Annadea mendengus pelan sambil membawa peralatan untuk membersihkan toilet sekolah. Terima kasih kepada Dimitri yang melaporkan insiden jari tengah di lift waktuitu kepada kepala sekolah. Ia nyaris saja mendapat surat panggilan jika ia tidak memiliki prestasi yang membantunya.
Pagi ini Annadea dipanggil oleh kepala sekolah dan ia dimahari habis habisan. Kepala sekolah memberinya hukuman yang menurutnya sangat berat, membersihkan semua toilet di sekolah termasuk toilet untuk guru. Sekolahnya bukan sekolah kecil, disetiap lantai ada 6 toilet wanita dan 6 toilet lelaki, dan sekolahnya adalah gedung 4 lantai.
"Ya Allah, ada aja cobaan anak baik." ucap Annadea dengan senyum ceria yang ia buat buat.
Hari ini ia harus merelakan latihan sepak bola karena hukuman yang diberikan. Annadea anak yang cukup berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Banyak piala yang ia bawa untuk sekolah ini. Jika suatu hari nanti sekolah ini mempersulitnya mendapat beasiswa sekolah di luar negeri, ia sudah memikirkan akan membakarnya.
"Udah gelap lagi. Sisa dua toilet perempuan sih." gerutunya pelan lalu dengan cepat membersihkan kotoran yang ada di lantai.
Untungnya murid di sekolah ini bukan tipe remaja yang nakal. Mungkin ada beberapa, setidaknya mereka tidak membuat toilet menjadi seperti sarang hewan buas.
"Duduk bentar lah. Bisa bisa patah pinggang gue kalo gini terus." gerutunya pelan.
Annadea membuka sosial media yang ia gunakan sehari hari. Selain berprestasi, Annadea cukup terkenal di sosial media, seperti Instagram dan Twitter, karena ia menjual daster yang jelas disukai banyak orang, terutama wanita.
"Eit, ada lima orderan daster hari ini. Tuh kan, anak baik rejekinya gak kemana deh." gumamnya senang sambil membalas pesan customernya.
Annadea membuka laman berita dam gossip yang biasa ia buka setiap hari. Matanya melotot melihat fotonya bersama Dimitri ketika pria itu menutup kepalanya dengan payung. Dengan angle seperti itu bahkan orang buta pun bisa mengira mereka sepasang kekasih.
Ia bergegas membersihkan toilet terakhir dan mencari kartu nama Dimitri yang ia letakkan di kocek tas sekolahnya. Dengan sigap ia mengetik nomor perusahaan Dimitri, dalam deringan ketiga teleponnya pun diangkat.
"Hallo, selamat sore." ucap seorang wanita.
"Selamat sore. Pak Dimitri ada?" tanya Annadea.
Ia menepuk keningnya pelan, ia harusnya bicara dengan sopan, Dimitri bukan temannya dan wanita yang mengangkat telepon bukan ibu Dimitri.
"Maaf, sebelumnya apa anda sudah membuat janji dengan sekretaris pak Dimitri?" tanya wanita itu.
Dengan cepat Annadea menutup teleponnya dan berlari menuju parkiran. Hari semakin gelap ketika waktu sudah menunjukan pukul 5.30. Annadea mengenakan helmnya lalu dengan kecepatan penuh ia berkendara menuju perusahaan Dimitri.
Tepat saat ia memarkirkan motornya, Dimitri memasuki sebuah mobil dan meninggalkan perusahaannya. Annadea mengumpat kesal lalu mengikuti mobil itu. Ia berkali kali menerima makian orang di jalan karena memotong jalan mereka, ia tidak peduli, nama baiknya harus terselamatkan.
Bagaimana jika orang berpikir bahwa Dimitri adalah sugar daddynya?
Annadea menggeleng mendengan pikirannya sendiri dan terus mengikuti mobil pria itu. Ketika mobil itu memasuki perumahan mewah, Annadea berhenti dan mendengus. Memasuki perumahan mewah seperti itu tidaklah mudah. Dengan penampilannya yang seperti pengemis dan motor maticnya, satpam komplek tidak akan membiarkannya masuk semudah itu.
"Misi pak." ucap Annadea dengan nada ramah.
Satpam komplek mewah ini sudah lumayan tua, mungkin lima puluh tahun keatas. Ia menatap Annadea bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Story [New Version]
RomanceNew version of Annadea and Dimitri. ©copyright Genovevanatasha