari mata jatuh ke hati, yaa itulah yang kurasakan dari dulu hingga saat ini. Entah mengapa setiap kali aku melihat Devo aku jadi ingin teriak teriak sendiri dan jantungku seakan ingin lompat dari tempatnya. Tapi aku sadar, aku bukan siapa siapa untuk Devo. Dan aku tak pantas untuknya, menurutku dia terlalu sempurna. Dia pintar, baik, murah senyum terhadap temannya, dan yang pasti dia itu sangat tampan menurutku, dan yang lainnya. Kenapa aku bisa tau ? Karna aku sering melihatnya dari kejauhan secara diam diam, mencari segala info terbarunya tentang dia melalui socmed yang dia punya. Seperti yang saat ini aku lakukan.

" Devo kayaknya sayang banget sama Ghiselle " gumamku lirih ketika melihat Devo baru saja menambahkan foto terbarunya dengan Ghiselle disalah satu akunnya--disana ia terlihat sedang tertawa seraya melihat muka Ghiselle yang seolah olah sedang cemberut.

Setelah melihat hal itu, aku pun langsung menaruh handphoneku keatas nakas dan berjalan ke arah kaca.

Aku berdiri di depan kaca seraya melihat tepat kearah bola mataku sendiri, dan mengucapkan beberapa kata yang sering kukatakan ketika aku sedang sedih karena perasaanku yang membuatku secara tidak langsung terkadang tersiksa karena aku tak pernah bisa menghapusnya dari benakku.

" Devo itu udah bahagia dengan yang laen. Dia itu sayang sama Ghiselle, bukan sama kamu Lexa. Kamu itu bukan siapa siapanya Devo, temen aja bukan. Devonya aja nggak kenal kamu " ucapku kepada diriku sendiri disertai penekanan disetiap katanya.

Aku melakukan itu, hanya untuk menyadarkan diriku setiap saat bahwa Devo itu bukan siapa siapanya aku. Dan aku hanyalah debu bagi Devo. Tak pernah terlihat, tak pernah tau bahwa aku ada. Tapi, selalu ada disekitarnya meskipun dari jarak yang cukup jauh.

Semakin aku berusaha untuk melupakan perasaanku ini untuk Devo, maka hatiku akan semakin tersiksa karna hal itu.

Di sisi lain, aku sangat menyukai Devo. Terkadang bahkan aku merasa iri dengan orang orang yang bisa berbicara dengannya apalagi bisa menjalin hubungan dengan Devo

Tapi, aku sering berfikir. Bahwa aku tidak mau terus terusan tenggelam dari perasaan ini. Aku tidak tau perasaan ini disebut dengan sekedar rasa kagum semata, atau mungkin rasa suka yang teramat sangat.

Terlalu lama sibuk dengan fikiranku sendiri sedari tadi membuatku merasa lapar karena aku ternyata lupa makan malam sedari tadi karna memikirkan Devo 'ehh

Aku pun menelusuri anak tangga satu persatu menuju ruang makan yang terdapat di lantai bawah

" Ngapain aja sih di kamar mulu, dek ? Kamu belom makan kan ? Mau kakak buatin nasi goreng atau kita makan diluar aja ? " serbu kakakku dengan sederet pertanyaan ketika aku melewati ruang keluarga yang terletak disebelah dapur.

Hurts (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang