Irony (1)

1.7K 88 7
                                    


Ketukan alas salfator ferragmo dengan lantai itu terdengar berderap tak terkendali, mengindikasikan bahwa pemilik kaki indah itu tak punya banyak waktu untuk menggubris atau berterimkasih atas sanjungan dan tatapan mendamba para penghuni Airport lusuh itu. Persetan dengan adab 'merendah sebagai basa basi ketika ada seseorang yang mengagumi kita'. Maaf... itu semua tak berlaku dalam hidup Park Shin Hye. Prestise darah biru dan kekayaan kedua orang tuanya lebih dari cukup untuk membeli peraturan-peraturan primitive semacam itu.
Airport berskala internasional seperti Incheon di katai lusuh? Setidaknya memang itu yang terdeskripsi di dalam fikiran Shin Hye. Bukan karena kebersihan atau standart pelayanan yang tak memuaskan. Tapi ratusan pewarta dari berbagai koran sampah Korea yang dengan tidak tahu malunya terus menguntitnya sepanjang hari; tepatnya setelah Tuan Park Jungsoo mengumumkan bahwa putri dan menantunya akan kembali dari Denmark dua hari lagi; para pengais aib orang lain itu terus berserakan di antara ratusan pengunjung airport. Setia menunggu seorang Park Shin Hye semata-mata untuk menggelontori gadis itu dengan ratusan pertanyaan miskin mutu.
Meski tak bergelut dalam hingar bingar dunia show biz yang membutakan mata seluruh penjuru negeri, Shin Hye tetaplah primadona di kalangan sosialita. Hidup sebagai putri mahkota kerajaan bisnis terbesar di Asia dan Eropa membuat keningratan gadis itu tak perlu di ragukan lagi. Rupa yang sangat menawan, kekayaan, suami tampan dan kaya raya. Bahkan seekor kecoa pun merasa iri hati atas kemuliaan hidup Nona manis itu. Namun ironisnya, kekayaan tak ubahnya kutukan bagi Shin Hye. Telahir dari keluarga yang senantiasa terhujani setumpuk materi, tak menjamin kebahagiaan gadis itu. Dia tertidas oleh fakta yang setiap detik selalu menamparnya. Kedigdayaan dan senyum bangsawan yang selalu tersulam alami di bibirnya hanya lelucon, dia benci dunia yang selalu mempermainkannya.

Diam-diam Shin Hye mengutuk dirinya yang lemah di hadapan Park Jungsoo; ayah tirinya. Ia benci saat menyadari jika tatapan dan senyum lelaki paruh baya itu tak pernah gagal merobek benteng pertahanannya. Shin Hye memang minim kasih sayang sejak dia lahir, ini jelas faktor terbesar mengapa ia tak berdaya menolak semua permintaan Jungsoo.
Termasuk permintaan lelaki itu agar ia menikah dengan putra mahkota Cho Grup -lelaki idaman yang berusia dua tahun lebih tua darinya; demi memperkuat kedigdayaan dua perusahaan besar milik keluarga mereka. Tanpa di bubuhi rasa cinta, saling memahami, saling membuthkan dan melalui penjajakan singkat, pernikahan dini itu berhasil di gelar dengan gemilang. Dua bulan lalu, perhelatan akbar itu terselenggara dan sempat menjadi trending topic di Asia. Kini sejoli berperagai dingin itu telah usai menunaikan segerbong tugas berbulan madu yang telah di siapkan oleh kedua orang tua mereka.
Berjam-jam menunggu dengan harap-harap cemas sambil mengelap lensa kamera agar mendapat gambar kualitas prima, akhirnya para wartawan itu dapat bernafas lega. Sang 'puteri' akhirnya menapakan dirinya. Gadis berparas lugu yang mereka nanti-nantikan akhirnya keluar dengan segenap pesona dan senyuman menawan yang terukir dari bibir mungilnya. Wajah imut dan perawakannya yang mungil menyamarkan usianya yang sesungguhnya menginjak 20tahun. Shin Hye itu membutakan, komentar salah satu pewarta menatap gadis yang tengah tersenyum anggun. Shin Hye sangat memukau, semua setuju akan hal itu dan orang butapun pasti berpikir demikian karena auranya yang memikat terpancar tanpa perlu dijamah mata. Seperti saat ini, meski hanya mengenakan rok mini navy blue dengan pelengkap blazer abu-abu, Shin Hye tetap terlihat luar biasa.

Blitz puluhan kamera DSLR yang sejak dua menit lalu menyerbu kearah Shin Hye tanpa henti, lambat laun melandai dan tergantikan oleh tatapan kritis ratusan pewarta sampah itu. Hanya orang sinting yang menjuduli perjalanan menjelajah ke banyak tempat seorang diri sebagai 'honeymoon'. Lalu dimana tuan muda Cho?
"Nona Park, bisa anda ceritakan kemana saja anda dan suami anda berlibur. Dan.. dimana Tuan muda Cho saat ini?"
"Benar Nona, apa terjadi sesuatu dan kalian memutuskan bercerai.. ah maaf maksud kami berpisah. Bukankah seharusnya kalian kembali bersama setelah berbulan madu."
"Akhir-akhir ini Daesang Grup kembali membuka cabang di New York dan menuai kesuksesan fantastis. Benarkah itu semua dampak dari pernikahan bisnis anda dan Tuan muda Cho."
Membalas keramahan palsu para pengais aib orang lain itu Shin Hye mengembangkan senyum terlatihnya yang manis dan menunjukkan harga diri.

Daripada banyak bicara dan berujung pada scandal anyar penikahannya, Shin Hye memilih bungkam seribu bahasa.
"Kalian menikah karena perjodohan dan menurut beberapa narasumber kami, kalian sering menghabiskan waktu terpisah dan berkencan buta bersama kekasih gelap kalian masing-masing. Benarkah itu?"
Sialan! Kenapa Tuhan tidak merebut tenggorokan mereka saja. Kecuali Shin Hye, Kyuhyun dan teman-teman sejawat mereka, tak ada yang tahu jika hubungan Kyuhyun dan Shin Hye tak seharmonis yang tampak di permukaan. Tak pernah ada pertengkaran dan perdebatan, hanya sikap dingin yang melata di sekitar mereka. Keduanya saling menghargai dan mengormati privasi masing-masing; termasuk kebiasaan liar yang hingga saat ini tak sanggup mereka kendalikan. Sikap mesra dan penuh kasih selama ini hanya sebuah perwujudan keharmonisan palsu di hadapan khalayak luas.
"Maaf berikan jalan pada Nona muda!" perintah dua orang pria berkacamata hitam dengan nada tak bersahabat.
"Nona, tolong berikan konfirmasi jika memang kabar burung itu tidak benar."
"Apa kepulangan kalian yang terpisah ada hubungannya dengan desas-desus pernikahan kalian yang palsu dan berlatar bisnis."
Kurang ajar. Shin Hye menghentikan tungkainya dan memilih berbalik untuk memberi pelajaran pada pewarta tidak tahu diri itu. Melakukan kekerasan kepada para pengais aib orang lain itu artinya kau cari mati Shin Hye. Mungkin serangan secara moril terasa lebih bermartabat untuk gadis bangsawan sepertinya. Mulut Shin Hye yang bersepuh lipbalm nude merajut senyum simpul. "Itu sama sekali tidak benar. Hubungan saya dan suami saya baik-baik saja. Meski kami menikah karena perjodohan, sampai detik ini kami masih saling mencintai. Bukankah cinta akan tumbuh seiring bergulirnya waktu." Cinta? Omong kosong. Shin Hye tahu betul suami sialannya tak sedikitpun memiliki rasa simpati padanya.

"Kalau begitu, bisakah anda jelaskan kemana suami anda saat ini."
Sialan benar Cho bodoh itu. Kenapa dia meninggalkanku dan membuatku menghadapi puluhan idiot yang terus mencecarku ini. "Ah, itu.. suami saya sedang..."
"Saya harus menyelesaikan beberapa urusan dengan anak buah ayah saya. Karena itu saya meminta istri saya menunggu di mobil dan berjalan terlebih dulu." Suara baritone itu terbang di sekeliling Shin Hye, menyelinap masuk dan menggedor gendang telinganya, hingga ia menyadari wajah tampan itu sudah menyesapi pipi pucatnya berulang kali.

Shin Hye menyerapah dalam hati atas kemampuan akting Kyuhyun yang sangat memukau.
Lelaki itu menarik pinggul Shin Hye sampai jarak diantara mereka benar-benar terbunuh. "Hubungan kami baik-baik saja, dan honeymoon kami berjalan lancar. Kami mohon maaf, tidak bisa melakukan wawancara lebih lama hari ini." Kyuhyun mencium dan menyesap rahang Shin Hye beberapa kali sebelum menarik gadis itu hengkang dari sekumpulan kecoa berkamera yang terus memburu mereka.
500 meter bertempur menghadapi sejoli yang hambar dan dingin layaknya zombie, rela atau tidak wartawan-wartawan media murahan itu harus mengakhiri usaha mereka. Mengikuti alphard hitam yang memuat dua pemuda berpengaruh itu hanyalah kesiasiaan belaka, tak akan mebuahkan hasil apapun. Wilayah elite Mom Residence, sepenuhnya adalah area pribadi pengantin baru itu dan mereka sadar, mereka tak punya hak untuk mengusik pasangan muda itu.
"Tuan muda Cho, Nona Park! Tolong berikan sedkit komentar mengenai pernikahan palsu itu." Sedikit saja pasangan sombong. Umpat salah seorang wartawan.
.
.
.
Alphard hitam itu segara menghambur dan bergabung di antara ratusan kendaraan berdoa yang tengah mengembara di atas jalanan Seoul. Di dalam kendaraan ternaung itu, keheningan terus menggantung dan enggan turun untuk menyemarakan suasana. Kedua manusia itu bungkam dan sibuk berkutat dengan presepsinya masing-masing. Kebiasaan tak berbudaya yang terus mereka lestarikan. Sejak pertemuan pertama mereka, intensitas percakapan antara Kyuhyun dan Shin Hye memang terhitung jari. Mengusung gelar Nyonya dan Tuan Cho tak menjamin kebahagiaan sudi bertamu ke hati mereka atau meminta dengan hormat agar perasaan tak menyenangkan itu hengkang dari kehidupan keduanya. Tidak sama sekali. Kyuhyun dan Shin Hye jelas tersiksa dengan segenap prahara sialan ini. Tapi Tuhan mengasihi Kyuhyun. Setidaknya, melalui benang rumit yang mempertemukan dirinya dengan Shin Hye terdapat satu garis merah yang membawanya pada takdir baru. Park Hyomi, kakak tiri Shin Hye. Malaikat bersayap yang selalu ia puja.
Sejak usianya remaja Kyuhyun begitu mengagumi malaikat cantik itu. Namun sayang, Kyuhyun harus menumpas habis perasaanya saat Ayahnya dengan sekonyong-konyong mengutarakan bahwa dari saat itu hingga seterusnya Cho Kyuhyun hanya akan menikahi Park Shin Hye; gadis yang saat itu tidak ia kenal sama sekali. Wajah Kyuhyun memucat seperti orang yang hendak dihukum gantung. Beberapa patung Yunani yang berdiri gagah di belakang Tuan Cho seolah mentertawakannya. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Kyuhyun begitu mengutuk kewibawaan Tuan Cho. Karena perjodohan sialan itu ia harus rela membumi hanguskan cintanya pada Hyomi. Sangaat tidak adil. Namun ada penghargaan untuk pengorbanan Kyuhyun. Melalui pernikahannya dengan Shin Hye, Kyuhyun berhasil menyeret Hyomi mendekat ke arahnya. Yang tidak Kyuhyun ketahui adalah, ada sebentuk hati tulus yang terabaikan karena cinta butanya. Diam-diam Shin Hye mencintai Kyuhyun, dan biarlah rahasia ini tersimpan rapat di dasar hati gadis malang itu.
Kyuhyun dan Shin Hye menyumpahi nasib sial mereka karena tergelincir dalam prahara pernikahan tanpa keikhlasan. Terutama Shin Hye, masa remaja mereka terampas demi mempertahankan status social keluarga. Boneka hiasan di atas dasbor yang terus bergoyang-goyang seolah menghina mereka berdua dengan cibiran menyakitkan.
"Aku tidak bisa datang ke acara perkumpulan itu. Kau saja yang kesana, aku sudah memberitahu Pak Lee alasan palsuku apa. Hari ini aku ingin ke club dan bertemu Hyomi." Suara rendah itu sukses menumpas akar-akar keheningan yang sebelumnya terus melata di sekeliling mereka.
Untuk beberapa alasan Kyuhyun memilih menyebutkan nama Hyomi secara gamblang. Meski tak bisa menilik isi hati Shin Hye yang sebenarnya, setahu Kyuhyun istri palsunya tak pernah mempermasalahkan perselingkuhannya dengan Hyomi.
Sekumpulan molekul karbondioksida mengepul dari saluran pernapasan Shin-Hye. Hyomi? Gadis itu lagi. Shin Hye tidak ingin munafik dan mengabaikan kenyataan bahwa ada sehelai fakta bodoh yang melintang di kepalanya. Dia tidak rela ketika bibir tebal suaminya menyebutkan nama itu. Shin Hye tidak membenci Hyomi, ia cukup tahu diri untuk tidak mengharapkan lebih jauh dari drama bodoh ini. Shin Hye tahu Kyuhyun dan Hyomi saling mencintai, dan ia yakin tak akan lama lagi cinta keduanya akan di bersatu melalui restu Tuhan yang suci. Shin Hye lemah dengan segenap fakta menyakitkan itu, namun ia selalu berhasil merekatkan belasan lapis es di wajahnya. Hingga semua kerapuhan itu tersamarkan oleh sikap dinginnya.
Shin Hye telah berkali-kali menghadapi situasi keparat seperti ini. Potongan-potongan memori tentang kebersamaan Kyuhyun dan Hyomi dalam kamar club kembali mengitari bank ingatanya. Di tengah kerapuhan hatinya Shin Hye memjamkan mata. Dia mengharap sedikit belas kasih Tuhan dengan menjauhkan beberapa asumsi buruk yang sempat bertamu ke kepalanya.

Dan hari ini, sekali lagi Shin Hye harus melenggang di antara sekumpulan sosialita seorang diri. Tanpa suaminya. Gadis itu sangat membenci pesta semacam ini, terlebih pesta perkumpulan mewah yang di ajukan dengan semangat menggebu oleh Ibundanya. Meski tak seformal pesta ulang tahun perusahaan, tapi jelas tertebak jika hajatan kecil itu akan sangat membosankan. Dan dia tak memiliki alasan untuk menolak. Mendebat ucapan Kyuhyun hanya pemborosan tenaga, sia-sia.
"Terserah padamu."
Dan percakapan yang terbangun dengan keragu-raguan itupun terpotong oleh keheningan yang permanen.
.
.
.
.
Sepertu deru angin. Perasaan Shin Hye berkoar-koar menggila setelah hajatan kecil itu. Di pesta terkutuk tadi, gadis mahalicik- Kang Yoora- memberikan penyegaran ingatan dengan cara yang tak menyenangkan. Kekurang ajaran lidah Yoora memang memukau. 'Kyuhyun terlalu sempurna untuk seorang Park Shin Hye. Dan aku tahu siapa gadis yang di puja suamimu selama ini, kau hanya pecundang menyedihkan yang terjebak di antara jalinan cinta mereka.'. Kata-kata itu terus berputar di sekeliling kepala Shin Hye, menyengat pusat otak Shin Hye dan racunnya dengan cepat meresap kedalam fikirannyanya. Mengimbuhkan segenap kejengkelan yang tak sanggup lagi tertoleransi. Brengsek! Dengan mulut biadapnya, Yoora memojokkan Shin Hye seolah dia adalah sosok iblis yang merayu Kyuhyun, yang setia untuk berpaling dari surga menuju neraka yang di tawarkannya. Shin Hye mengambil tissue dan lalu menyeka air matanya dengan kasar. Sebuah situasi tak menyenangkan yang menguapkan perasaan dramatisnya sebagai wanita biasa.

Yoora adalah penentang keningratan Shin Hye. Gadis itu selalu merasa iri dan tak pernah mensyukuri kenikmatan yang telah di anugerahkan Tuhan padanya. Rasa iri terlajur memonopoli diri Yoora, hingga ia rela melakukan segala jenis kejahatan untuk menikung dan menjerumuskan Shin Hye ke dalam jurang kehancuran; termasuk membayar beberapa tukang pukul untuk menjebak dan mencoba memperkosa Shin Hye. Beruntungnya.. Tuhan begitu mengasihi gadis itu. Shin Hye selalu terbebas dari berbagai kejahatan terencana yang di dalangi Yoora, hingga sampai detik inipun Shin Hye sanggup menjaga mahkota mahalnya sebagai kaum wanita. Ralat, ia telah mempersembahkan hal berharga itu untuk suami keparatnya. Yang menarik dari pernikahan palsu Kyuhyun dan Shin Hye adalah cara mereka menjalani segerbong kewajiban sebagai sepasang suami istri. Meski jarang berkomunikasi namun kebutuhan biologis keduanya sebagai suami istri selalu terpenuhi. Di tengah hingar bingar kehidupan Korea saat ini, berhubungan seperti itu bukanlah sebuah masalah bagi keduanya. Dan catatan terpentingnya adalah, selama ini Shin Hye hanya mempersembahkan kegadisnya kepada Kyuhyun seorang, tak ada pria lain sebelum dan setelahnya.

Rumah tanggaku memang tak berlandas ketulusan dan cinta. Ini hanya lelucon dan aku baik-baik saja dengan ini. Aku tak membutuhkan cinta, kasih sayang dan omong kosong lainnya. Lupakan! Park Shin Hye selalu baik-baik saja dan akan terus seperti itu. Dan Hyomi. Masa bodo dengan gadis itu, aku tidak peduli sekalipun suami keparatku akan bercumbu dengannya di hadapanku.
Shin Hye ingin memuntahkan isi hatinya, tapi kehidupannya terlalu menyedihkan. Tak ada seseorang yang menjalin pertemanan tulus dengannya, yang mau menjadi pendengar saat ia ingin berkisah. Semua hanya berlandas harta dan jabatan. Kalaupun ada, satu-satunya orang yang menjalin pertemanan tulus dengannya diam-diam menyimpan rasa cinta untuknya, dan Shin Hye tak ingin melukai perasaan lelaki itu karena perasaan bodohnya terhadap Kyuhyun.
Benda yang dia tumpangi menunjukkan tanda-tanda tak biasa. Terjadi sebuah guncangan. Shin Hye menginjak pedal tiba-tiba, membuat tubunya tersentak kebelakang dan kedepan. Damn, apalagi sekarang!
Mobil Shin Hye mogok dan celakanya mobil sialan itu memilih tempat yang salah untuk beristirahat. Shin Hye memandangi kegelapan yang mengakar di sekitarnya. Sialan tempat antah berantah macam apa ini!
"Oh hebat sekali Shin Hye! Perempuan idiot yang tidak pernah di hargai oleh suaminya terdampar di tempat sesepi ini dan mendapat tontonan gratis berupa pasangan muda yang sedang bermesraan."
Gadis itu mencoba menyalakan mesin beberapa kali yang tak menghasilkan apapun. Shin Hye melirik ke arah speedometer, bensinnya masih penuh. Sesuatu di mesinnya. Dia keluar dan membanting pintu. Rambut panjangnya yang bebas bebrkibar keangkasa karena tamparan angin musim semi.

Dengan modal tangan licin dan kurus itu, Shin Hye membuka bagian depan mobil yang seolah menyoraki kepencundangannya. Asap mengepul dan aroma sesuatu yang benar-benar hangus menyeruak masuk ke lubang hidungnya. Dia menjauh dan dengan paru-paru sekarat berteriak, "Dasar rongsokan." Sambil menendang ban depan.
Beberapa pasangan yang sedang berciuman dalam radius beberapa meter darinya tampak tak peduli dan menganggap teriakan Shin Hye sebagai rintihan hantu.
"Sial tasku tertinggal di gedung." Tak ada ponsel, tak terjamah taksi dan sempurna sudah penderitaanya untuk di jadikan skenario operet remaja berjudul; Domba kecil yang tersesat.
Dengan sebal Shin Hye masuk lagi kedalam mobilnya walaupun dia tahu mukjizat tak akan datang dengan sendirinya. Shin Hye mejatuhkan kepalanya keatas kemudi, ia tak sudi membiarkan tubuhnya terhempas angin musim semi, apalagi ini adalah area tidak elit. Tercemar polusi pasangan-pasangan kampungan yang tengah beremesumria itu bisa membahayakan kinerja otaknya. "Seharusnya aku meminta Pak Lee membawa rongsokan ini."
Gadis itu menyandarkan kepalanya di atas kemudi. Harga dirinya terluka, dia masih tak menyangka Yoora bisa mendapatkan bukti otentik tentang perselingkuhan lelakinya. Beruntungnya Shin Hye memiliki seribu cara menyamarkan rajangan luka di hatinya.

Diam-diam Shin Hye tetawa sinis mengingat kata salah seorang wartawan yang menyebut ia gadis lugu. Don't judge book by the cover. Wajah manis hanya sedikit bentuk kasih Tuhan untuk mengkamuflasekan pribadinya yang sesungguhnya. Bukan rahasia umum jika putri bungsu Park Jungsoo adalah seorang pecandu pesta dan ratu lantai dansa di salah satu club elit malam Korea. Pulang dini hari di antar oleh mobil-mobil yang berbeda milik 'teman mengobrol' yang sudah pasti berbeda setiap malam. Drive Lisencenya sempat di tangguhkan karena sebuah kecelakaan fatal akibat mengemudi d bawah pengaruh alcohol dua tahun yang lalu. Pernah merasakan dinginnya dinding penjara -karena perkelahian di sebuah klub malam - selama beberapa jam sebelum ayahnya yang kaya raya dan pengacara di bayar mahal untuk membebaskan dengan uang jaminan yang tidak masuk akal. Serta menyuap para wartawan yang sudah mencium bau darah untuk tak mencabiknya dalam berita. Shin Hye mungkin bukan gadis baik-baik tapi jelas bukan wanita murahan. Tidur dengan putra-putra pengusaha dan politikus tidak masuk dalam daftar kebijakan hidup Park Shin Hye. Kesuciannya terenggut oleh lelaki yang tepat; setidaknya lelaki itu berstatus suaminya.

Satu menit berlalu dan Shin Hye terus mengiba kasih Jesus akan menampirinya. Membuat seisi rumahnya menyadari bahwa nona muda mereka telah hilang, sehingga penyusuran keseluruh sudut kota akan segera terlaksana dan ia akan di temukan dalam keadaan tak sejahtera.
Brukkk..
Shin Hye merasa benda bekaki empat yang ia tumpangi mengalami guncangan sekali lagi. Dia mulai berfikir, rongsokan ini resmi tertidur sejak lima belas menit yang lalu dan mustahil mengalami guncangan ketika mesin dalam keadaan mati. Bedebah mana yang berani menabrak mobilku! Shin Hye menyerapah dalam bathin.
Meratapi ketidaksopanan pengemudi tak bertanggung jawab di hadapannya. Shin Hye segera meloncat keluar, membanting pintu dan tanpa pertimbangan akal sehat siap mengamuk dengan mengerikan.
Aliran magma yang mengedap di kepalanya siap bererupsi, dan di saat seperti ini pendekatan yang tak bersahabat akan sangat menyenangkan; gedoran kaca tanpa ada tanda-tanda kesabaran. Sekalipun kesalah pahaman ini dapat di selesaikan melalui jalur damai. Ia lebih memilih menghantamkan tulang tinjunya berkali-kali ke kaca BMW hitam metalic itu. "Hey... jalan ini luas, kenapa kau menabrak mobilku yang jelas-jelas berada di tepi jalan raya?" bahkan kalimat itu ia ucapkan dengan suara mengguntur.
Tak ada respon!
Tokk Tokk Tookk
Shin Hye mempernyaring ketukan pintu dan menambah frekuensi.
Sejenak Shin Hye berharap jika manusia yang mengendarai mobil ini mati akibat keracunan karbon monoksida. Namun samar-samar terdengar suara erangan dan desahan yang berhulu dari satu arah.
Brengsek! Bajingan mana yang melakukan perbuatan mesum di dalam mobil setelah menabrak mobil orang lain, tanpa adanya itikad untuk memohon maaf.
"Buka mobilmu sebentar. Coba lihat kesehatan mobilku yang sudah kau tabrak."
Tak ada tanggapan. Cukup sudah. Jangan membuat wanita merasa tak di dengar mereka bisa jadi sangat mengerikan. Jalan diplomasi dudah di tempuh dan berujung tanpa adanya kesepakatan, maka jalan ekstrim patut di coba. Biasanya ini sangat efektif terlebih lagi bagi yang tak pernah memikirkan dampaknya di kemudian hari, seperti Shin Hye.
Diambilnya sebongkah batu bata selebar 15 cm yang terbaring tak berdaya di tepi jalan. Batu bata itu nyaris menghancurkan kaca mengkilat mobil mewah itu, sebelum pria tak bertanggung jawab itu keluar dari kendaraanya dengan penampilan acak adut; tiga kancing kemejanya terbuka dengan letak zipper yang tak semestinya. Rahang Shin Hye terserak menatap sosok super familiar yang berdiri angkuh di hadapannya. Gadis itu membatu menatap lelaki yang menggagalkan aksi brutalnya. Dia tersedak, bukan saliva melainkan kenyataan baru. Jadi, dia mulai melakukan perbuatan mesum di segala tempat,tsk.
Di tengah kerisauan hatinya, Shin Hye mengiba belas kasih Tuhan, semoga pasangan berkasih suaminya kali ini bukan Hyomi. Tidak. Ia sanggup menerima siapapun teman Kyuhyun meluapkan birahinya tapi tidak dengan Hyomi. Kakaknya.
"Kau tidak lupa bukan, ayahku memberikan kendaraan ini kepadaku tiga bulan yang lalu." Lelaki itu menyeringai.
"Singkirkan tangan kotormu, Cho Kyuhyun." Shin Hye membentak sengit.
Kungkungan ketakutan mulai mencengkram batin Shin Hye saat matanya menitik beratkan pandangan pada kaca mobil Kyuhyun.
Tuhan, kumohon jangan kakakku. Baiklah, rasakan ini brengsek. Di mata Shin Hye sekarang batu bata beralih dari fungsi hakikinya. Selain sebagai bahan dasar bangunan benda itu punya manfaat lebih bagi Shin Hye. Menghancurkan mobil itu dan pemiliknya hingga benar-benar jadi rongsokan. Namun dia kembali terjebak dalam lingkaran ironi yang tak ingin ia alami saat seseorang menghambur keluar dari mobil dan menyertakan diri diantara percakapannya dengan Kyuhyun. Puluhan redmark terpapar jelas di area leher gadis itu. Sementara Shin Hye terkesima akan hasil perbuatan brengsek Kyuhyun sebelumnya, lelaki itu merebut batubata ditangan Shin Hye menggunakan tangan kirinya yang hampa. Melemparkannya hingga terpecah belah dan membentur aspal.
"K... kau." Shin Hye tak mempercayai dengan kesehatan matanya sendiri.
Gadis bergaun merah terang itu keluar dengan raut tak terdefinisi, dan berusaha melarikan pandangannya dari kobaran neraka di mata Shin Hye. "S-Shin Hye. Aku.."

"Diam!!" Shin Hye terluka bukan main. Mimpi buruk itu datang tanpa sedikitpun hawar-hawar pemberitahuan. Dia yakin, setelah ini satu demi satu kenyataan pahit akan segera menyambut dan menghatarkannya menuju kehidupan yang lebih kelam dari sebelumnya. "Unnie..." Matanya menyalang. "Kau dan keparat ini melakukannya lagi. Aku baru tahu kau semurahan ini."
"Tutup mulutmu Park Shin Hye." Rahang Kyuhyun mengeras. Ia yang awalnya enggan menanggapi dan menyertakan diri di antara perdebatan itu terpaksa turun tangan. Menghina perempuan yang ia cintai adalah salah satu hal yang tak sanggup ia toleransi. "Jangan pernah kau mengatakan sesuatu yang buruk tentang dia. Aku mencintai Hyomi, dan bisa kupastikan pernikahan kita akan berakhir jika sekali saja kau menyakiti hatinya." Kyuhyun menghela nafas untuk meredam suhu darah di kepalanya. "Kau harus ingat, pernikahan ini hanya status dan tak ada artinya sama sekali untukku." Diktenya penuh penekanan.
Shin Hye menyeringai. "Lalu kau fikir ini semua ada artinya untukku. Aku hanya tidak habis fikir, gadis yang selama ini kukira lebih suci dari ku ternyata lebih menjijikan dari seorang pelacur."
Plakkk
Hempasan tangan Kyuhyun mendarat tepat di wajah Shin Hye, membuat kedua pasang mata lainnya terperangah menyaksikan drama singkat itu. Kyuhyun menghela napas dalam beriringan dengan kedua kelopak matanya yang tertutup rapat. Ia sadar penyesalan besar itu tiba-tiba bertamu ke dalam hatinya. Nurani dan organ lunak dalam kepalanya sepakat mengutuk tindakan bodohnya. Ini salah. Shin Hye hanya berusaha mengungkapkan asumsinya atas pertunjukan kotor yang ia lihat. Dan tidak seharusnya ia mengapresiasi sikap gadis yang baru beranjak dewasa seperti Shin Hye dengan sikap sekasar itu. Lebih dari itu semua, Kyuhyun merasa ada sesuatu yang tak bisa ia jabarkan kembali menyelimuti hatinya. Semacam kebencian saat matanya menangkap bulir-bulir mutiara melintasi wajah rupawan Shin Hye. Namun sayang, setan bernama ego yang menguasai sebagian hatinya sehingga menahan itikad baik Kyuhyun untuk sekedar melungsurkan sehelai sapu tangan yang ia simpan di dalam sakunya.
"Kalian berdua sama-sama tidak tahu diri." Bertepatan dengan itu Shin Hye mengentikan sebuah taksi dan buru-buru melesat masuk sebelum dua keparat itu makin merasa berjaya atas segala keterpurukannya.
Perasaan takterdefinisi semakin membelnggu hati Kyuhyun saat taksi yang memuat Shin Hye menikung jalan. 'Ku harap kau akan langsung pulang gadis kecil. Dan kumohon, jangan melakukan sesuatu yang berpotensi mencelakakan dirimu sendiri. Maafkan ketololan tangan busukku yang sudah menyakitimu.' Meski tak terhaturkan, paling tidak suara hati itu benar-benar ungkapan mahatulus yang ia panjatkan untuk gadisnya.
.
.
.
Shin Hye tak pernah sampai ke apartemennya, seperti yang diam-diam di harapkan Kyuhyun. Dia meminta supir taksi menikung lalu mengucapkan tempat yang ia tuju. Dia berkendara selama kurang lebih 10 menit sebelum turun di depan stasiun kereta gantung. Shin Hye mengangsurkan beberapa lembar uang kertas, taxi itupun menghilang dengan cepat.
Shin Hye membeli tiket. Hanya dia seorang di kereta ini. Benda itu merangkak dengan sangat cepat ke atas gunung. Pemandangan dibawahnya mempesona luar biasa tetapi Shin Hye sepenuhnya tak menikmatinya.Tidak hari ini.
Menyerang pecundang seperti Kyuhyun dengan kata-kata tajam dan dramatis seperti tadi. Ingin sekali ia menerima simpati Kyuhyun sebenarnya, tapi mengharapkan simpati lelaki itu sama saja dengan menjerumuskan dirimu ke dalam kubangan luka yang lebih dalam. Dan saat ini ia butuh sendiri, benar-benar sendiri.
Diketuk-ketuknya kaca yang mengurungnya. Terlalu tebal. Bunuh diri takkan bisa terlaksana di kereta ini. Shin Hye pernah mengalami hal yang jauh lebih buruk dari ini dan dia 'selamat', meski tanpa keluarga dan tanpa seorangpun disisinya. Apa yang membuatnya berpikir untuk mati hanya karena Kyuhyun? Karena kau tahu Kyuhyun adalah satu-satunya yang berarti bagimu, Shin Hye! Fakta menyakitkan yang tak pernah di ketahui khalayak umum -bahkan Kyuhyun dan Hyomi- adalah status bahwa ia bukanlah putri kandung Nyonya Park Sora. Sebelum janda cantik itu menikahi Tuan Park Jungsoo, ia telah memiliki seorang anak angkat yang ia besarkan bersama mantan suaminya Tuan Lee Yeon Woo. Saat Shin Hye berusia 15 tahun ayah angkat yang selalu ia sanjung meninggalkan ia dan ibundanya, selamanya. Dua tahun setelah itu Nyonya Lee menikah dengan Tuan Park. Dan untuk kesekian kalinya, Shin Hye harus bertemu serta beradaptasi dengan keluarga baru. Tuan Jungsoo sangat menyayanginya, tapi ia tahu ada harga untuk kasih sayang dan segala fasilitas mewah yang ia gunakan selama ini. Menerima apapun kehendak Tuan Park pada hidupnya, termasuk menerima perjodohan yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.
Shin Hye tak sebebas Hyomi. Saat itu kakak tirinya yang keparat memiliki hubungan dengan lelaki China, Yi Fan. Tuan Jungsoo merestui hubungan keduanya dan atas dasar alasan itulah maka ia yang di wajibkan mengemban tugas menikahi putra mahkota keluarga Cho. Dan saat ia mulai menerima semua drama gila ini, lalu dengan kurang ajarnya Hyomi datang, merebut dan memalingkan pandangan Kyuhyun yang saat itu mulai memberi setitik harapan padanya.
Ia besar di panti asuhan dengan marga Choi, pernah di asuh oleh seorang nenek bermarga Kim -dua tahun sebelum nenek berhati malaikat itu meninggal dunia. Lalu setelahnya ia di angkat menjadi puteri tuan Lee. Beberapa tahun berikutnya ia harus menanggalkan marga itu dan mengubahknya menjadi marga baru saat ibunya kembali menikah. Dan untuk pertama kalinya Shin Hye merasa bahagia atas perubahan marganya saat ia di peristri oleh lelaki yang sama sekali tak mencintainya.
Dan kau nyaris memilikinya jika saja Hyomi tak merebutnya, sekarang kau kehilangannya. SEPENUHNYA. Dasar pecundang! Bahkan bayangannya pun mentertawakannya.
Perempuan jahat! Kau pantas mendapatkan ini Shin Hye. Tuan Park Jungsoo dengan segala kemurahannya mau menerimamu, menganggapmu sebagai puteri kandungnya. Memberikan segala hal baik untuk hidupmu termasuk bersekolah di London -seperti harapanmu. Dan sekarang, tak bisakah kau mengubur dalam-dalam perasaan bodohmu demi Hyomi, mutiara berharga dari lelaki yang selalu kau hormati. Tegakah kau melukai hati Hyomi demi ambisi keparatmu. Tuan Park akan mengutukmu jika ia tahu mutiaranya telah kau lukai. Dari segala sisi kau tak akan pantas di bandingkan dengan Hyomi, Shin Hye. Kau yang murahan. Bukan Hyomi. Kau yang seharusnya pergi dari hidup Kyuhyun, bukan Hyomi.

"HENTIKAAAN KUMOHON!" Shin Hye menjerit sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat tak ingin kata-kata penuh kebenaran itu menyerangnya lebih brutal. Pantulan diri yang jahat berhenti mendiktenya ketika kereta melambat dan salah satu stasiun perhentian kereta gantung itu menyongsongnya.

Diam-diam Shin Hye mulai bertanya kenapa dia malah datang ke tempat ini? Kemudian dia menangis. Menangis untuk dirinya, nasib buruknya, dan menangis untuk Kyuhyun yang akan segera menjadi sejarah.
.
.
.

Kyuhyun ditemani seorang sekretaris cantik yang tingginya hampir sejajar dengan dirinya baru saja keluar dari ruang rapat. Dengan tangan berjejal di balik saku celananya, Kyuhyun memikirkan Shin Hye selama menyusuri jalan menuju ke ruangannya. Sejak pertengkaran malam itu ia dan Shin Hye sama sekali tak bertegur sapa. Hubungan mereka yang buruk semakin memburuk sekarang.
"Sajangnim, saya harus mengantar dokumen ini ke divisi pemasaran." Sekretaris muda itu mengundurkan diri dengan sopan santun tak teragukan setelah Kyuhyun menjawab ucapannya dengan sebuah anggukan.
Kyuhyun menikung dan cukup terkejut melihat sesosok perempuan di bangku tunggu di depan pintu ruang kerjanya. "Hyomi."
Suara Kyuhyun secara naluriah membuatnya berdiri, lalu menyongsong pria itu ke pelukannya. "Kyuhyun."
"Ini tempat umum, sayang". Dengan penuh kelembutan dihelanya tubuh Hyomi, dibawa menuju ke ruangannya. Begitu ruangan itu terkunci Hyomi kembali memeluknya, dengan sangat erat seolah ini adalah kesempatan terakhirnya menikmati kehangatan tubuh kekasihnya.
Kyuhyun membiarkan beberapa saat lewat dalam keheningan, lalu tanpa disadarinya, lengannya balas merengkuh Hyomi. Hyomi terisak tertahan di dadanya dan dia tak tahu apa penyebabnya. "Hyomi ada apa? Apa terjadi sesuatu?"
Hyomi menggeleng di dada Kyuhyun. Dia menarik nafas, berharap hal itu bisa membuat nada bicaranya sedikit bahagia. "Kyuhyun aku punya sesuatu untukmu."
"Apa itu?"
"Aku hamil Kyu. Sudah 9 minggu."
Wajah Kyuhyun memucat. Sesuatu yang buruk akan menimpa hidupnya, ia tahu itu. Sejauh ini ambang fikirannya memang menyetujui pemikiran bahwa dia mencintai Hyomi. Tapi entah kenapa sekarang segala hal dalam tubuhnya mendadak berkhianat. Dia benci fakta bahwa di dalam rahim Hyomi ada segumpal darahnya. Bukan wanita itu yang berhak mengandung penerusnya. Bukan!
Pengakuan Hyomi membuat tubuhnya beku. Setelah yakin emosinya terkendali, lelaki itu menoleh dan untuk pertama kalinya melemparkan tatapan dingin dan tajam pada Hyomi. "Gugurkan kandungan itu Hyomi."
"Apa?"
"Gugurkan kandunganmu."
"Kyuhyun..."
Hyomi tak mendapatkan ralat perkataan dari Kyuhyun. "Gugurkan bayi itu, aku tidak menginginkannya." Kata-katanya terdengar sangat keji di telinganya sendiri.
Hyomi terlalu terguncang hingga tak punya daya untuk berkata-kata. Dia menahan diri kuat-kuat atas dorongan emosi yang ingin membuatnya menangis. "Teganya kau mengatakan itu Kyuhyun. Ini anakmu, darah dagingmu."
Sesuatu dalam diri Kyuhyun mendebat pengakuan Hyomi. Merasa tak sepenuhnya percaya akan ucapan wanita itu. Hyomi dan Yi Fan hidup berbulan-bulan bersama. Tapi dia tak punya bukti. Dan celakanya, Kyuhyun sadar betul bahwa dia dan Hyomi pernah melakukan hubungan terlarang itu.
"Katakan padaku kenapa kau tak menginginkan bayiku! Katakan Kyuhyun! Apa karena Shin Hye? Kau mencintainya?" Hyomi setengah menjerit namun suara isakan memilukan mencekat tenggorkannya.

Entahlah. "Kau tahu alasannya Hyomi. Aku dan Shin Hye tidak mungkin bercerai sekarang."
Kyuhyun tahu persis perceraian tak akan berpengaruh pada kedigdayaan keluarganya dan keluarga Hyomi. Dia hanya ingin membuktikan kesejatian perasaannya akan berlabuh pada siapa.
"Ada alasan lain?"
"Tidak."
"Untuk masalah ini aku memilih berkonfrontasi denganmu."
"Hyomi." Suaranya melembut. "Percayalah aku sangat mencintaimu, aku menginginkan bayimu tapi tidak saat ini." Omong kosong.
"Tidak Kyuhyun. Dengan segala cara aku akan mempertahankan bayiku. Termasuk jika ayah akan mengasingkan aku ke sebuah tempat dimana hanya ada aku dan anakku." Tatapan Hyomi penuh luka, hatinya tersayat dan berdarah.
Kyuhyun mendekat dengan langkah perlahan lalu menghela pundak Hyomi agar menghadapnya. Menatap tanpa bisa berkata-kata. Seketika Hyomi hancur dipelukannya, menangis sengsara.
Dan sepertinya Kyuhyun akan menyerah pada pilihan Hyomi. Bukan karena dia yakin akan perasaanya terhadap Hyomi. Namun demi rasa bersalahnya juga darah dagingnya yang masih meringkuk di dalam rahim Hyomi. Darah dagingnya? Kyuhyun benar-benar ragu akan hal itu.
.
.
.
Shin Hye menyunggingkan tawa riang pada sesosok pria di seberang jalan yang tengah melambaikan tangan sambil tersenyum hangat padanya. Butuh 15 menit bagi Shin Hye untuk meyakinkan Donghae agar tidak membatalkan acara latihannya hanya untuk menemani Shin Hye. Hari sabtu adalah jadwal kencan Donghae dengan gitar-gitar kesayagannya.
Lee Donghae baru 3 tahun tinggal di Seoul. Dia sahabat Shin Hye semasa bersekolah di London. Donghae adalah seorang siswa dari sekolah Music paling terkenal di London, Lelaki itu dianugerahi Tuhan paras setampan malaikat, bakat bermusik yang luar biasa serta terlahir dari keluarga berada yang penuh cinta. Namun salah satu takdir baik menentangnya.
Semua anggota keluarganya meninggal pada sebuah kecelakaan pesawat. Atas dasar kesetiakawanan dan rasa sayangnya terhadap Donghae, Shin Hye memohon pada Tuan Park agar memberikan perkerjaan yang menjamin kehidupan sahabatnya. Bagi Shin Hye, Donghae adalah sahabat sekaligus kakak yang selalu melindunginya.
Shin Hye mendesah kecil menyadari bahwa tak hanya dirinya yang hidup tanpa kasih sayang orang tua kandung. Kemudian dia merogoh ponsel dari saku blazernya, tak ada tanda-tanda kehidupan disana. Apa yang diharapkannya? Kyuhyun menghubunginya. Oh Iya benar, sepertinya memang itu. Shin Hye cepat-cepat mengalihkan pikirannya dari Kyuhyun.
Ketika Shin Hye menjejakan kakinya, rasa pusing langsung menjalari kepalanya disusul dengan rasa dingin yang mendekap sekejur tubuhnya. Angin kering dan terik matahari tak mampu menghangatkannya. Selama beberapa hari ini Shin Hye lebih suka berbaring di atas ranjang, bermalas-malasan. Ia memegangi pelipisnya lama sekali, kelihatan sesak. Ia bernafas dengan mulut, berusaha menahan perasaan mual namun kondisi perutnya yang masih kosong membuatnya semakin buruk. Kegelapan terasa hidup di sekelilingnya. Shin Hye begitu yakin tubuhnya akan berdebum ke bumi bersamaan dengan sebuah tangan yang menahan kejatuhannya.
"Shin Hye, astaga.. kau baik-baik saja." Donghae dengan tarikan wajah panik menahan tubuh Shin Hye.
Shin Hye masih berusaha memfokuskan pandangannya ketika laki-laki itu menyodorkan sebotol air mineral padanya. Shin Hye minum, tegukannya lemas. "Terimakasih."
"Benar kau tidak apa-apa? Kita bisa ke dokter."
Shin Hye menoleh pada pria berambut coklat di sampingnya. Matanya pria itu teduh dan wajahnya yang manis sangat memacarkan aura kebaikan. "Aku baik-baik saja. Percayalah."
"Shin.. Kau yakin baik-baik saja."

"Eoh.. aku." Shin Hye kehilangan focus dan 30 detik kemudian ia merasa tengah di gendong oleh seorang pria menuju Rumah Sakit dalam keadaan pingsan.
.
.
.
Yang dirasakan Shin Hye ketika membuka matanya adalah rasa pusing yang menyiksa. Susah payah Shin Hye menahan gejolak di perutnya yang terasa dijungkirbalikan. Cahaya keputihan yang berpendar dari langit-langit ruangan memperlambat matanya untuk memfokuskan pandangan. Dimana dia? Rumah Sakit. Pikiran Shin Hye berkelana, diam-diam mengharapkan Kyuhyun menyambutnya dengan senyuman manis dan pelukan hangat. Hal yang paling ia harapkan selama ini dan mustahil terjadi. Shin Hye menyapu pandangannya ke sekeliling. Dia sendirian.
Terdengar suara pintu berderit. "Oh anda sudah sadar rupanya." Shin Hye menoleh pada seorang suster yang menatap ramah padanya. Suster itu melanjutkan seolah memahami arti kerutan di dahi Shin Hye. "Anda dibawa kesini sore tadi, anda pingsan di samping mobil anda nona."
"Pingsan?"
Selesai mengecek infuse, menyentuhkan punggung tangannya di kening Shin Hye, perawat itu menjawab. "Ya. Tadi seorang pria membawa anda kesini. Tapi dia terburu-buru pergi dan mengatakan bahwa nanti malam ia akan kembali."

Pasti Donghae.
Suster tersebut tersenyum ringan dengan pipi memerah, matanya nyalang selama beberapa detik membayangkan ketampanan pria yang mengantar wanita yang terbaring di sampingnya. "Anda sudah baikan. Selamat malam."

"Saya sakit apa?" Tanya Shin Hye dengan suara serak.

Suster itu menoleh lalu mengerling nakal. "Kabar baik saya rasa. Dokter yang akan menjelaskannya pada anda."
Shin Hye mengerang tertahan karena rasa pening itu masih enggan meninggalkannya dan ia setengah terlonjak saat benda berpermukaan dingin tiba-tiba menyentuh kulit di sekitar dadanya. Perhatiannya langsung tertuju pada seorang lelaki beruban, berkacamata dan bertampang sedingin stetoskop yang menggantung di lehernya. Dia bahkan tak menyadari kapan dokter itu masuk ke ruangannya.
Shin Hye gugup setengah mati ketika dokter itu membuka map yang diletakan di atas meja. Ia menepis dugaan gila yang sejak tadi bertamu kekepalanya, hamil? Tidak.. kurasa bukan, dan tidak mungkin. Selesai membaca, dokter itu melemparkan pandangannya kembali pada pasiennya, ekspresinya melembut. "Selamat Shin Hye-ssi, kau sedang mengandung."
"A..aku hamil?" Shin Hye berharap dokter mengatakan tidak. Oh teganya. Kenapa hal keji itu tiba-tiba melintas di kepalanya seolah dia tak menginginkan kehadiran janin ini di perutanya. Anak ini memiliki ayah yang jelas. Meski ia tak pernah tau lelaki keparat itu menginginkannya atau tidak.
"Ya, 4 minggu." Raut ramah turut bersuka cita sang dokter tak mampu menekan kecemasan Shin Hye.
Shin Hye terbengong kebingungan reaksi apa yang seharusnya terjadi. Kaget sudah pasti. Bahagia? Kenapa dia tak merasakan hal itu saat ini. Tanpa sadar tangannya menyentuh perutnya yang masih rata, mengelusnya meski dia tak berniat melakukannya. Di dalam sana ada calon manusia, anaknya dan Kyuhyun. Ya ampun.

Sang dokter menggenggam sejenak tangan Shin Hye yang seolah membeku, tatapannya jernih seperti seorang lelaki yang meledak gembira karena akan mendapat seorang cucu. "Sekali lagi kuucapkan selamat. Kau baik-baik saja hanya kekurangan cairan dan terlalu kelelahan. Besok kau bisa pulang. Aku akan berikan obat untuk mengurangi rasa mual dan beberapa vitamin tapi kau juga harus menjaga asupan gizimu, mengurangi aktivitasmu, kau juga butuh istirahat cukup. Selamat malam." Dokter itu melepaskan tangannya, tersenyum lalu melangkah pergi.
Hamil? Hamil? Kata-kata itu menggema di telinga Shin Hye seolah mengejeknya..
.
.
Jemari lentik Shin Hye mendorong perlahan pintu mewah berdesain Eropa di hapadapannya. Setelah melewati perdebatan alot dengan nuraninya sendiri, hari ini dengan segenap rasa keyakinanya ia bertekad akan memberitahukan berita ini kepada keluarganya. Dia yakin, kehadiran janin dalam rahimnya akan membuat Kyuhyun mengucurkan sedikit simpati padanya.
Kau tidak perlu repot-repot mencintaiku Kyuhyun. Aku akan bertahan dan menerima segala perlakuanmu demi anak ini. Setidaknya sampai dia lahir. Beri aku kesempatan untuk berarti di hidupmu. Jika aku tidak bisa memperolehnya maka bagian dari diriku pasti mendapatkan cintamu Kyuhyun. Anakku pasti mendapatkan cintamu, yang tak pernah aku rasakan sebagai istrimu.

Shin Hye sibuk dengan sehelai kertas di tangannya saat suara tegas Tuan Park menyapanya. "Kau datang, nak?"

Dan saat dia mengangkat wajahnya, pemandangan yang tak biasa menyambutnya. Lebih dari itu, segenap itikad baiknya untuk memberitahu keluarganya perihal janin yang ia kandung lenyap. Dua keparat itu duduk berdampingan di hadapan seluruh anggota keluarganya dan keluarga Cho dengan kedua tangan saling mengait ERAT.
Shin Hye memasok sedikit oksigen ke dalam paru-parunya. "Iya Ayah.." Shin Hye tak sanggup menghaturkan banyak kata karena pemandangan di sayap kiri sofa itu begitu menarik perhatiannya. Shin Hye membungkuk kecil sebagai penghormatan tapi pemandangan laknat di sampingnya dengan telak menyita keseluruhan fokusnya.

"Kemarilah nak. Duduk di samping ayah." Tuan Park selalu berkata dengan nada lembut. Tapi Shin Hye tahu ada yang berbeda kali ini. Sesuatu yang menyakitkan akan segera menamparnya dengan keras.

Semua membisu dan Shin Hye hanya mampu tersenyum kering dengan tangan mengepal menghadapi situasi kurang ajar seperti ini. Dan saat matanya bersirobok dengan lelakinya, hasrat untuk menghempaskan kwintalan bogem tepat ke wajah tampan itu mendadak meningkat ke level yang tak terduga.

"Nak maafkan Ibu. Ini adalah hal yang tidak pernah Ibu duga sebelumnya." Sadar akan kakunya atmosfir yang memerangkap ruangan itu, kali ini Nyonya Cho mengambil alih perhatian semua orang. Wanita dengan senyum hangat itu berjalan mengitari sofa dan memeluk Shin Hye dari arah belakang. Menangis sejadi-jadinya di antara helaian rambut Shin Hye yang halus. "Ibu berdosa padamu. Ibu tidak bisa mendidiknya dengan baik sehingga pada akhirnya gadis sebaik dirimu harus terluka."

Shin Hye tersenyum getir. Dia mulai menyadari kemana arah pembicaraan ini. Yang tak ia duga, kenapa saat yang ia kutuk harus datang secepat ini. Mengapa keberanian Kyuhyun dan Hyomi untuk mengakui hubungan haram mereka datang di waktu yang tidak tepat. Bahkan ia belum sempat menyampaikan bahwa dalam rahimnya ada segumpal darah, darah lelaki itu.

Nyonya Park mendekat ke arah Shin Hye dan menggenggam tangan gadis itu. Berusaha memberi Shin Hye kekuatan meski berakhir dengan kesiasiaan. Shin Hye sudah terlanjur rapuh. Sementara Kyuhyun hanya melempar tatapan tak terbaca ke arah Shin Hye. "Kakakmu hamil nak? Bisakah kau mengijinkan suamimu menikahinya?"
Dunia seakan runtuh di bawah kakinya. Dalam mimpi terburuknya sekalipun Shin Hye tak pernah berpikir akan dicampakkan dengan cara seperti ini. Pertanyaan Ibundanya dengan telak berhasil melemparkan dirinya ke dasar neraka.
Hamil?

Shin Hye terguncang.

Gadis itu bangkit dan berdiri kaku di tengah ruangan, menatap dua pemuda yang dengan tidak tahu dirinya saling mengaitkan tangan seolah memberi kekuatan satu sama lain. Brengsek. Dia yang paling hancur di sini. Dan amarah Shin Hye semakin menjalat saat suara Kyuhyun mengitari telinganya.
"Kita berpisah." Nada suara Kyuhyun sekaku robot. Bertentangan dengan hatinya yang berkecamuk. "Maaf aku tidak bisa mencintaimu, Shin Hye."
"Dari dulu aku sangat mencintai Hyomi, maaf sudah menyeret dirimu kedalam prahara ini. Kita berakhir." Dari ekor matanya, Kyuhyun dapat melihat bibir wanita itu bergetar, hendak bicara namun mulutnya seperti digembok, mungkin mencerna kata-kata menyakitkan itu. "Dan satu minggu lagi aku akan menikahi Hyomi."

"Pembicaraan ini selesai." Kyuhyun bangkit dan dengan sengaja menyinggungkan lengannya dengan kasar pada tubuh Shin Hye.

"Kau... benar-benar tidak mencintaiku Kyuhyun?" Kata-kata itu keluar tanpa ia sadari.

Aku tidak tahu Shin Hye, yang jelas aku hanya ingin melihatmu selalu dalam jangkauanku,memelukmu, dan melindungimu. Kyuhyun berbalik dan memandang Shin Hye tanpa minat, bahkan mendecih. Melupakan gejolak hati yang menentang keras tidakan tolonya. "Kau mengarapkan itu? Dari awal kau sangat tidak menarik di mataku."Kyuhyun tersenyum keji kemudian tanpa berkata-kata, dia pergi, membanting pintu dibelakangnya, menimbulkan bunyi berdebam yang membuat Shin Hye dan semua orang di sana terperanjat bukan main.
Hanya itu!! itu saja!!
Shin Hye berdiri kaku di tengah ruangan, menatap pintu itu lama, berharap ada gerakan sedikit saja, dan Kyuhyun kembali padanya sambil tertawa setan karena berhasil membuat Shin Hye terpengaruh candaannya. Kalaupun kata-kata tadi benar dan niatan kejam untuk meninggalkan Shin Hye sempat melintas di benak Kyuhyun, Shin Hye bersumpah akan memaafkannya, tanpa syarat, apapun asal Kyuhyun kembali ke pelukannya.

1 menit 2 menit 4 menit 6 menit. Sisa ketegarannya tak bertahan lagi. Shin Hye berjalan kearah tangga. Dan pada langkah kelima dia berhenti sesaat.
"Kau tidak perlu berbagi suami denganku unnie. Karena mulai hari ini dia milikmu, aku akan mengurus perceraianku sekarang juga." Setelahnya Shin Hye berlari dan debuman kencang pintu resmi mengkaramkan segala niatnya untuk memberitahuan perihal janin yang ia kandung.
Shin Hye jatuh terduduk tepat di belakang pintu kamarnya, dan terisak dengan nada terluka, menangis sepuasnya. Ini hanya mimpi. Pagi hari dia akan terjaga di dunia yang lebih memahaminya, bersama orang yang mencintainya, Kyuhyun. Semoga.
Potongan-potongan perkataan Ibundanya seakan bertalu-talu ditelinganya. Hyomi hamil. Tanpa sadar Shin Hye memeluk perutnya dengan posesif. Dia juga hamil. Bayi Shin Hye juga membutuhkan ayahnya, dan Shin Hye amat sangat membutuhkan Kyuhyun.
Kyuhyun menunggu di depan pintu. Memikirkan apa yang telah diperbuatnya pada Shin Hye. Lelaki macam apa dia? Bajingan. Hati Kyuhyun menjawabnya. Kyuhyun cepat menyeret langkah sebelum pikiran dan perasaannya mengkhianati keputusannya. Dia memiliki Hyomi yang sangat mencintainya, darah dagingnya sedang berkembang, dan anak itu membutuhkan seorang ayah. Kyuhyun hanya belum tahu jika segumpal darah dalam rahim Shin Hye juga membutuhkan ayahnya.
.
.
.
Hanya kabut kebisuan yang mengombak disekeliling mereka. Sejak kedatangannya sepuluh menit yang lalu, Hyomi hanya mendiamkan Shin Hye. Gadis bermata indah itu melirik bayangan dirinya, terlihat sangat mempesona dalam balutan gaun pengantin peninggalan ibu kandungnya.
"Selamat." Ucap Shin Hye dengan nada kaku yang keterlaluan.
Air mata Hyomi nyaris berderai. Kedatangan Shin Hye hanya semakin memperperih perasaannya. Kebaikan dan ketulusan Shin Hye selama gadis itu menyandang status sebagai adik tirinya membuatnya sakit. Hyomi masih ingat benar saat Shin Hye dengan segenap kesucian hatinya rela menyambut maut yang nyaris menjemputnya. Saat itu usia Hyomi 17 tahun, ia nyaris terlalap api yang membumi hanguskan sebagian istana mewah mereka. Tapi dengan heroic Shin Hye berlari masuk dan menyeret Hyomi keluar. Akibat insiden itu pelipis Shin Hye tertimpa balok berbobot berat dan cedera untuk waktu yang cukup lama.
Dia tak benci gadis itu. Lebih dari itu, Hyomi benci dirinya sendiri yang begitu menyedihkan karena tak akan pernah sanggup membenci Kyuhyun. Kyuhyun adalah nyawanya. Sekalipun pria ini adalah penyebab segala badai ini, tapi dirinya selalu kembali ke pelukan lelakinya. Tak peduli sekalipun semua rasa sakit dan air mata ini ditimbulkan oleh Kyuhyun. Hyomi tak akan sanggup melepas Kyuhyun. Tidak.

"Selamat karena kau telah mendapatkan pria yang aku cintai."Shin Hye tersenyum dusta.
"Terimakasih. Aku benar-benar bahagia."Hyomi melarikan pandangannya ke arah lain. Tak sanggup menatap sinar kehancuran di mata Shin Hye.
Shin Hye meraup sisa oksigen di sekeliling mereka sebelum berbalik dan undur diri dengan wajah sedatar papan tulis.
.
.
.

Continue..

IronyWhere stories live. Discover now