Pikirannya mengembara entah kemana sejak pertemuannya kembali dengan mantan pria sialan yang sempat menjadi bagian terpenting di hidupnya, sekaligus pria terkeparat yang telah dengan berani merobek-robek perasaannya hingga pada akhirnya segunung rasa benci dan dendam tanpa ia kehendaki tumbuh di hatinya.
Apa yang di lakukan lelaki itu di sini?
Lusinan beban di kepalanya semakin menggunung saat bayangan mengenai Ziyu yang terlebih dulu bertemu dengannya kembali bertamu kedalam pikiran Shin Hye. Ia masih ingat benar betapa tatapan anaknya berbinar ketika matanya yang sejernih embun menatap lelaki brengsek itu.
Ziyu mungkin tak tahu siapa pria itu sebenarnya, tapi binar mata dan senyum lebarnya benar-benar menjabarkan bahwa anak itu bahagia tak kepalang berjumpa dengan Kyuhyun.
Ziyu cukup ramah meski sikap dingin dan jarang bicaranya lebih mendominasi ketika ia bersama teman-teman atau orang yang baru saja ia temui. Dan kali ini Shin Hye dengan jengkel harus mengakui bahwa sikap Ziyu sungguh berbeda ketika ia berada di dekat Kyuhyun.
Senyum tanpa beban yang jarang terbit dari bibirnya akan dengan mudah tersungging hanya karena ia ingin memperkenalkan Kyuhyun padanya.
Dan ketika Shin Hye menyeret paksa dirinya menjauh dari Kyuhyun, tatapan kecewa anaknya tak luput dari sorot matanya.
Setajam itukah ikatan batin mereka?
"Tuhanku, takdir macam apa ini?" Shin Hye menekan dahinya dan meremas poninya. Pikirannya berkelana dan mengarang berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi.
"Mama aku..." Ziyu keluar dari kamarnya dan menghambur ke arah Shin Hye, namun ia menahan kalimatnya di pangkal tenggorokan saat menyadari tarikan kacau di wajah ibunya.
Ziyu bertanya-tanya, namun perasaan bernama tahu diri menahan dirinya. Ia tak memiliki hak untuk mencampuri permasalahan orang dewasa.
Ziyu mendekat perlahan dan bernafas lega saat ia sudah memastikan bahwa air mata tak membanjiri wajah ibunya.
Mendengar suara kecil memanggilnya, Shin Hye dengan tergesa menarik nafas dan menyimpan segerbong beban di benaknya ke dalam sudut hatinya yang terjauh.
"Iya, ada apa sayang" Shin Hye tersenyum lebar dan mengkamuflasekan kegundahannya dengan segaris tawa.
Dan ironisnya upayanya berakhir sia-sia, karena Ziyu tak semudah itu ia kelabuhi.
"Mama sedang memikiran paman tadi ya?"
Kening Shin Hye yang berkerut berbanding terbalik dengan situasi hatinya yang mengamuk dan mengutuki betapa cerdasnya anak semata wayangnya.
Iya nak, mama memikirkan lelaki kurang ajar itu. "Paman tadi?" Shin Hye bertanya dengan tawa bodoh yang tersulam di bibirnya. "kenapa mama harus memikirkannya sayang. Dia bukan siapa-siapa kita, bahkan mama tidak mengenalnya, there're some troubles in my office."
"Really?"
"Of course."
"but mama.. why do i feel like i have a special bond with that uncle I mean I feel like I have meet him before?" Ziyu berkata sungguh-sungguh. Ia merasa bahwa paman Kyuhyun bukan orang asing untuknya.
Ia merasa terlindungi ketika berada di dekatnya sama seperti yang ia rasakan ketika ia berada di dekat ibunya. Tak seperti yang ia rasakan terhadap Paman Donghae sekalipun ia selalu memanggil pria itu dengan sebutan papa.
Jantung Shin Hye terpuruk, ia tak pernah berfikir bahwa Ziyu akan memiliki ikatan batin sekuat ini dengan ayah kandungnya. Dan meski Shin Hye memakuminya, tapi jelas, ini merupakan kabar buruk untuknya.