O n e

3.5K 129 8
                                    

∞ ∞ ∞ ∞ ∞

Aku tidak tau kenapa aku bisa jatuh hati padanya. Dia tidak mempunyai tampang seperti aktor atau model. Dia bukan anak terpintar yang akan selalu ranking satu di kelas. Dia juga bukan cowok populer yang akan dikejar-kejar oleh seluruh populasi cewek di sekolah. Dia hanya cowok dengan senyuman manisnya, dengan suara seraknya, dengan humor recehannya, dan dengan kepandaiannya bergaul.

Aku adalah orang pertama yang akan refleks menoleh ketika ada yang memanggil namanya. Aku adalah orang pertama yang akan celingukan dari mejaku jika aku tak juga melihat dia masuk ke dalam kelas. Aku adalah orang pertama yang akan merindukannya jika dia tidak masuk sekolah. Aku adalah orang pertama yang akan tersenyum jika mendengar candaan garingnya. Dan aku adalah orang pertama yang akan mengatakan dalam hati jika aku mencintainya.

.

.

.

Tapi dia adalah orang pertama yang tidak akan pernah menyadari kehadiranku.

Aku masih ingat betul kapan pertama kali aku melihatnya. Kira-kira dua tahun yang lalu ketika MOS waktu kelas sepuluh. Sekarang aku dan dia sudah kelas sebelas semester dua, berarti selama itu juga aku menaruh hati padanya dalam diam. Ketika aku melihatnya, dia sedang melihat ke arah lain. Ketika aku mendengar suaranya, dia sedang berbicara dengan orang lain. Dan ketika aku melihat senyumannya, dia tersenyum untuk orang di hadapannya, bukan tersenyum ke arahku yang hanya ada di seberang atau bahkan di belakang untuk bisa melihatnya secara diam-diam. Bukan hanya melihat secara diam-diam, aku memikirkan, bahkan mencintai diam-diam. Hanya diriku sendiri dan Tuhan yang tau jika aku menaruh hati padanya.

Namun aku boleh sedikit bersyukur karena selama dua tahun aku mengenalnya, aku tidak pernah mendengar jika ia mempunyai pacar. Aku pernah dengar gosip jika dia menyukai anak kelas sebelah, tapi ya hanya sebatas gosip karena aku bahkan tidak pernah melihatnya membicarakan cewek itu atau bahkan ngobrol dengannya. Dan sekarang gosipnya pun sudah hilang bak ditelan bumi. Jadi aku boleh bernapas lega kan? Tapi memangnya jika dia tidak bersama cewek itu, dia lalu bersamaku? Mustahil. Itu hanya khayalanku saja.

Aku hanyalah gadis pediam dengan kekikukan dan kecanggungan yang luar biasa. Aku tidak biasa berbicara panjang lebar dengan orang yang tidak dekat denganku, apalagi lawan jenis. Bisa dihitung berapa kali aku berinteraksi dengan teman laki-lakiku di kelas, itupun jika mereka yang mengajakku berbicara terlebih dahulu. Tak terkecuali interaksiku dengan dengan dia. Jangankan mengobrol, bicara dengan dia satu katapun tidak pernah. Bahkan aku tidak pernah mendengar dia memanggil atau menyebutkan namaku. Begitupun sebaliknya. Miris bukan? Aku tidak pernah satu kelompok dengannya walaupun dua tahun dalam kelas yang sama. Dia tidak pernah meminjam pulpen, pensil, atau tipex milikku. Dia juga tidak pernah meminta cemilanku jika aku habis membeli di kantin seperti yang sering teman-temannya lakukan padaku. Jadi untuk apa kita saling berbicara jika dia bahkan tidak menyadari keberadaanku di dekatnya?

Aku bisa terlihat biasa saja di luar. Tapi hatiku selalu berharap untuk bisa memilikinya. Berkhayal tiap malam tentang dirinya sambil memandangi langit-langit kamar. Tersenyum sendiri jika ingat tingkah konyolnya. Dan merasakan sedih sendiri jika melihat dia bisa dengan mudahnya berbicara dan bercanda dengan teman-teman perempuanku di sekolah. Tapi kenapa dia tidak bisa melakukannya padaku? Apa aku sebegitu tidak terlihatnya?

∞ ∞ ∞ ∞ ∞

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang