Prologue

35 5 1
                                    

Saya, kamu dan dia.

Saya telah lama berada diantara kamu.
Memberikan sinyal-sinyal cinta melalui mata saya, senyum saya, dan rona pipi saya.
Kamu tahu itu.
Kamu hanya membalas tingkah saya dengsn tersenyum, menatap balik saya, dan segudang hal misterius lainnya.

Tapi saya sudah terlanjur nyaman berada di dekatmu.
Melakukan semuanya bersamamu.
Orang lain tak pernah melakukannya bersamamu.
Hanya saya yang merasakan sakit jika kamu berduka, hanya saya yang merasa bahagia bila kamu bersukacita.
Kamu dengan mudah menceritakan segalanya pada saya.

Kamu tidak tahu saya siapa.
Saya baik tapi saya bertopeng.
Saya akan terus memakai topeng saya ketika saya berada di dekat kamu
Supaya kamu tidak menyadari cinta yang saya berikan, kasih yang saya berikan.
Agar kamu bisa merasakan bahwa saya selalu ada.
Tanpa kamu sadari sedikitpun.

Saya buta.
Mata saya dibutakan hanya untuk melihat satu titik di depan saya.
Ya, mata kamu.
Otak saya, yang harusnya dipenuhi oleh rumus matematika ataupun kimia, tapi tidak.
Otak saya hanya mengingat nama kamu.

Kamu dan hidup ini terus berjalan.
Terus bertambah dewasa seiring waktu yang mengikis kebersamaan kita.
Tak selamanya roda ada di atas.
Ada saatnya roda itu di bagian bawah.
Seperti sekarang, ada saatnya kamu bersama saya.
Dan ada pula saatnya kamu bersama dia.

Kebersamaanmu dengan dia yang selalu mengalihkan duniaku.
Membuat kepala pening, otak terus berputar, dan hati yang kalut.
Ini bukan urusan saya.
Tapi siapa yang tak panas mendengar orang dikasihi bersama orang lain?
Jika ada, itu naif.

Kamu terus melakukan hal manis bersamanya.
Dan ada saja caranya agar saya bisa mendengar dan melihat semua berita itu.
Kalian bahkan tidak segan menampakkan itu di depan saya.

Melihat itu, saya menyerah.
Tetap di tempatmu.
Saya yang akan mundur perlahan.

Saya tak mau jadi orang ketiga yang menghalangi jalan kalian.
Walau saya tahu siapa orang ketiga sebenarnya.
Tapi saya akan terus menganggap diri saya sebagai orang ketiga dari hubungan yang dibentuk sendiri oleh orang terkasih saya.
Itu bodoh, tapi itu jalan terpintar.

Ditengah dia yang sedang mengalihkan duniamu, saya akan berlari sekencang mungkin.
Sampai kamu tidak bisa menggapai saya lagi.
Sampai kamu akan tersadar dengan sendirinya bagaimana rasanya mengejar, sendirian.

Dan ternyata benar, saya tahu kamu akan mengejar saya.
Tapi kamu tak sendirian.

Kamu berlari sekuat tenaga karena tahu kamu membutuhkan saya.
Tapi kamu tidak gigih, hanya setengah dari perjalananmu kamu sudah berhenti.
Kamu ada di ujung kelelahan.

Saat seharusnya saya yang mengulurkan tangan untuk kamu berdiri, tapi bukan saya yang melakukannya.
Dia yang telah membantumu bangkit , memayungi mu dari hujan penyesalan, dan selalu bersedia melakukan apapun untuk kamu.

Kamu hanya berusaha menerima dia yang kamu kira takdir kamu.
Dan kamu telah melupakan saya yang kamu anggap tidak tahu diri.

Ketika saya berbalik arah untuk sekedar melihat kamu sampai dimana.
Dan ketika itu juga saya melihat kamu dalam dekapannya.
Saya tahu saya tidak boleh marah. Saya bukan siapa-siapa dan tidak akan pernah menjadi siapa-siapa.

Sakit hati, penyesalan, marah,benci dan muak.
Saya sudah merasakannya berulang kali.

Ini dejavu.

➖✘➖✘➖

Author said,
Wao gabisa bikin bahasa yang galo. Jadi wajar aja kalo agak sengklek gitu ya.
Penu intrik dan kontroversi lah pokoknya🌚

Refleksi dari gramed on sale.
Tetapi tokoh,watak,alur akan dirombak besar-besaran.

-nikmati aja siapa tau baper-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RunningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang