One

49 4 0
                                    

"Mungkin aku bodoh mencintaimu sedalam ini meski kau telah memilikinya"

"karna cinta tak butuh alasan untuk mencintai"

Aku berjalan keluar dari ruanganku sambil menenteng tas tangan berjalan sambil tersenyum kepada beberapa dokter dan susuter yang ku temui hingga aku berhenti didepan lift dan menekan tombol agar pintu lift itu segera terbuaka namun sebelum pintu itu terbuaka ada yang meneriaki namaku saat aku berbalik disana di ujung lorong seorang perempuan cantik dengan rambut panjang sebahu itu berjalan mendekatiku dengan pakayan pasien berwarna biru di badannya, perepuan yang dulu pernah menjadi teman SMAku juga perempuan yang membuatku harus meninggalkan nagara ini dan lebil memilih untuk melanjutkan sekolahku ke australia.

"hai Gracia" sapanya begitu tiba dihadapanku "hai" kataku singkat "kamu apa kabar?" tanyanya lagi dengan senyum yang tak pernah lepas diwajahnya "baik. kamu sendiri gimana kabarnya?" tanyaku balik "aku baik baik aja, cuma lagi sakit kecil kecilan" katanya dan hanya ku jawab dengan anggukan "kamu disini ngapain?" tanyanya lagi saat aku dan dia berdiam diri beberapa saat "kamu sakit? atau ada yang kamu jenguk disini?" tannyanya lagi dan hanya ku balas dengan gelengan kepala "aku dokter disini" jawabku seadanya "wa.. ngak nyangka beberapa tahun ngak ada kabar tau tau kamu uda jadi dokter aja di rumah sakit besar ini" katanya panjang lebar saat aku mau membalas ucapannya ada yang memanggilnya, dan suara itu bukan hanya melumpuhkan suaraku tapi juga badanku "oh Marc" sapa kirana begitu mengetahui yang memanggilnya adalah Marc Alexander Meyer, pria yang selama ini menjaadi alasan aku tak pernah membuka hatiku untuk pria manapun "kenapa kamu disini, ayo kita kembali ke kamar kamu" kata Marc dengan nada khawatir, aku hanya berdiri melihat apa yang terjadi didepanku "iya iya aku kembali, tapi salaman dulu dengan Gracia masih ingatkan dia dulu satu sekolah sama kita, malah pernah sekelas dengan aku waktu kalas 2 SMA" kata kirana pada Marc dan hanya direspon dengan anggukan kepala dan uluran tangannya padaku " aku hanya dapat membalas uluran tangannya "Gracia, aku dan tunanganku pamit dulu dia harus istirahat" kata Marc yang membuatku terguncang karna aku baru sadar ada cincin yang melingkar di jari manis keduanya, "selamat atas pertunangannya! maaf aku baru tau dan aku juga harus pulang, senang bertemu dengan kalian" kataku sambil mencoba tersenyum tulus dan segera membalikan badanku dan masuk kedaam lift sebelum mereka mengetahui kalau air mataku kini sudah jatuh membasahi pipi.

Tapi kenapa rasanya sangat menyakitkan, kenapa semua usahaku selama bertahun tahun melupakannya malah membuatku semakin mencintainya.

______________________________________________

Jangan lupa vote dan comentnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Purple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang