Prolog

5.4K 179 48
                                    

Setiap saat aku selalu ada untuknya. Aku selalu berada di sisinya.

Namun ia selalu melihat ke arah lain. Mengabaikanku dan hanya sekilas melihatku. Sekilas...

Dia melihatku hanya untuk berbagi kebahagiannya --tentang pria lain-- yang sangat mengiris hatiku.

Berupaya aku merelakan semua kebahagiaannya. Walaupun diriku berbanding terbalik --nelangsa dan renjana. Asalkan dia bahagia, itu lebih dari cukup bagiku.

Kami hanya sebatas sahabat. Jalinan hubungan ini sudah cukup bagiku. Setidaknya aku masih bisa bersahabat dengannya. Setidaknya aku masih bisa selalu menemaninya, menjaganya dan melihatnya bahagia. Setidaknya...

Setiap doaku, namanya selalu kusebut. Aku berharap supaya Tuhan tidak menghilangkan senyuman dari bibirnya. Tanpa naif, aku masih berharap jika hubungan kami lebih dari sahabat. Rela hati aku tidak menutup kemungkinan --maksudku mujizat itu.

Tapi...

Kapan dia peka?

Penanti dia peka,
Virli Gavra

¤¤¤
18 Agustus 2016

AN
Dilarang memplagiat ;)

Bila akan share, mengambil kutipan dan sebagainya, silahkan tag IG @racauan.ma ^^

BTW, aku bahagia dengan antusiasme pembaca untuk cerita ini yang >6K pembaca. Unbelieved. Semoga saja bisa diapresiasi pula.

Shineyma

Kapan Dia Peka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang