Perkenalkan namaku Natasha Karista Putri. Panggil saja Aku Shasha
Sudah sebulan Aku tak pernah keluar dari kos menutup diri dan selalu termenung. Hanya game dan musik yang bisa menghilangkan sejenak rasa sakit itu. Rasa sakit yang selalu menghantuiku. Rasa sakit yang tak berkesudahan. Sempat frustasi dan hampir saja menghilangkan nyawaku di sebabkan oleh rasa sakit itu. Ya, rasa sakit yang diberikan pria yang Aku anggap cinta terakhir. Pria yang sangat aku sayangi mungkin sampai sekarang. Bukan mungkin tapi memamang sampai sekarang masih menyayanginya. Perasaan itu tidak bisa hilang.
"Tapi kenapa dia.. hikss.. kenapa seperti itu.. hikss.." Aku setengah berteriak sambil menangis.
"Kamu ingat dia lagi sudah berapa kali aku bilang lupain.. lupain Shasha" Ashya mendekatiku. Dan Aku buru-buru menghapus air mata hangat yang bercucuran dipipiku.
Ashya adalah sahabatku kita selalu bareng. susah, senang, sampai menghibur satu sama lain seperti apa yang selalu dilakukan Ashya untuk ketika Aku terpuruk dia lah yang selalu menghiburku.
"Kenapa dihapus air matanya. Nangis aja gakpapa. Tapi ingat ini hari terakhir Kamu nangisin Dia setelah itu gak boleh lagi." Ashya sambil menarikku ke pelukannya. Aku pun menangis sekuat-kuatnya di pelukkannya.
"Tapi Aku gak bisa Ashya.. Hikss.. Gak bisa" Aku menangis tersedu-sedu.
"Kamu bisa Shasha pasti bisa. Kalau Kamu terus-terusan rapuh gini yang ada Dia makin merdeka makin bahagia melihat Kamu kek gini. Lagi pula buat apa sih nangisin dia gak penting Shasha"Ashya mencoba menyemangatiku mengelus-elus pundakku selayaknya seorang Ibu yang sedang menenangkan Anaknya yang sedang menangis. Walaupun Dia itu sahabatku namun Dia lebih seperti Ibuku saat ini. "Kamu itu cantik manis lagi keluar rumah sebentar saja pasti sudah ada yang terpikat dengan pesonamu" Dia menyambung ucapannya mencoba menghiburku dengan memujiku dan berhasil membuatku sedikit tenang dan merasa malu karena di puji berlebihan olehnya.
"Nah gitu dong senyum. Gak boleh nangis lagi yah. Ingat Dia itu belum mati jangan di tangisi mulu. Hm tapi kalau Dia mati gak usah di tangisi juga lebih bagus.. Hahahaha" Ashya tertawa terbahak-bahak atas kata yang dilontarkannya.
"Hahaha Kamu ini jahat banget tapi itu ide bagus memang lebih baik di tertawain aja mungkin" Aku pun melupakan sakit itu sementara dan tertawa.
Dia beranjak pergi meninggalkanku menuju lemari. Sepertinya Dia ingin keluar. "Mau ngedate lagi?" Tanyaku menggodanya. Ya, jelas saja inikan hari minggu tentu saja sebagai seseorang yang mempunyai pacar sudah pasti akan bersenang-senang dengan kekasihnya.
"Of course" jawabnya "Eh, bdw pacarku mau Kamu juga ikut.." Lanjutnya. Belum lagi Dia selesai berbicara Aku sudah memotongnya.
"Apa-apaan? Mw jadiin Aku obat nyamuk" Seruku kesal.
"Tidak, bukan begitu Shasha. Dia juga akan datang bareng sahabatnya" Ashya mengacak-acak lemarinya mencari pakaian yang pas untuk digunakannya.
"Maksudmu, kalian ingin ngejomblangin Aku ah?"
"Kalau itu sih Aku gak tau yah! Yang jelas Kamu harus ikut" Jawabnya sambil melihat pantulan dirinya di cermin dan mencocokkan pakaian yang di pegangnya apakah cocok untuk Dia kenakkan hari ini.
"Engak ae Aku di kos aja jagain kos ini biar gak di angkat maling"
"Hahaha.. Kamu ini sempatnya melucu. Mana bisa maling ngangkat rumah. Superhero yang suka ngangkat-ngangkat rumah seperti di TV aja belum pernah tu ada di dunia nyata" Jawabnya sambil tertawa "Sudah intinnya sahabat cantikku ini harus ikut. Kamu kan juga sudah lama ngurung diri di kossan ini. Siap-siap sana cepat" sambungnya sambil mendorongku menuju kamar mandi.
Baru saja Aku melangkahkan kaki masuk kamar mandi Dia memanggilku.
"Heh tunggu.. Baju ini cocok tidak Aku pakai hari ini" Tanyanya sambil berputar-putar melihatkan semua sudut detailnya. Dress warna cream selutut lengan panjang. Pilihan yang sangat tepat.
"Cantik. Iya cocok kalau pacarmu tak suka melihatmu seperti itu sudah putusin aja biar kita sama-sama jomblo" Jawabku sambil memeletkan lidah dan buru-buru menutup pintu kamar mandi. Habis kesal banget disuruh ikut di acara ngedate mereka ujung-ujung paling aku jadi obat nyamuk doang.
"Jomblo, yah jomblo aja gak usah ngajak-ngajak. Dan gak mungkin juga Dia gak suka lihat Aku memakai ini karena Dia selalu bilang apapun yang Aku kenakan pasti tetap cantik" Serunya sedikit emosi.
Aku tak menjawabnya lagi kubiarkan saja Dia dengan emosinya. Di dalam kamar mandi Aku tersenyum sinis padahal hatiku rapuh mendengar kalimat terakhirnya. Ya, karena kalimat itu pernah di katakan oleh pria yang membuatku sakit hati. Air mataku rasanya ingin turun lagi. Namun dengan cepat Aku menghapusnya. Dan buru-buru mandi.
'Dia selalu bilang apapun yang Aku kenakan tetap terlihat cantik'
"Kalimat bullshit yang tak pernah ada benarnya, jika benar dia tak mungkin melirik ataupun memilih wanita lain" ucapku dalam hati.
Mengingat kalimat itu tak mengeluarkan air mata lagi lebih tepatnya sekarang Aku memiliki rasa dendam terhadap Dia bukan rasa sayang lagi. Setidaknya ini cukup bagus karena Aku tak perlu menagisinya lagi. Dia telah membuatku jadi wanita kuat. Wanita yang tak akan menagisinya lagi dan lagi.
Selang waktu beberapa menit Akupun telah selesai mandi. Aku menuju lemariku dan mengambil pakaian. T-shirt lengan panjang berwarna pink, celana jeans berwarna cream, dan rambutku Aku ikat. Ya, simpel saja penampilanku memang simpel karena Aku hanya menemani sahabatku bukan bertemu someone special.
Selesai mengenakan pakaian yang Aku pilih tadi. Aku mengambil tas selempang berwarna hitam bercorak menara eiffel, corak yang Aku sukai. Lalu Aku mengengambil sepatu canvas berwarna hitam di rak sepatu dan memakainya.
Aku telah selesai dengan style sederhana. Ya, buat apa juga style yang menarik karena Aku hanya akan menemani sahabatku bukan bertemu dengan orang yang spesialkan.
Aku keluar dari kossan dan segera menuruni anak tangga. Kossan kami berada di lantai dua jelas saja Aku harus menuruni anak tangga.
Sesampai di lantai satu Aku melihat Ashya sedang menungguku. Dan Akupun menghampirinya.
"Hay" tegurku menepuk pundaknya.
"Sudah siap. Ayo kita cari taksi. Pacarku sudah menunggu lama ni" jawabnya sambil menarikku menuju ke persimpangan jalan untuk mencari taksi.
"Biarkan saja Dia menunggu lama. Jika Dia minta putus iyain aja kelarkan urusan. Hehe" Seruku menggodanya.
"Ya ampun Kamu jahat sekali dari tadi menggodaku untuk memutuskannya. Mungkin Kamu ingin membuatku sepertimu yah menjadi rapuh" Jawabnya kesal sambil mengahlikan pandangannya ke jalan raya untuk mencari taksi.
"Heh.. tidak Aku hanya bercanda kok. Jangan kesal gitu mukanya" Seruku khawatir karena Dia menunjukkan wajah yang begitu kesal.
Dia pun memelukku. "Haha.. Tidak apa-apa Aku tahu Kamu menggodaku seperti itu karena masih rapuhkan" Ashya. Dia tidak tahu saja bahwa Aku sudah tak rapuh lagi seperti apa yang dilihatnya beberapa menit yang lalu waktu di kossan. Aku sudah menjadi wanita tegar yang memiliki dendam terhadap pria itu.
"TAKSI!" Dia melepaskan pelukkannya begitu melihat taksi dan memanggil taksi itu.
Taksi itupun berhenti di hadapan kami begitu Dia mendengarkan teriakkan Ashya memanggilnya.
"Yuk masuk" ajaknya. Aku pun menurutinya dan masuk diluan diikuti oleh Dia yang masuk juga kedalam taksi. Ketika kami berdua sudah ada didalam taksi Dia pun menutup pintunya. Dan memberitahu supir taksi kemana tujuannya.
"Ke cafe milo yah pak" Suruh Ashya kepada supir taksi.
Taksi yang mereka tumpangin pun melaju menuju cafe milo.
############¥¥¥¥¥¥¥¥#########
Gimana ceritanya? 😁Vote and comment ya yg sudah baca..
Wait cerita selanjutnya yah 😌👋🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Lama Aku Cari
RomanceSejak kejadian beberapa bulan lalu Aku merasa trauma sekali untuk berpacaran atau pun mencari pacar. Ya, orang yang sudah menjalani hubungan spesial denganku selama lima bulan dan yang Aku anggap sebagai pencarian terakhirku lebih tepatnya sebagai c...